PRAGMATIK
Pragmatik merupakan salah satu
cabang linguistik yang mengkaji maksud penutur yang terikat konteks
* Pragmatik adalah studi mengenai
makna ujaran di dalam situasi-situasi tertentu.Selain itu, pragmatik merupakan
studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech
situations).
* Pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian atau
penggunaan bahasa, yang pada dasarnya selalu harus ditentukan oleh konteks
situasi tutur di dalam masyarakat dan wahana kebudayaan yang mewadahi dan
melatarbelakanginya
•
Pragmatik adalah studi tentang
makna yang disampaikan oleh penulis dan ditafsirkan oleh MT (pendengar).
Maksudnya analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya
daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam
tuturan itu sendiri
•
Jadi pragmatik lebih mengutamakan
maksud tuturan yang terjadi dalam masyarakat (situasi dan latar belakang sosial
ikut menentukannya)
Empat prinsip (maksim) dalam komunkasi yakni :
1. Maksim Kuantitas
•
Di dalam maksim kuantitas setiap ujaran yang disampaikan seorang P diharapkan dapat memberikan pesan
atau informasi yang memadai pas sesuai yang diharapkan MT, tidak kekurangan dan
tidak berlebihan, dan dipandang seinformatif mungkin kepada MT. Kuantitas
masksudnya jawaban MT singkat, jelas dan
benar.
•
A: mbak, wingi kok ora mlebu ana apa ?
•
B: Lara.
•
jawaban B memenuhi maksim kuantitas, karena memberikan kontribusi sesuai
yang diinginkan A.
2. Maksim Kualitas
•
Di dalam maksim kualitas, seseorang peserta tutur diharapkan akan dapat
menyampaikan sesuatu yang benar-benar nyata dan sesuai dengan fakta yang
sebenarnya di dalam aktivitas bertutur sapa. Kulitas ini menyangkut kebenaran
jawaban.
•
Rini: Mbak, mengko rapat apa ta?
•
B: Rapat pembentukan panitia Dies khusus kegiatan HMJ.
3. Maksim Relevansi
•
Di dalam maksim relevansi dinyatakan dengan cukup jelas bahwa agar dapat
terjalin kerjasama yang benar-benar baik antara P dan MT, masing-masing
hendaknya dapat memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang
dituturkan.
•
A : Iki kuliah apa
•
B : Sintaksis, UKD lho .
4. Maksim Pelaksanaan (Cara)
•
Di dalam maksim pelaksanaan diharuskan agar setiap peserta pertuturan
selalu bertutur sapa secara langsung, secara jelas, dan isi pesan dari tuturan
tersebut tidak boleh bersifat ambigu atau kabur isinya. Perhatikan contoh
berikut.
•
A : Sepedhaku rusak,
ketabrak mobil, isa didandani ora?
•
B : Isa, ning nunggu
rong taun.
Jawaban B yang mengatakan bisa tetapi waktunya dua tahun lagi bersifat
melebih-lebihkan. Hal itu memang disengaja untuk menciptakan suasana humor.
Prinsip
Kesantunan
1. Maksim Kebijaksanaan (tact maxim)
•
Maksim kebijaksanaan diungkapkan dengan tuturan imposif dan komisif yang
menggariskan setiap peserta pertuturan untuk meminimalkan kerugian orang lain
(kurangi kerugian orang lain), atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain
(tambahi keuntungan orang lain). Hal ini dapat dikatakan bahwa semakin panjang
tuturan seseorang semakin besar pula keinginan orang itu untuk bersikap santun
kepada lawan bicaranya.
2. Maksim Kedermawanan / Kemurahhatian (generosity maxim)
•
Maksim kedermawanan diungkapkan dengan penggunaan kalimat ekspresif dan
asertif untuk menghormati orang lain dengan benar-benar baik. Penghormatan
terhadap orang lain akan dapat terjadi hanya apabila orang dapat mengurangi
kadar keuntungan bagi dirinya sendiri, dan memaksimalkan keuntungan bagi pihak
lainnya.
3. Maksim Penghargaan / Penerimaan (approbation maxim)
•
Maksim penghargaan dapat diutarakan dengan kalimat komisif dan imposif.
Di dalam maksim ini dijelaskan bahwa orang akan dapat dianggap santun di dalam
suatu masyarakat bahasa apabila di dalam praktik bertutur selalu berusaha untuk
memberikan penghargaan dan penghormataan kepada pihak lain secara optimal.
4. Maksim Kesederhanaan (modesty maxim)
•
Maksim kesederhanaan ini juga diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan
asertif. Di dalam maksim kesederhanaan, peserta tutur diharapkan dapat bersikap
rendah hati dengan cara mengurangi pujian atau penghormatan terhadap dirinya sendiri
dan memaksimalkan penghormatan atau pujian terhadap orang lain.
5. Maksim Permufakatan/ Kesetujuan/ Kecocokan (agreement maxim)
•
Maksim permufakatan juga diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan
asertif. Di dalam maksim permufakatan ini ditekankan agar para peserta tutur
dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur.
6. Maksim Kesimpatian (symphaty maxim)
•
Maksim kesimpatian ini juga diungkapkan dengan tuturan ekspresif dan
asertif. Di dalam maksim kesimpatian ini diharapkan agar para peserta tutur
selalu memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak yang
lainnya.
•
Tindak Tutur
* Tindak tutur (speech act) adalah gejala individual yang
bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si
penutur dalam menghadapi situasi tertentu.
Jenis tindak tuitur berkaitan dengan ujaran, yaitu lokusi, ilokusi, dan
perlokusi.
•
Tindak Tutur Lokusi
•
Lokusi adalah semata-mata tindak berbicara, yaitu tindak mengucapkan
sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna kata itu (di dalam kamus)
dan makna kalimat itu sesuai dengan kaidah sintaksisnya. Di sini maksud atau
fungsi ujaran itu belum menjadi perhatian
•
Tindak Tutur Ilokusi
•
Ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu. Di sini kita mulai berbicara
tentang maksud dan fungsi atau daya ujaran yang bersangkutan, untuk apa ujaran
itu dilakukan.
•
Tindak Tutur Perlokusi
•
Perlokusi mengacu ke efek yang ditimbulkan oleh ujaran yang dihasilkan
oleh penutur. Secara singkat, perlokusi adalah efek dari tindak tutur itu bagi
mitra-tutur. Misalnya: Omahe adoh ‘Rumahnya jauh
Peristiwa tutur
•
Peristiwa tutur adalah terjadinya interaksi atau berlangsungnya
interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan penutur dan mitra tutur, dengan 1 pokok
tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu
•
komponen itu adalah.
•
S : setting and
scene, mengacu pada situasi,
tempat dan waktu atau situasi psikologis pembicaraan.
•
P : participants,
pihak-pihak yang terlibat dalam tuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa
dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan). Dua orang yang berujar dapat
berganti peran sebagai pembicara dan pendengar.
•
E : ends, purpose
and goal, maksud dan hasil percakapan. Suatu peristiwa tutur itu terjadi
pasti ada maksud dari penutur maupun mitra tutur.
•
A : act sequences,
hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan. Bentuk mencakup bagaimana
topik itu dituturkan, sedangkan isi percakapan berkaitan dengan persoalan apa
yang dikatakan oleh penutur.
•
K : key, tone or
spirit of act, menunjuk pada cara atau semangat (nada atau jiwa) dalam melaksanakan percakapan. Tuturan
tersebut akan berbeda antara serius dan santai, resmi dan tidak resmi.
•
I : instrumentalties,
menunjuk pada jalur percakapan, apakah secara lisan atau bukan, jalur
percakapan yang digunakan itu dapat melalui lisan, telegraf, telepon, dan
surat. Percakapan secara lisan dapat seperti berbicara, menyanyi dan bersiul.
•
N : norms of
interactional interpretation, menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan,
yang termasuk di dalamnya adalah semua kaidah yang mengatur pertuturan yang
bersifat imperatif (memerintah).
•
G : genres,
menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar