Jumat, 08 November 2013

PRAGMATIK

PRAGMATIK

Pragmatik merupakan  salah satu cabang linguistik yang mengkaji maksud penutur yang terikat konteks
*  Pragmatik adalah studi mengenai makna ujaran di dalam situasi-situasi tertentu.Selain itu, pragmatik merupakan studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations).
* Pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian atau penggunaan bahasa, yang pada dasarnya selalu harus ditentukan oleh konteks situasi tutur di dalam masyarakat dan wahana kebudayaan yang mewadahi dan melatarbelakanginya
        Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penulis dan ditafsirkan oleh MT (pendengar). Maksudnya analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri
       Jadi pragmatik lebih mengutamakan maksud tuturan yang terjadi dalam masyarakat (situasi dan latar belakang sosial ikut menentukannya)



Empat prinsip (maksim) dalam komunkasi yakni :
1. Maksim Kuantitas
      Di dalam maksim kuantitas setiap ujaran yang disampaikan  seorang P diharapkan dapat memberikan pesan atau informasi yang memadai pas sesuai yang diharapkan MT, tidak kekurangan dan tidak berlebihan, dan dipandang seinformatif mungkin kepada MT. Kuantitas masksudnya jawaban MT singkat, jelas dan  benar.
      A: mbak, wingi kok ora mlebu ana apa ?
      B: Lara.          
      jawaban B memenuhi maksim kuantitas, karena memberikan kontribusi sesuai yang diinginkan A.
2. Maksim Kualitas
      Di dalam maksim kualitas, seseorang peserta tutur diharapkan akan dapat menyampaikan sesuatu yang benar-benar nyata dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya di dalam aktivitas bertutur sapa. Kulitas ini menyangkut kebenaran jawaban.
      Rini: Mbak, mengko rapat apa ta?
      B: Rapat pembentukan panitia Dies khusus kegiatan HMJ.
3. Maksim Relevansi
      Di dalam maksim relevansi dinyatakan dengan cukup jelas bahwa agar dapat terjalin kerjasama yang benar-benar baik antara P dan MT, masing-masing hendaknya dapat memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang dituturkan.
      A         : Iki kuliah apa
      B         : Sintaksis, UKD lho .
4. Maksim Pelaksanaan (Cara)
      Di dalam maksim pelaksanaan diharuskan agar setiap peserta pertuturan selalu bertutur sapa secara langsung, secara jelas, dan isi pesan dari tuturan tersebut tidak boleh bersifat ambigu atau kabur isinya. Perhatikan contoh berikut.
      A         : Sepedhaku rusak, ketabrak mobil, isa didandani ora?
      B         : Isa, ning nunggu rong taun.

Jawaban B yang mengatakan bisa tetapi waktunya dua tahun lagi bersifat melebih-lebihkan. Hal itu memang disengaja untuk menciptakan suasana humor.
Prinsip Kesantunan
1. Maksim Kebijaksanaan (tact maxim)
      Maksim kebijaksanaan diungkapkan dengan tuturan imposif dan komisif yang menggariskan setiap peserta pertuturan untuk meminimalkan kerugian orang lain (kurangi kerugian orang lain), atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain (tambahi keuntungan orang lain). Hal ini dapat dikatakan bahwa semakin panjang tuturan seseorang semakin besar pula keinginan orang itu untuk bersikap santun kepada lawan bicaranya.
2. Maksim Kedermawanan / Kemurahhatian (generosity maxim)
      Maksim kedermawanan diungkapkan dengan penggunaan kalimat ekspresif dan asertif untuk menghormati orang lain dengan benar-benar baik. Penghormatan terhadap orang lain akan dapat terjadi hanya apabila orang dapat mengurangi kadar keuntungan bagi dirinya sendiri, dan memaksimalkan keuntungan bagi pihak lainnya. 
3. Maksim Penghargaan / Penerimaan (approbation maxim)
      Maksim penghargaan dapat diutarakan dengan kalimat komisif dan imposif. Di dalam maksim ini dijelaskan bahwa orang akan dapat dianggap santun di dalam suatu masyarakat bahasa apabila di dalam praktik bertutur selalu berusaha untuk memberikan penghargaan dan penghormataan kepada pihak lain secara optimal.  
4. Maksim Kesederhanaan (modesty maxim)
      Maksim kesederhanaan ini juga diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif. Di dalam maksim kesederhanaan, peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian atau penghormatan terhadap dirinya sendiri dan memaksimalkan penghormatan atau pujian terhadap orang lain.
5. Maksim Permufakatan/ Kesetujuan/ Kecocokan (agreement maxim)
      Maksim permufakatan juga diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif. Di dalam maksim permufakatan ini ditekankan agar para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur.
6. Maksim Kesimpatian (symphaty maxim)
      Maksim kesimpatian ini juga diungkapkan dengan tuturan ekspresif dan asertif. Di dalam maksim kesimpatian ini diharapkan agar para peserta tutur selalu memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya.
       

Tindak Tutur
* Tindak tutur (speech act) adalah gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu.
Jenis tindak tuitur berkaitan dengan ujaran, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
      Tindak Tutur Lokusi
      Lokusi adalah semata-mata tindak berbicara, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna kata itu (di dalam kamus) dan makna kalimat itu sesuai dengan kaidah sintaksisnya. Di sini maksud atau fungsi ujaran itu belum menjadi perhatian
      Tindak Tutur Ilokusi
      Ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu. Di sini kita mulai berbicara tentang maksud dan fungsi atau daya ujaran yang bersangkutan, untuk apa ujaran itu dilakukan.
      Tindak Tutur Perlokusi
      Perlokusi mengacu ke efek yang ditimbulkan oleh ujaran yang dihasilkan oleh penutur. Secara singkat, perlokusi adalah efek dari tindak tutur itu bagi mitra-tutur. Misalnya: Omahe adoh ‘Rumahnya jauh

Peristiwa tutur
      Peristiwa tutur adalah terjadinya interaksi atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan  penutur dan mitra tutur, dengan 1 pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu
      komponen itu adalah.
      S : setting and scene, mengacu pada situasi, tempat dan waktu atau situasi psikologis pembicaraan.
      P : participants, pihak-pihak yang terlibat dalam tuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan). Dua orang yang berujar dapat berganti peran sebagai pembicara dan pendengar.
      E : ends, purpose and goal, maksud dan hasil percakapan. Suatu peristiwa tutur itu terjadi pasti ada maksud dari penutur maupun mitra tutur.
      A : act sequences, hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan. Bentuk mencakup bagaimana topik itu dituturkan, sedangkan isi percakapan berkaitan dengan persoalan apa yang dikatakan oleh penutur.
      K : key, tone or spirit of act, menunjuk pada cara atau semangat (nada atau  jiwa) dalam melaksanakan percakapan. Tuturan tersebut akan berbeda antara serius dan santai, resmi dan tidak resmi.
      I : instrumentalties, menunjuk pada jalur percakapan, apakah secara lisan atau bukan, jalur percakapan yang digunakan itu dapat melalui lisan, telegraf, telepon, dan surat. Percakapan secara lisan dapat seperti berbicara, menyanyi dan bersiul.
      N : norms of interactional interpretation, menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan, yang termasuk di dalamnya adalah semua kaidah yang mengatur pertuturan yang bersifat imperatif (memerintah).
      G : genres, menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar