LAPORAN KULIAH LAPANGAN FOKLOR
CERITA RAKYAT MAKAM RAJA-RAJA MATARAM, SENDANG SELIRAN DAN WATU
GILANG
DI KELURAHAN PURBAYAN KECAMATAN KOTAGEDE
DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
Dosen Pembimbing Dra.
Sundari, M.Hum.
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Foklor
Semester III Jurusan Sastra Daerah
Oleh:
1.
Dwi Lestari C0111012
2.
Erma
Purwati C0111013
JURUSAN
SASTRA DAERAH
FAKULTAS
SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat bimbingannya kami
dapat menyelesaikan laporan kuliah lapangan foklor yang berjudul makam raja-raja Mataram, Sendang
Seliran dan Watu Gilang di kelurahan Purbayan, kecamatan Kotagede, Kabupaten
Yogyakarta yang dilakukan pada tanggal 11 November 2012 dengan lancar dan tiada
kendala yang berarti.
Tidak lupa ucapan terima kasih yang tiada terkira kami haturkan kepada :
1. Bapak Drs.
Supardjo, M. Hum selaku ketua jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebeas Maret Surakarta yang telah memberi izin untuk meaksanakan
kuliah lapangan foklor.
2.
Ibu Dra. Sundari, M. Hum selaku dosen pengampu mata kuliah foklor yang senantiasa sabar membimbing dan
mendampingi kuliah lapangan foklor.
3.
Bapak Prasetyo dan
Bu Endang yang telah menemani kami melakukan kuliah lapangan foklore.
4.
Segenap panitia kuliah lapangan foklor yang telah
bersusah payah mengusahakan terselenggaranya kuliah lapangan foklor.
5.
Seluruh teman-teman Sastra Daerah 2011 yang telah
mensuport berlangsungnya acara kuliah lapangan foklore ini sehingga dapat
berjaan lancar dari awal hingga akhir.
6.
Seluruh pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu yang senantiasa setia membantu kami
sehingga acara kuliah lapangan fokore dan penulisan laporan kuliah foklore ini
dapat selesai dengan hasil yang memuaskan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kuliah lapangan ini masih
jauh dari sempurna, masih banyak kesalahan yang tercecer di beberapa bagian, maka dari itu
kami mengharap kritik yang membangun dari pembaca sekalian demi
kesempurnaan laporan ini. Besar harapan kami agar laporan ini dapat
bermanfaat untuk bahan tambahan referensi dunia Sastra Jawa.
Surakarta,
November 2012
Tim
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat Penulisan
Bab II Landasan Teori
A. Pengertian Foklor
B. Ciri-ciri Foklor
C. Fungsi Foklor
Bab III Pembahasan
A. Cerita Foklor Versi Lisan
i.
Versi A
ii.
Versi B
iii.
Versi C
B. Cerita Foklor Versi Tulis
i.
Versi Riwayat Pasarean Mataram I
ii.
Versi Riwayat Pasarean Mataram II
iii.
Versi Riwayat Pasarean Mataram III
iv.
Versi Babad Tanah Jawi
C. Perbedaan Cerita Foklor Versi Lisan dengan Versi Tulis
D. Bentuk Cerita
E. Nilai dan ajaran yang terkandung
dalam cerita foklore makam raja-raja Mataram
F. Penerapan Fungsi dan penghayatan
cerita foklore makam raja-raja Mataram
G. Mitos-mitos yang terkandung dalam cerita foklore makam raja-raja Mataram
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Garis besar daftar pertanyaan
Daftar informan
Silsilah raja-raja Mataram
Lampiran foto makam raja-raja Mataram
Peta DIY Yogyakarta
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia
mempunyai banyak sekali kebudayaan. Salah satu diantara kebudayaan tersebut
adalah folklore. Folklore merupakan cerita rakyat yang diwariskan secara
turun-temurun. Foklor merupakan sebuah tradisi yang dimiliki oleh suatu
masyarakat) kolektif. Setiap wilayah di Indonesia, khususnya wilayah Jawa
Tengah, mempunyai banyak sekali folklore. Mulai dari Folklore Ratu Kalinyamat
yang berada di wilayah Jepara sampai foklore makam raja-raja mataram yang
berada di wilayah Kotagede, Yogyakarta. Keberadaan foklor di tengah masyarakat
memberikan banyak nilai kehidupan. Nilai-nilai yang terkandung dalam foklor
tersebut dipercayai dan dijunjung tinggi oleh masyarakat sekitar.
Dewasa
ini perkembangan teknologi informasi membawa sebuah keterbukaan informasi
budaya. Foklor yang menjadi salah satu bagian dari budaya, juga mendapat
imbasnya. Sebagai contohnya datang dari para penikmat foklor yang tidak hanya
datang dari masyarakat sekitar sebagai kolektif, pemilik foklor, namun juga
datang dari masyarakat yang berada di luar daerah tersebut. Bahkan sekarang
ini, wilayah yang dijadikan sebagai sumber atau wilayah asal foklor, dibuka
secara umum dan dijadikan tempat wisata, supaya foklor dapat dikenal masyarakat
luas.
Salah
satu contoh cerita foklore yang menarik dikaji adalah foklore makam raja-raja
mataram, sendang seliran, watu gilang dan watu gatheng yang terletak di wilayah
Kotagede, Yogyakarta. Makam raja-raja mataram yang berpusat di Kotagede,
Yogyakarta dahulunya merupakan kerajaan mataram yang pertama kali sebelum
akhirnya terpecah menjadi 2 kerajaan yaitu kasunanan Surakarta dan Pakualaman
Yogyakarta. Dahulu sebelum berdiri kerajaan mataram wilayah tersebut merupakan
alas mentaok. Wilayah tersebut dihadiahkan oleh Sultan Hadiwijaya kepada Ki
Ageng Pemanahan karena beliau telah berhasil membunuh raden Adipati Aryo
Penangsang di Jipang Panolan. Sultan Hadiwijaya menamakan wilayah yang
diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan tersebut dengan nama Mataram sehingga nama
Mataram tersebut akhirnya dipakai sebagai sebuah nama kerajaan yang didirikan
di alas mentaok tersebut.
Dahulunya
di Alas Mentaok ini banyak jin, setan yang menghuni sehingga sulit sekali
hendak didirikan kerajaan karena bangsa jin dan setan tersebut tidak
mengizinkan mendirikan kerajaan di wilayah tersebut namun oleh Ki Ageng Pemanahan
ditirakati sehingga akhirnya bangsa jin dan setan merestui pendirian kerajaan
mataram hingga sekarang. Ki Ageng Pemanahan tersebut memiliki putra bernama
Danang Sutawijaya. Ketika menginjak dewasa raden Sutawijaya tersebut jatuh
cinta pada gadis pingitan Sultan Hadiwijaya yang berasal dari Kalinyamat dan
akhirnya kedua belah pihak keluarga pun menyetujui dan menikah. Raden
Sutawijaya tersebut ketika naik tahta menggantikan ayahandanya bergelar
Panembahan Senopati. Beliau memiliki putra yang bernama Sinuhun Prabu
Hanyokrowati yang selanjutnya menggantikan kepemimpinan beliau beliau.
Panembahan Senopati juga memiliki putri yang bernama Nyi Ageng Prembayun.
Ketika Nyi Ageng Prembayun dewasa ia dijadikan umpan oleh ayahandanya
Panembahan Senopati dengan cara ngamen bersama punggawa dengan wayang beber
guna memikat hati Mangir Wanabaya karena Mangir Wanabaya hendak merongrong
kerajaan Mataram. Akhirnya ide itu pun berhasil dan Mangir Wanabaya benar-benar
terpikat dengan kecantikan Nyi Ageng Prembayun.
Mangir
Wanabaya hendak menikahi Nyi Ageng Prembayun, tapi setelah mengetahui
bahwasanya Nyi Ageng Prembayun adalah putra Panembahan Senapati beliau mundur
akan tetapi Nyi Ageng Prembayun menggebu-nggebu meminta Mangir Wanabaya untuk
segera menjumpai Panembahan Senapati dan menikahinya. Mangir Wanabaya pun
akhirnya menuruti kehendak Nyi Ageng Prembayun dan mengirim surat kepada
Panembahan Senopati bahwasanya Raden Ajeng Prembayun telah diketemukan dan
hendak dijadikan permaisurinya. Panembahan Senapati membalas surat Mangir
Wanabaya yang intinya beliau menyetujui hubungan mereka berdua dan meminta
Mangir Wanabaya dan Raden Ajeng Prembayun beserta saudara Mangir Wanabaya untuk
menghadap raja dan sekaligus mahargya pernikahan mereka pada bulan Syawal.
Mangir
Wanabaya bersama Raden Ajeng Prembayun dan saudara datang ke kerajaan untuk
menghadap raja. Dalam perjalanannya menuju kerajaan Mataram punggawa kerajaan
Mataram meminta Mangir Wanabaya untuk mengurangi bala tentaranya tahap demi
tahap dengan alasan mau sowan nertua tidak baik membawa balatentara
banyak-banyak karena kesannya seperti hendak berperang. Sampai akhirnya ketika
Mangir Wanabaya tiba di desa Gandok hatinya mulai bimbang perjalanannya
diteruskan atau tidak namun Mangir Wanabaya terus melanjutkan perjalanan.
Akhirnya setelah sampai gerbang Kemandungan Mangir Wanabaya ditarupi dengan
tiang yang pendek sekali supaya pusaka Mangir Wanabaya “Baru Klinthing” tidak
dapat masuk dengan tegak berdiri sehingga pusaka Mangir Wanabaya “Baru
Klinthing” tersebut harus dicondongkan padahal condongnya “Baru Klinthing” merupakan pantangan. Akhirnya oleh Kyai
Jurumartani Mangir Wanabaya dibujuki supaya pusaka “Baru Klinthing” dititipkan
saja kepada beliau dan Mangir Wanabaya menyanggupi.
Raden
Ajeng Prembayun masuk ke keputrian dan Mangir Wanabaya dipersilahkan sungkem
kepada Panembahan Senopati. Mangir Wanabaya tidak mau sungkem kepada Panembahan
Senapati dan hendak membunuh Panembahan Senapati dari belakang tetapi Senopati
mengetahui dan akhirnya Mangir Wanabaya dipegang dan dipukulkan kepalanya di
atas watu gilang tersebut hingga kepalanya pecah dan dekoknya watu gilang
tersebut sampai sekarang masih terlihat.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis membuat rumusan
masalah, yaitu:
1.
Bagaimana
cerita Makam Raja-Raja Mataram Kelurahan Purbayan Kecamatan Kota Gede ,
Yogyakarta?
2.
Apa
sajakah nilai-nilai dan ajaran yang terkandung dalam cerita Makam Raja-Raja
Mataram Kelurahan Purbayan Kecamatan Kota Gede , Yogyakarta?
3.
Apa
saja fungsi cerita cerita Makam Raja-Raja Mataram Kelurahan Purbayan Kecamatan
Kota Gede , Yogyakarta?
4.
Mitos
apa saja yang terkandung dalam cerita Makam Raja-Raja Mataram Kelurahan
Purbayan Kecamatan Kota Gede , Yogyakarta?
C.
Tujuan Penulisan
Dengan
adanya rumusan masalah tersebut maka dapat
diperoleh tujuan penulisan sebagai berikut:
1.
Mengetahui
cerita Makam Raja-Raja Mataram Kelurahan Purbayan Kecamatan Kota Gede ,
Yogyakarta.
2.
Mengetahui
nilai-nilai dan ajaran yang terkandung dalam cerita Makam Raja-Raja Mataram
Kelurahan Purbayan Kecamatan Kota Gede , Yogyakarta.
3.
Memberikan
penerapan manfaat cerita Makam Raja-Raja Mataram Kelurahan Purbayan Kecamatan
Kota Gede , Yogyakarta.
4.
Mengetahui
mitos-mitos yang terkandung dalam cerita Makam Raja-Raja Mataram Kelurahan
Purbayan Kecamatan Kota Gede , Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan
Hasil yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah
sebuah laporan yang berisi deskripsi mengenai tiga tempat yaitu Makam Raja–Raja
Mataram, Sendang Seliran dan Watu Gatheng. Oleh karena itu, manfaat teoritis
dan manfaat praktisnya adalah sebagai berikut:
1.
Manfaat teoritis
Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dari
teori-teori folklore yang sudah ada serta pendekatan folklore bagi perkembangan
dunia sastra dan dapat dijadikan sebagai sumber ilmu penelitian selanjutnya.
2.
Manfaat praktis
Penulisan ini dapat dijadikan model penulisan berikutnya dan sebagai
tuntunan hidup yang bermanfaat bagi masyarakat, dalam hal tata karma, sopan
santun terhadap leluhurnya. Selain itu, penulisan ini dapat digunakan sebagai dokumentasi
budaya.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Pengertian Foklor
Secara etimologis folklor berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari
dua kata yaitu folk dan dan
lore. Folk artinya sekelompok orang yang memiliki cirri-ciri sosial,
ciri-ciri kebudayaan sehingga dapat dikelompok-kelompokkan. Lore adalah
tradisi yang diwariskan secara turun-temurun (hal ini tidak lepas dari
kebudayaan). Foklor termasuk dalam kebudayaan karena mempunyai sifat dinamis.
James Danandjaja (1997:2) memberikan
pengertian terhadap foklor yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan
secara turun-temurun secara lisan atau melalui suatu cotoh yang disertai gerak
isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).
Soeryawan(1984:21) dalam www.
Ceritarakyatnusantara.com mendefinisikan folklor adalah
bentuk kesenian yang lahir dan menyebar di kalangan rakyat banyak.
Yus Rusyana(1978:1)dalam www.ceritarakyatnusantara.com,foklor merupakan bagian persendian ceritera yang
telah lama hidup dalam tradisi masyarakat.
Cerita rakyat adalah bentuk karya sastra lisan yang
lahir dan berkembang dalam masyarakat tradisional dan disebarkan dalam bentuk
relatif tetap atau dalam bentuk
standar disebarkan diantara kolektif
tertentu dalam waktu yang cukup lama (James Danandjaja, 1984:50).
William R. Bascom dalam James Danandjaja (1997:50)
membagi cerita prosa rakyat dalam tiga golongan besar, yaitu:
1. Mite (myth) adalah cerita prosa rakyat
yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita.
Mite ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa yang terjadi
di dunia lain, atau dunia yang bukan seperti yang kita kenal sekarang dan terjadi
pada masa lampau, misalnya, Ramayana dan Mahabharata.
2.
Legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai
cirri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi,
tetapi tidak dianggap suci. Berlainan dengan mite, legenda ditokohi oleh manusia,
walaupun ada kalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa, dan seringkali juga
dibantu makhluk-makhluk ajaib. Tempat terjadinya adalah dunia seperti yang kita
kenal kini, karena waktu terjadinya belum lampau.
3.
Dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap
benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng yang tidak terikat
oleh waktu maupun tempat.
Menurut Jan
Harold Bruvand dalam Harjito (2006 :7) Folklor dapat digolongkan ke dalam tiga
kelompok, yaitu:
1.
Folklor lisan (verbal folklore) adalah foklor
yang bentuknya memang murni lisan.
Bentuk-bentuk (genre) foklor yang termasuk ke dalam kelompok besar ini antara lain:
a.
Bahasa rakyat (folk speech) seperti logat,
julukan, pangkat tradisional, dan titel kebangsawanan.
b.
Ungkapan tradisional, seperti peribahasa, pepatah
dan pemeo.
c.
Pertanyaan tradisional, seperti teka-teki.
d.
Puisi rakyat, seperti pantun, gurindam dan syair.
e.
Cerita prosa rakyat, seperti mite, leganda dan
dongeng.
f.
Nyanyian rakyat.
2.
Foklor sebagian lisan adalah foklor yang bentuknya
merupakan campuran antara unsur lisan dan unsur bukan lisan. Kepercayaan
rakyat, misalnya, yang oleh orang “modern”seringkali disebut takhayul itu,
terdiri dari pernyataan yang bersifat lisan ditambah dengan gerak isyarat yang
dianggap mempunyai makna gaib. Bentuk-bentuk foklor yang tergolong ke dalam kelompok besar ini adalah kepercayaan rakyat, permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat,
adat-istiadat, upacara, pesta rakyat, dan lain-lain.
3.
Foklor bukan lisan adalah foklor yang bentuknya
bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Kelompok besar
ini dibagi menjadi dua subkelompok, yakni yang material dan yang bukan
material. Bentuk-bentuk folklor yang tergolong yang material antara lain:
arsitektur rakyat (bentuk rumah asli daerah, bentuk lumbung padi dan
sebagainya), kerajinan tangan rakyat; pakaian dan perhiasan tubuh adat,
makanan dan minuman rakyat dan obat-obatan tradisional. Sedangkan yang
termasuk yang bukan material antara lain: gerak isyarat tradisional (gesture),
bunyi isyarat, komunikasi rakyat (kentongan tanda bahaya di Jawa atau bunyi
gendang untuk mengirim berita seperti yang dilakukan di Afrika), dan musik
rakyat.
B.
Ciri-ciri foklor
Foklor memiliki ciri pengenal tersendiri untuk
membedakan dengan kebudayaan lain. Menurut Hoetomo dalam Kasnadi dan Sutejo (2010
: 94), ciri pengenal foklor adalah sebagai berikut :
1.
Pencipta tradisi lisan tidak diketahui (anonim).
2.
Materi tradisi lisan milik kolektif.
3.
Materi tradisi lisan punya fungsi di masyarakat.
4.
Materi tradisi lisan bersifat tradisional.
Ciri-ciri foklor menurut James Dananjaya adalah sebagai berikut :
1.
Penyebaran secara lisan melalui tutur kata dari
mulut ke mulut atau contoh yang disertai gerak isarat, alat bantu pengingat
dari generasi ke generasi
2.
Bersifat tradisional disebarkan dalam bentuk relatif
tetap / standar.
3.
Mempunyai versi yang berbeda-beda.
4.
Bersifat anonim.
5.
Mempunyai bentuk berpola atau berumus.
6.
Menggunakan kata-kata klise atau ungkapan
tradisional.
7.
Gunanya untuk kehidupan kolektif, yaitu pendidikan,
pelipur lara, protes sosial dan proyeksi keinginan terpendam.
8.
Bersifat logis, punya logika sendiri yang berbeda
dengan logika umum
9.
Milik bersama dari kolektif tertentu.
10. Umumnya polos
dan lugu sehingga kelihatan kasar dan spontan.
Endraswara (2009 : 22) menambahkan bahwa ciri-ciri foklor antara lain
sebagai berikut :
1.
Disebarkan secara lisan dari mulut ke mulut, dari
satu orang ke orang lain secara ilmiah tanpa ada paksaan.
2.
Nilai-nilai tradisi sangat menonjol dalam foklor.
3.
Foklor dapat bervariasi antara 1 wilayah lokal, namun
hakikatnya sama. Variasi disebabkan oleh keragaman bahasa, bentuk dan wilayah
masing-masing.
4.
Pencipta dan pencanang foklor tidak jelas siapa dan
asalnya dari mana.
5.
Cenderung memiliki formula atau rumus yang tetap dan
ada yang lentur.
6.
Mempunyai kegunaan bagi pendukungnya / kolektif jiwa.
7.
Kadang-kadang foklor Jawa mencerminkan hal-hal yang
bersifat pralogis.
8.
Menjadi milik dan tanggung jawab bersama.
9.
Mempunyai sifat polos dan spontan.
10. Ada yang
memiliki sifat humor dan wejangan.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa Foklor adalah bagian dari
kebudayaan yang diwariskan secara
turun-temurun, cerita rakyat termasuk ke dalam foklor lisan karena diwariskan
secara turun-temurun melalui lisan. Dalam hal ini cerita rakyat makam raja
Mataram Kotagede termasuk foklor karena disebarkan secara turun temurun dan
memiliki nilai-nila serta norma yang dijunjung oleh masyarakat sekitarnya.
C.
Fungsi Foklor
William R. boscom dalam James Danandjaja (1997: 19)
mengklasifikasikan fungsi folklor sebagai berikut:
1.
Sebagai sebuah bentuk hiburan (as a form of
amusement).
2.
Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan
lembaga-lembaga kebudayaan (it plays in validating culture in justifying its
ritual and institution to who perform and obserb them).
3.
Sebagai alat pendidikan anak (its plays in
education as pedagogical device), dan
4.
Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma
masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya (maintaining conformity
to accepted pattern of behaviour, as means of applying social pressure and
excersing social control) .
Sedangkan Hutomo, mengklasifikasikan fungsi folklor sebagai berikut:
1.
Sebagai sistem proyeksi.
2.
Sebagai alat pengesahan kebudayaan.
3.
Sebagai alat pemaksa
berlakunya norma sosial dan alat pengendalian sosial.
4.
Sebagai alat pendidikan anak.
5.
Sebagai alat pemberian suatu jalan yang dibenarkan oleh masyarakat agar
seseorang agar dapat lebih superior daripada yang lain.
6.
Untuk memberikan seseorang jalan yang debenarkan
oleh masyarakat agar dia dapat mencela orang lain.
7.
Sebagai alat untuk memprotes ketidakadilan dalam
masyarakat.
Selanjutnya James Danandjaja dalam bukunya yang berjudul Folklor
Indonesia (1997: 20) juga berpendapat mengenai fungsi folklor, yaitu untuk
memperbaiki hidup rakyat, seperti yang telah dilakukan beberapa kaisar Tiongkok
dan bukan untuk menindas rakyatnya seperti yang pernah dilakukan tentara pendudukan Jepang di Indonesia.
Akhirnya penelitian folklor Indonesia sangat berguna
bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, yang pada dewasa ini masih lebih
berat bhinneka-nya daripada tunggal ekanya.
Menurut Yus Rusyana (1981: 11) fungsi cerita rakyat
di masyarakat adalah:
1.
Anak cucu mengetahui asal-usul nenek moyangnya.
2.
Orang mengetahui dan menghargai jasa tokoh yang
telah melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi umum.
3.
Orang mengetahui hubungan kekerabatan, sehingga
walaupun telah terpisah karena mengembara ke tempat lain, hubungan itu tidak
terputus.
4.
Orang mengetahui bagaimana asal-usul sebuah tempat
yang dibangun dengan penuh kesukaran.
5.
Orang lebih mengetahui keadaan kampong halamannya,
baik keadaan alamnya maupun kebiasaannya.
6.
Orang mengetahui benda pusaka yang ada di suatu
tempat.
7.
Orang dapat mengambil sebuah pengalaman dari tokoh
terdahulu sehingga dapat bertindak lebih hato-hati lagi.
8.
Orang terhibur, sehingga pekerjaan berat menjadi
ringan.
9.
Untuk penyembuhan penyakit bagi yang mempercayai.
10. Pengaruh
cerita rakyat terhadap alam sekitar.
Alan Dundes dalam Kasnadi dan Sutejo (2010 : 94) juga menyebutkan fungsi cerita rakyat antara
lain :
1.
Membantu pendidikan anak-anak muda.
2.
Meningkatkan perasan solidaritas suatu kelompok.
3.
Memberi sanksi sosial agar seseorang berperilaku
baik / memberi hukuman.
4.
Sebagai sarana kritik sosial,
5.
Memberi suatu pelajaran yang menyenangkan dari
kenyataan.
6.
Mengubah pekerjaan yang membosankan menjadi
permainan.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Cerita Foklor Versi Lisan
Cerita lisan adalah cerita rakyat yang murni lisan.Cerita lisan biasanya mudah diingat dari karakter dan
tokoh-tokohnya. Dalam cerita rakyat Makam Raja-Raja Mataram ini ada
beberapa versi lisan diantaranya :
i. Versi A
Makam Raja-Raja Mataram merupakan merupakan makam
keluarga kerajaan Mataram , pada awal mulanya makam itu merupakan kerajaan
Mataram yang pertama dipindahkan dari Pajang ke Mataram Yang bertempat dikota
Gede.Oleh Ki Ageng Pemanahan ayah Panembahan Senopati.Dahulu wilayah tersebut
merupakan alas Mentaok yang merupakan hadiah dari Sultan Hadiwijaya karena
berhasil mengalahkan Jaka Tingkir .Makam tersebut merupakan makam orang-orang
yang mempunyai kelebihan dalam hal duniawi misalnya: tahta, harta, jabatan dll.
Di dekat
makam tersebut terdapat sendang Seliran.Seliran berasal dari kata “Slira” yang artinya
diri sendiri.Maksudnya adalah sendang tersebut dibuat sendiri oleh Raja dan
keluarganya. Di sendang tersebut konon katanya terdapat lele kejiman yang bernama Kyai Reges
(terletak pada sendang putra) dan Nyai Reges (terdapat pada sendang
putri).Besarnya lele tersebut sedepa .Disana terdapat watu Gilang yang
merupakan tempat peristirahatan Panembahan Senopati.Watu Gilang tersebut
digunakan untuk membunuh Mangir Wanabaya dengan cara membenturkan kepalanya
pada watu Gilang tersebut dan bekas benturan tersebut masih nampak sampai
sekarang.Mangir Wanabaya merupakan menantu Panembahan Senopati .Dia dibunuh
karena tidak mau asok bulu bekti dan hendak merongrong kerajaan Mataram.
Di luar dekat watu Gilang tersebut terdapat Watu Gatheng yang konon
katanya digunakan Raden Rangga sebagai mainan.Konon katanya Raden Rangga ini
adalah anak Panembahan Senopati dengan Ratu Kidul ,maka tidak heran jika Raden
Rangga sakti.
ii. Versi B
Makam Raja-Raja Mataram ini dahulu
adalahkerajaan Matram yang pertama kali,pada awalnya merupakan alas Mentaok.Di
tempat itu banyak Jim Setan , mereka tidak diijinkan didirikan kerajaan namun
setelah ditirakati oleh Panembahan Senopati penghuni gaib itu setuju bila
didirikan sebuah kerajaan .Makam
Raja-Raja Mataram ini berakaitan dengan Makam Imogiri dan Pertapaan Kembang
Lampir , Wonosari ,Gunung Kidul.Yang dimakamkan disini adalah para leluhur
kerajaan Mataram seperti Ki Ageng Pemanahan, Sultan Hadiwijaya, Panembahan
Senopati , Gusti Kali Nyamat dan sebagainya.Didekat makam tersebut terdapat
sendang seliran.Disendang terdapat lele ajaib , yang diyakini piaraan
Panembahan Senopati .Suatu ketika Panembahan Senopati ingin memasak lele
tersebut , dan memakannya setelah dimakan tinggal tulang dan kepala.Ia lalu
berkata bahwa lele tersebut bisa hidup.Karena perkataan Raja mujarab maka hal
itu terwujud.Akhirnya ikan itu dilepaskan ke sendang , dan diyakini hidup
sampai sekarang .
Panembahan Senopati memiliki menantu yang bernama Mangir Wanabaya
berasal dari dusun Mangiran Srandakan Bantul.Mangir Wanabaya tersebut menikah
dengan Raden Ajeng Prembayun selain itu Panembahan Senopati juga memiliki anak
bernama Raden Rangga yang terkenal sakti .Pada masa kecil memakai watu Gatheng
sebagai mainan.Putra lainnya bernama Pangeran Purbaya yang sekarang makamnya di
wot galih dekat bandara Adi Sucipto.Pada masa hidupnya Panembahan Senopati
pernah mengadakan perjanjian dengan Ratu Pantai Selatan bahwasanya ada hubungan
suami istri sehibgga keturunan Raja-Raja Matram sampai sekarang juga memiliki
istri gaib yaitu Ratu Pantai Selatan selain memiliki istri didunia nyata.
iii.
Versi C
Dahulu sebelum berdiri kerajaan Mataram, wilayah tersebut masih berupa alas yang dikenal dengan nama
Mentaok.Didekatnya terdapat sendang seliran, konon katanya asal mula terjadinya
sendang tersebut ketika Panembahan Senopati hendak solat tidak ada air, lalu
dia menghentakkan kakinya ke tanah sebanyak tiga kali dan muncullah sumber mata
air.Disendang tersebut terdapat lele bernama Nyai Rebes dan Kyai Rebes yang
hanya kepala dan durinya.Makam Raja-Raja Mataram tersebut terdapat makam
Panembahan Senopati , ada pula makam yang separuh diluar dan separuh di dalam
yaitu Mangir Wanabaya. Makam tersebut melambangkan bahwasanya pada Mangir
Wanabaya memiliki dua kedudukan sebagai menantu sekaligus musuh.
A. Cerita Foklor Versi Tulis
i.
Versi Riwayat Pasarean Mataram I
Sejarah Mataram
Kyai Ageng Pemanahan bergelar
Kyai Ageng Mataram.Mataram adalah nama daerah yang dihadiahkan oleh Sultan
Hadiwijaya (sultan Pajang), karena Ki Ageng Mataram dapat membunuh Raden
Adipati Arya Penangsang pada tahun 1527 M di Jipang panolan.Ki Ageng Pemanahan
memninta ijin kepada Sultan Pajang untuk menempati daerah Mataram. Sultan
Pajang berpesan dan pesan itu disanggupi olehnya tetapi dia memohon agar
diperkenankan mengajak putra Sultan Hangabehi Loring Pasar untuk berpindah ke
Mataram. Ki Ageng Mataram sekeluarga pindah ke Mataram disertai dengan dua
orang menantunya Raden Dadap Tulis, Tumenggung Mayang, Nyai Ageng Nis, Ki Ageng
Juru Martani ini terjadi pada hari kamis Pon tanggal 3 Rabiul Akhir taun Jim
Awal.
Dalam perjalanan mereka
berziarah ke isatana Pengging sehari semalam. Sesudah sembahyang subuh mereka
berangkat menuju Mataram dan berhenti di desa Wiyoro dan membangun desa
bernama Karangsari. Ki Ageng Mataram dan Ki jurumertani mencari pohon yang
ditanam Sunan Kalijaga untuk tetenger
lalu mereka menemukan pohon tersebut dan menentukan tanah disebelah selatan
beringin dipakai sebagai halaman dan rumah tinggal. Ki Ageng beserta keluarga
bekerja keras untuk membangun rumah hingga selesai dalam waktu singkat.Rumah
baru segera ditempati Ki Ageng Pemanahan dengan gelar Ki Ageng Mataram, banyak
saudara-saudara asing ke Mataram, sehingga menambah ramai dan makmurnya Mataram
Kotagede.Sultan Hadiwijaya jatuh hati pada gadis pingitan putri Kalinyamat, ia
menggangu gadis pingitan tersebut dan diketahui oleh Ki Ageng Mataram. Ki Ageng
Mataram mengajak Sutawijaya untuk pergi ke Pajang. Sesampai di Pajang sinuhun
bertanya sebab kedatangannya dn Ki Ageng Mataram menjawab bahwa anaknya
Sutawijaya jatuh hati pada putri sinuhun dan akhirnya kedua orang tua tersebut
menyetujui.
Ki Ageng Mataram gering dan mangkat
pada hari Senin Pon 27 Ruwah tahun Je 1535 dimakamkan di sebelah barat istana
Mataram. Ki Ageng Jurumartani pergi ke Pajang dan menceritakan tentang wafatnya
Ki Ageng Mataram akhirnya sinuhun memutuskan sebagai pengganti Raja Mataram
dimufakati Pangeran Haryo Mataram Senopati Pupuh. Dia diangkat pada tahun Dal
1551 M bergelar Kanjeng Panembahan Senopati Ing Ngalogo yang menguasai Tanah
Jawa yang menurunkan Raja-Raja Surakarta dan Yogyakarta. Kanjeng Panembahan
Senopati gering dan mangkat pada hari Jumat Pon Asyura tahun Wawu 1563
dimakamkan disebelah barat masjid.
Putranya
mengantikan dengan gelar Kanjeng Susuhunan Prabu Hanyokrowati, penobatannya
bersamaan dengan bulan wafatnya Panembahan Senopati. Dia terkenal dengan gelar
Narpati Jeng Sinuhun Seda Krapyak.Dia mangkat pada bulan Besar tahun Jim Awal
1565 , dan dimakamkan di sebelah bawah makam ayahnya, Panembahan Senopati.
ii.
Versi Riwayat Pasarean Mataram II
Sejarah Pasarean
Sejarah makam
yang digunakan untuk memakamkan Kyai Ageng Mataram adalah bekas rumah Kyai
Ageng Mataram. Hal ini sesuai dengan wasiat Ki Ageng Mataram kepada putranya
Ngabehi Loring Pasar supaya Ni Ageng Nis (nenek Panembahan Senopati) dimakamkan
sebelah utara rumah sedangkan dia (Ki Ageng Mataram) ditempat di langgar. Begitulah
makanya tajuk itu berwujud langgar.
Telaga/ Sendang
Saliran
Sendang Saliran itu yang membina adalah Kyai Ageng Mataram serta
Gusti Panembahan Senopati. Dinamakan ‘Saliran’ karena dikerjakan sendiri oleh
beliau, adapun sengkalannya tahun; “ TOYA SALIRANG SEMBAHAN JAMI” (1284 M).
Bangsal dibangun dengan peliharaan kura-kura kuning dengan nama ‘Kyai Duda”
sedangkan istrinya tidak diketahui namanya. Selain kura-kura ada juga ikan lele
menurut cerita banyak orang keturunan Kyai Truno Lele, Kyai Duda Wardani siapa
yang sowan menghadap dengan khidmat maka Duda itu dapat menyatukan cipta,
memohon kepada Yang Kuasa dengan ziarah. Karena yang dimakamkan adalah manusia
yang berkelebihan dan sakti.
Sejarah Bunga Telasih
Sejarah Bunga Telasih yang setiap jumat dihaturkan oleh abdi dalem
berasal dari sejarah ketika Kyai Ageng Mataram dan Ki Ageng Pemanahan berkelana
sebelum diberikan daerah Mataram berhenti di desa sebelah utara Kricak. Mereka
berhenti di bawah pohon Waru lalu ada seorang lelaki mengaturakan minuman dawet
yang isinya biji bunga telasih, setelah diminum terasa segar. Lalu Ki Ageng Mataram
berkata bahwasanya anak cucu keturunanya agar dihaturkan bunga telasih sebagai
isyarat bisa turut merasakan kemuliaan.
Hajat Dalem
Sejarah Hajat Dalem berasal dari Gusti Panembahan sebelum menduduki
kerajaan, pulang dari samudra selatan bermalam di Gilangi Pura. Pulangnya
sampai di desa Titang berhenti istirahat, diaturkan makan nasi beras cempa
merah lauknya gudangan lalu Gusti Panembahan berkata bahwasanya, besok jika ia
menduduki tahta Mataram supaya melestarikan penghaturan pengabdian beras cempa
merah.
Riwayat Mimbar Masjid Kotagede Mataram
Berasal dari Palembang, upeti dari Adipati Palembang ketika sinuhun
Hanyokrokusuma yaitu Sinuhun Sultan Agung yang bertahata di Pleret, pulang
jumatan di Mekah diikuti pepatih dalem dan penghulu dalem. Penghulu dalem
menyatakan dari kadewan Hadipati kalah, takluk kepada Mataram kemudian
menghaturkan upeti nmimbar dari kayu wungle yang diukir bagus.
Abdi Dalem Dondong
Sejarah abdi
dalem dondong berasal dari desa Dondong Kabupaten Kulon Progo. Pada saat itu
Sunan Kalijaga berada di suatu desa melihat kayu yang pantas untuk dijadikan
bedug sehingga desanya dinamakan Desa Bedug. Sunan Kalijaga menyuruh Nyai Brintik
untuk membawa kayu ke Mataram lalu Nyai Brintik menaati. Dengan pangestu dari
waliyullah, Nyai yng sudah tua itu kuat mendukung sampai Mataram. Nyai Brintik
kemudian menjadi abdi dalem Dondong. Adapun besluitnya adalah besluit Jajar.
iii.
Versi Riwayat Pasarean Mataram III
Riwayat Balok
Sejarah Balok yang terletak di timur makam Gusti Panembahan
Senopati memiliki ukuran p= 5 meter, l= 25 centimeter bekas titian kendaraan
Panembahan bertapa menghanyutkan diri di sungai Opak hingga samapai keraton
Kanjeng Ratu Kidul. Sehingga memiliki jajahan makhluk halus, menurut
serat Wedatama tembang Sinom kesimpulannya sebagai berikut;
Kanjeng Ratu Kidul dapat meguasai samudera
tapi masih kalah wibawa dengan Panembahan Senopati. Beliau mengharapakan
terjalinnya persahabatan antara makhluk halus dengan makluk hidup. Dan memohon
agar Panembahan Senopati sudi mengadakan pertemuan walaupun dengan susah payah,
Panembahan Senopati menyanggupi. Ini merupakan awal mula upacara Labuhan.
Riwayat
Makam Kyai Mangirwanabaya
Riwayat
Mangirwanabaya setengah di luar setengah di dalam karena pada waktu itu menjadi
musuh kemudian menjadi anak menantu. Panembahan Senopati termangu karena Mangir
tidak mau tunduk di bawah kekuasaan Mataram. Kyai Jurumartani mempunyai ide
menaklukan Mangir Wanabaya dengan menjadikan Raden Ajeng Prembayun turun dalam
rombongan ngamen wayang beber. Sandi Guna harus bisa membikin ulah sehingga
hati Mangir mengebu-gebu untuk mnguasai Raden Ajeng Prembayun. Akhirnya hal itu
terlaksana Mangir Wanabaya mengetahui bahwa Raden Ajeng ambayun mendesak agar
dalah putri Panembahan Senopati hendak menjadikan istri tapi talkut karena
Panembahan Senopati adalah musuhnya. Namun Raden Ajeng Prembayun mendesak agar
dipulangkan ke Mataram dan menghadapa ayahnya. Mangir Wanabaya mengirimkan
surat ke kerajaan Mataram yang berisi pemberitahuan bahwa putri Senopati Raden
Ajeng Prembayun telah ditemukan dan menjadi permaisuri Mangir Wanabaya.
Senapati
menerima surat itu dengan senang hati dan membalas yang isinya Mangir Wanabaya dan
Raden Prembayun untuk datang ke Mataram beserta keluarga pada awal bulan Syawal sekaligus mahargya pernikahan
mereka berdua. Ketika tiba saatnya sowan Manir Wanabaya dan Raden Prembayun
beserta saudara berangkat, disetiap perjalanan pungawa istana meminta Mangir
untuk mengurangi pengikutnya sampai akhirnya tiba di desa Tegalgendhu
pengikutnya tinggal sedikit. Akhirnya setelah tiba di gerbang Kemandungan
ditarupi rendah sekali tiangnya sehingga pusak anadalan Kyai Mangir yaitu Baru
Klinting tidak dapat masuk dengan tegak berdiri dan harus dicondongkan. Padahal
condongnya Baru Klinting adalah pantangan. Nyai Ageng Prembayun masuk
mendahului, kyai Mangir dipertemukan dengan Kyai Ageng Jurumartani dan dia
membujuk agar Baru Klinting boleh dibawa. Akhirnya Mangir mengiyakan, sesampai
di halaman Raden Ajeng Prembayun masuk keputrian sedangkan Kyai Mangir Wanabaya
menghadapa Panembahan Senopati dan sungkem. Senopati saat itu duduk di atas
Watu Gilang, ketika Kyai Mangir menundukan kepala dipegang dan dipukulkan
diatas Watu Gilang sehingga batu menjadi dekok dan kepala Mangir pecah serta
ramai seketika. Maka tamatlah riwayat Mangir Wanabaya.
Riwayat
Saka Guru
Riwayat Saka Guru yang
terletak di sebelah timur dan dipacak suji bermula dari ketika negara Kartasura
dududk diatas tahta Ingkang Sinuwun Susuhunana Mangkurat Amral (1606)
wilayahnya terkena bahaya kelaparan.Sinuhun sangat susah kemudian memangil
Gusti Pangeran Puger. Adik Gusti Pangeran Puger pergi sowan pasarean Mataram
dan Pangeran Puger mengijinkan. Ketika sampai di Dalem Paugeran , ia ganti
pakaian layaknya seperti santri desa. Sesampai di Mataram dia sesuci di Sungai
Gajahwong lalu duduk dibawah ringin sepuh. Sesudah subuh ia sowan ke Pasarean ,
duduk berdekatan dengan tiang di tenggara dan terus berdoa, maka makbullah
doanya, diatas tempat duduk ada tompo maka diambil dan dihimpit terus sampai di
negara Kartasura. Ketika dia melewati pasar dia menerima kabar bahwa beras
sudah laku, segala permohonannya telah dikabulkan.
iv.
Versi Babad Tanah Jawi
Atas
kemenangan putranya yang telah berhasil membunuh Arya Penangsang, Ki Ageng
Pemanahan sesuai perjanjian diberi bagian membuka alas Mentaok. Segera ia
berangkat ke Mataram dan terkenal dengan sebutan Ki Ageng Mataram. Mataram
awalnya dikenal dengan nama Ngeksiganda,ngeksi berarti mata dan ganda artinya
harum, maka Ngeksiganda berarti Matarum atau Mataram. Berkat ketangguhan
Sutawijaya dalam memimpin perang melawan Arya Penangsang yang tidak hanya pada
otak tapi juga kekuatan jasmani ia mendapat gelar Panembahan lengkapnya
Senopati. Senopati, menunjukkan dirinya yang lebih merasa sebagai prajurit,
pemimpin perang bukan raja yang luhur yang disujudi orang banyak.
Ki
Ageng Pemanahan menuju Gunung Donorojo atas perintah Kanjeng Sultan Pajang
untuk memberi tahu kepada Ratu Kalinyamat kalau Arya Penangsang sudah wafat.
Oleh Kalinyamat ia diberi pusaka berupa cincin, satu mirah bernama Si Menjangan
Bang dan satu intan bernama si Uluk. Ki Ageng Pemanahan lalu kembali ke Pajang
membawa serta keluarganya. Selang beberapa waktu sekembalinya ia ke Pajang Ki
Ageng Pemanahan merasa gelisah karena tidak segera diberi mandat untuk menerima
tanah Mataram kemudian ia pergi ke desa Kembang Lampir. Ia menceritakan
kegelisahannya kepada Sunan Kalijaga. Dengan nasehat dari Sunan Kalijaga Sultan
Pajang memberikan tanah Mataram kepada Ki Ageng Mataram disertai dengan sembah
setia kepada Sultan Pajang.
Pada
suatu hari Ki Ageng Mataram pergi ke Gunung Kidul untuk menemui temannya yang
bernama Ki Ageng Giring. Saat itu ia lelah dan mencari legen di dapur. Ia
menemukan air kelapa dan ingin meminumnya namun oleh Nyai Ageng Giring tidak
diperkenankan tapi ia nekat. Setelah beberapa waktu Ki Ageng Giring pulang, ia
melihat air kelapanya sudah habis dan sangat kecewa, lalu menceritakan apa yang
sebelumnya terjadi. Ia bercerita bahwa sebelumnya ia mendengar suara gaib yang
mengatakan bahwa orang yang meminum air kelapa itu sampai habis maka keturunannya
akan menjadi raja besar yang menguasai tanah jawa.
Ki Ageng Mataram berangkat ke Pajang mau
meminta maaf atas kesalahan putranya Panembahan Senopati yang jatuh hati kepada
putri dari Kalinyamat yang dulu dipesan oleh Sultan Pajang. Mendengar hal itu,
Sultan Pajang meskipun kecewa tetapi tetap memberikan izin. Sehingga Panembahan
Senopati menikahinya dan memiliki anak bernama Raden Rangga. Tahun 1535, Ki
Ageng Mataram wafat dan sebagai penggantinya adalah Panembahan Senopati dengan
gelar Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Sehingga Panembahan Senopati
pulang ke Mataram dan mulai menatanya. Setelah satu tahun berlalu, ia tidak
kunjung datang ke Pajang padahal telah ditunggu oleh Sultan Pajang yang dulu
memintanya datang ke Pajang setelah satu tahun bertahta di Mataram. Ketika
utusan dari Sultan Pajang datang, ia tetap tidak mau datang. Oleh Ki
Jurumartani ia banyak diberi nasehat. Ki Jurumartani menganggap Panembahan
Senopati telah melakukan 3 kesalahan yaitu 1) memusuhu Gusti, 2) memusuhi orang
tua, dan 3) memusuhi guru. Suatu ketika Panembahan Senopati menuju Lipura. Ia
duduk di Watu Gilang tiba-tiba ada bintang jatuh di dekat kepalanya dan berkata
bahwa keinginannya akan terkabul lalu ia bertapa di laut selatan. Ratu Kidul
sebagai penjaanya merasa terganggu lalu menghampirinya. Panembahan Senopati
yang jatuh hati ketika melihat Ratu Kidul memutuskan bermalam 3 hari di istana
bawah laut Ratu Kidul dan memadu kasih. Ratu Kidul berjanji akan membantu
Senopati jika membutuhkan.
Pada
masa kepemimpinan Panembahan Senopati, beliau berhasil menaklukan banyak
wilayah yang jumlahnya lebih dari separuh pulau Jawa namun Panembahan Senopati
hanya berusia 3 tahun dalam memerintah dan digantikan anaknya Prabu
Hanyakrawati selama 12 tahun dan wafat lalu digantikan oleh Pangeran Adipati
Anom yang bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma.
B.
Perbedaan Versi Lisan dengan Versi Tulis
Perbedaan cerita foklor versi lisan dan versi tulis dari cerita
raja-raja Mataram adalah jika cerita foklor versi lisan lebih banyak membahas
tentang mitos-mitos yang terkandung dalam sejarah pemakaman raja Mataram sperti
itos lele ajaib, mitos watu gilang dan lain-lain serta menceritakan tentang
asal mula kerajaan Mataram yang berawal dari babat Alas Mentaok sedangkan
cerita foklor versi tulis lebih banyak membahas tentang silsilah raja-raja
Mataram dan pertempuran untuk menaklukan wilayah.
Berikut keterangan mengenai silsilah raja-raja Mataram;
1.
Ki Ageng Pemanahan
2.
Panembahan Senopati
3.
Prabu Hanyakrawati dan selanjutnya.
C. Bentuk Cerita
Cerita Makam Raja-Raja Mataram termasuk
prosa cerita rakyat yang berupa legenda
khususnya legenda setempat atau local legend. Dikatakan local legend
(legenda setempat) karena dalam cerita tersebut mengisahkan berdirinya kerajaan
Mataram yang pertama, yang dahulunya tempat tersebut merupakan alas Mentaok
pemberian dari Sultan Hadiwijaya kepada Panembahan Senopati karena berhasil
mengalahkan Jaka Tingkir. Selain itu juga mengisahkan tentang terjadinya
sendang Seliran yang bermula dari kisah Panembahan Senopati yang hendak wudhu
tetapi tidak ada air, lalu menghentakkan
kakinya sebanyak tiga kali sehingga muncul mata air. Yang terakhir mengisahkan
tentang dekoknya Watu Gilang yang
menurut cerita digunakan Panembahan Senopati untuk membenturkan Mangir Wanabaya
sehingga kepalanya pecah dan dekoknya batu tersebut masih nampak sampai
sekarang.
D.
Nilai-nilai dan ajaran yang terkandung dalam cerita Makam Raja-Raja
Mataram
1.
Sebagai tempat Ziarah
Di Kota Gede, Mataram dijadikan tempat ziarah karena terdapat makam
Raja-Raja Mataram, sehingga mereka yang berkunjung ke tempat itu mendoakan
Raja-Raja Mataram tersebut.
2.
Nilai Pendidikan (Pedagogis)
Pengunjung yang datang berasal dari berbagai kalangan antara lain:
pelajar, ilmuwan.Umumnya mereka datang untuk melakukan penelitian tentang
sejarah kerajaan Mataram yang hasilnya akan dikaji dan teliti lebih lanjut
untuk perkembangan pengetahuan sejarah mengenai Raja-Raja Jawa khususnya
Raja-Raja Mataram.
3.
Nilai Ekonomi
Keberadaan Makam Raja-Raja Mataram dimanfaatkan warga sekitar untuk
menambah penghasilan.Beberapa usaha yang dilakukan anataranya; membuka warung
makanan dan minuman disekitar temapat wisata. Selain itu bagi pihak dalem
keraton dapat menambah penghasilan dengan adanya penjualan buku riwayat
Raja-Raja Mataram dan peminjaman busana adat untuk masuk ke area pemakaman.
4.
Nilai Kearifan Lokal (local Wisdom)
Cerita Raja-Raja Mataram memberikan manfaat atau kearifan lokal
seperti, mitos air sumur yang berada didekat sendang diyakini menambah pintar
dan menambah cerah wajah bagi siapa saja yang meminumnya. Selain itu pengunjung
yang dapat melihat lele ajaib yang berada disendang dan berdoa maka
permintaannya akan dikabulkan serta kehidupannya mendapat berkah. Hal ini
dimaksudkan agar para pengunjung bersungguh-sungguh dalam berusaha dan berdoa.
5.
Nilai Sosial Keagamaan
Nilai Sosial Keagamaan yang terkandung dalam cerita Raja-Raja
Mataram adalah manusia hendaknyamemiliki sifat-sifat luhur seperti berbakti
kepada mertua atau orang tua, berbakti
kepada penguasa setempat yang dalam hal ini adalah Raja, serta dilarang menyakiti apalagi berperang
dengan sesama saudara. Selain itu dengan adanya larangan memakai perhiasan
ketika memasuki makam mengajarkan kepada masyarakat untuk tetap sederhana dalam
kehidupan sehari- hari.
6.
Nilai Legitimasi Penguasa Setempat
Legitimasi dalam hal ini diartikan seberapa jauh masyarakat mau
menerima dan mengakui kewenangan, keputusan atau kebijakan yang diambil
pemimpin.Dalam cerita ini Raja Mataram disegani oleh rakyatnya karena ia bisa
mengayomi dan menyejahterakan rakyatnya.
7.
Nilai Pelestarian Budaya
Tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita makam Raja-Raja Mataram
telah dikenal oleh masyarakat meskipun masyarakat sekitar belum pernah bertemu
secara langsung. Misalnya tokoh Panembahan Senopati memiliki sifat arif
bijaksana dan cerdik dalam menyelesaikan masalah.
E. Penerapan Fungsi dan penghayatan
cerita foklor makam raja-raja Mataram
1. Sebagai alat pemaksa
berlakunya norma sosial dan alat pengendalian sosial.
Peraturan di Makam Raja-Raja Mataram Kelurahan Purbayan Kecamatan Kotagede, Yogyakarta. Masyarakat
dan pengunjung Makam Raja-Raja Mataram di desa tersebut menaati semua peraturan yang ada di sekitar makam,
seperti:
a. a.Seorang wanita yang sedang menstruasi tidak diijinkan masuk ke lokasi
pemakaman. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesucian di sekitar makam.
b. Masyarakat dan pengunjung tidak diperkenankan untuk berkata kasar dan
kotor.
c. Masyarakat dan pengunjung tidak diperbolehkan untuk bertindak kurang
sopan.
d. Pengunjung yang datang dilarang memotret area pemakaman.
e. Pengunjung yang masuk makam diwajibkan memakai pakaian adat peranakan Yogyakarta
yaitu beskap untuk putra dan kemben untuk putri.
f. Waktu masuk menghadap keris dilepas
g. Wanita selain putri Ratu atau putri Pangeran pakai ubet-ubet ukel tekuk
pakai baju. Jika masih anak-anak diperkenankan memakai kain sabuk wolo konde
dan tidak diperkenankan memakai kalung, gelang ataupun perhiasan.
h. Diperkenankan masuk menghadap apabila abdi dalem juru kunci telah selesai
menjalankan kewajibannya.
i.
Selama bulan puasa Makam Kotagede tutup.
2. Sebagai pendidikan anak.
Nilai-nilai dan ajaran yang terdapat
dalam Cerita Makam Raja-Raja Mataram dapat diwariskan kepada anak-anak dengan
mengambil sisi positifnya untuk ditiru dan sisi negatif cerita agar tidak ditiru oleh anak-anak. Pengajaran ini juga sebagai upaya untuk melestarikan
cerita Makam Raja-Raja Mataram. Dalam hal ini Mangir Wanabaya yang dibunuh
Panembahan Senopati karena tidak mau tunduk dengan pemimpinnya dapat dijadikan
pelajaran kepada anak-anak bahwa pembangkangan adalah hal berdampoak negatif
dan selayaknya tidak diteladani.
3. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga
kebudayaan.
Cerita Makam Raja-Raja Mataram memberikan
banyak peluang, terutama dari lembaga kebudayaan. Di area Makam Raja-Raja Mataram telah
diterbitkan sebuah buku mengenai sejarah singkat Riwayat Pasarean Mataram yang
terdiri dari jilid I, Jilid II dan jilid III. Jilid I menceritakan tentang Ki
Ageng Pemanahan, jilid II menceritakan tentang
Kanjeng Panembahan Senopati dan jilid III menceritakan Sri Sultan Hamengkubuwana II yang
digunakan sebagai sumber tertulis.
Pakaian adat yang dipakai pengunjung
ketika memasuki makam yang berupa beskap dan kemben merupakan sarana
pelestarian budaya keraton dalam hal pakaian.
4. Sebagai alat pencerminan angan-angan
Hal ini dikarenakan banyak orang yang
ziarah ke makam raja Mataram untuk meminta agar apa yang menjadi keinginannya
terkabul, misal ingin pandai, ingin naik pangkat, ingin sembuh dari penyakit,
dan sebagainya.
5. Memberikan pelajaran yang menyenangkan dari kenyataan
Cerita rakyat makam raja-raja Mataram di
dalamnya terdapat berbagai cerita tentang sejarah, mitos, dan lain-lain. Dari
hal tersebut kita dapat mengambil pelajaran yang berharga dari cerita tersebut.
F. Mitos-mitos yang terkandung dalam cerita foklore makam raja-raja
Mataram
Dalam cerita makam Raja-Raja Mataram terdapat beberapa mitos yang
dipercayai oleh para pengunjung maupun warga sekitar antaranya ;
1.
Lele Ajaib
Lele ajaib yang terdapat dalam sendang Seliran bernama Nyai Reges
dan Kyai Reges tersebut diyakini bahwa siapa saja yang dapat melihat lele itu
maka mendapat berkah dalam hidupnya dan apa yang menjadi keinginan akan
terkabul. Contohnya adalah orang tua yang anaknya sakit lalu datang ke sendang
dan melakukan ritual midang ( memberi lele dengan nasi dan daging) maka
anak yang sakit tersebut sembuh dan penyakitnya tidak kambuh lagi.
2.
Air Sendang
Air yang terdapat dalam sendang diyakini dapat menyembuhkan
penyakit kulit dan bagi siapa yang meminumnya dapat menjadi pandai dan wajahnya
nampak lebih cerah ( menambah wibawa).
3.
Makam Raja Mataram
Banyak pengunjung yang datang berziarah ke makam biasanya mereka
membawa kembang setaman. Mereka yang datang memiliki tujuan atau
pengharapan tertentu misalnya ingin kenaikan pangkat , menyelesaikan
permasalahan hidup, bertambah kekayaannya dan lain-lain. Mereka yang datang
berdoa di makam yang terdapat di pasarean
tersebut dengan harapan agar dikabulkan segala yang menjadi keinginannya, namun semua itu hanya sebagai perantara, hasilnya
ditentukan oleh Yang Kuasa. Biasanya masyarakat yang percaya akan hal itu mengiringinya dengan
beberapa ritual khusus seperti puasa mutih dan puasa ngebleng
.
4.
Watu Gilang
Di dekat lokasi pemakaman Raja-Raja Mataram terdapat sebuah tempat
yang di dalamnya ada sebuah batu lempeng besar bernama watu gilang. Pada watu
gilang tersebut terdapat dekokan yang
menurut sejarah dekoknya batu tersebut bekas benturan kepala Mangir Wanabaya
oleh Panembahan Senopati di atas batu tersebut. Hal ini disebabkan karena
Mangir Wanabaya dianggap merongrong kerajaan Mataram.
5.
Raja-raja Mataram menjadi istri Ratu Kidul samapai sekarang
Raja-raja
Mataram menjadi istri Ratu Kidul dimulai ketika Panembahan Senopati melakukan
perjanjian dengan Ratu Kidul bahwasanya beliau menyanggupi persahabatan dengan
Ratu Kidul dan sesekali mengadakan pertemuan. Begitu pila dengan Ratu Kidul
bersedia membantu kerajaan Mataram jika mengalami kesulitan. Dari perjanjian
itulah raja-raja Mataram yang memerintah sampai sekarang selain memiliki istri
dalam dunia nyata juga mempunyai istri dari alam gaib.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan penulisan di atas, maka dapat diambil beberapa simpulan:
1. Penerapan
fungsi folklor dalam cerita Raja-Raja Mataram dapat dilihat dari berbagai
fungsi yang ada, yaitu: (a) Sebagai alat pemaksa berlakunya norma sosial dan alat pengendalian
sosial, (b) Sebagai pendidikan anak, (c) Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan
lembaga-lembaga kebudayaan, (d) Sebagai alat pencerminan angan-angan, (e) Memberikan pelajaran yang menyenangkan dari
kenyataan
2. Nilai dari cerita
Raja- Raja Mataram adalah: (a) Sebagai tempat Ziarah, (b) Nilai Pendidikan (Pedagogis), (c) Nilai Ekonomi, (d) Nilai Kearifan Lokal (local Wisdom), (e) Nilai Sosial Keagamaan , (f) Nilai Legitimasi Penguasa Setempat, (g) Nilai Pelestarian Budaya.
B.
Saran
1.
Penulisan ini merupakan salah satu penulisan dengan
salah satu obyek kajian folklor yang ada di Indonesia. Di wilayah lain masih
banyak Cerita Rakyat yang belum tergali. Oleh karena itu, perlu adanya kiat dan
kecintaan terhadap warisan budaya, supaya Cerita Rakyat tetap lestari.
2.
Penanaman rasa cinta terhadap budaya lokal perlu
ditingkatkan supaya tetap terjaga keasliannya dan supaya tetap lestari. Selain
itu juga sebagai peringatan bahwa saat ini jaman sudah mulai terbuka,
pertukaran budaya mudah sekali terjadi sehingga untuk tetap menjaga, kita harus
mencintai budaya lokal terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Babad Tanah
Jawi
James Danandjaja. 1997. Folklor Indonesia : Ilmu Gosip, Dongeng, dan
lain - lain. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.
R. Ngabei
Martohastono. 1956. Riwayat Pasarean
Mataram I. Yogyakarta.
R. Ngabei
Martohastono. 1956. Riwayat Pasarean
Mataram II. Yogyakarta.
R. Ngabei
Martohastono. 1956. Riwayat Pasarean
Mataram III. Yogyakarta.
Yus Rusyana. 1981. Cerita Rakyat Nusantara. Bandung: Fakultas
Keguruan Sastra dan Seni IKIP Bandung.
GARIS BESAR DAFTAR PERTANYAAN
1.
Bapak / Ibu tau atau tidak cerita tentang makam raja-raja mataram,
sendang seliran dan watu gilang?
2.
Mula-mula dari siapa bapak / ibu mengetahui cerita tersebut?
3.
Bagaimana cerita tentang kerajaan mataram ini yang bapak / ibu
ketahui?
4.
Banyak / tidak yang berkkunjung di sini?
5.
Apa sajakah tujuan pengunjung ke tempat ini?
6.
Jika tujuannya sudah tercapai harus bagaimana?
7.
Kalau sudah berhasil harus kenduri / tidak? Jika kenduri nasinya
jenis apa dan kenduri pada hari apa?
8.
Kalau tidak berhasil bagaimana?
9.
Apa orang yang meninggal tersebut mempunyai kesaktian?
10.
Jika punya kesaktian, kesaktiannya apa saja?
11.
Apa sepak terjang beliau dahulu dalam kehidupan?
12.
Apakah bisa menjadi cermin untuk masa depan?
13.
Bagaimana kehidupan beliau pada waktu masih hidup?
14.
Mitos-mitos apa saja yang terkandung dalam cerita makam raja-raja
mataram, sendang seliran dan watu gilang?
15.
Apa larangan bagi pengunjung di tempat itu?
DAFTAR
INFORMAN
Nama : Bapak Erna
Alamat : Dalem Kota
Gede Yogyakarta
Tempat
Tanggal Lahir : Jogja, 31 Desember 1961
Pekerjaan : Juru Kunci / Abdi dalem
keraton Yogyakarta
1.
Kados pundi cariyosipun mula bukanipun makam raja-raja mataram
samenika?
Jawab :
makam-makam raja mataram samenika pemindahan saking kerajaan Pajang dhateng Kerajaan
Mataram ingkang berpusat wonten Kota Gedhe ingkang mindahaken Ki Ageng
Pemanahan, ramanipun Panembahan Senapati
2.
Menapa mawon tujuanipun pengunjung tindak wonten ngriki?
Jawab :
tujuanipun kathah mbak, wonten ingkang namung ziarah, menawi kados mbak
samenika kangge studi, ziarah makam kangge ndongaaken ingkang semare,
panyuwunan supados sukses anggenipun makarya.
3.
Tiyang ingkang tindak ngriki biyasanipun mbeta menapa kemawon,
bapak lan menapa diwajibaken?
Jawab :
Biyasanipun mbeta kembang kagem nyekar mbak, samenika boten diwajibaken namung
mantepipun manah.
4.
Ingkang dipunmakamaken wonten ngriki sinten kemawon, bapak?
Jawab : Ingkang
dipunmakamaken wonten ngriki inggih samenika tiyang-tiyang ingkang gadhahi
kelebihan mbak, wonten 627 makam nanging ingkang dipunserat wonten buku ingkang
baku-baku kemawon inggih samenika wonten 81 tiyang.
5.
Biyasanipun rame tiyang ziarah samenika dinten menapa kemawon,
bapak lan sakliyanipun dinten samenika wanci wonten acara menapa kemawon?
Jawab :
Biyasanipun rame tiyang ingkang sami ziarah dinten malem jumat kliwon lan
selasa kliwon, mbak, utamanipun dinten jumat kliwon kathah sanget ingkang
ngriki. Saliyanipun dinten samenika inggih rame pas wanci malem tanggal 1 Suro
mergi dhateng ngriki saben malem tanggal 1 Suro wonten acara doa bersama,
tahlil lan dzikir sareng-sareng abdi dalem lan para peziarah ing pelataran
awitipun jam 12 dalu malem tanggal 1 Suro.
6.
Menapa wonten tiyang ziarah ingkang nyipeng wonten ngriki, bapak?
Jawab : Wonten
mbak ingkang nyipeng, tapi awis sanget. Menawi kepengin nyipeng kedah wonten
njawi makam, boten angsal dhateng salebetipun makam.
7.
Menapa kemawon saratipun tiyang ingkang badhe ziarah wonten makam,
bapak?
Jawab :
Saratipun kedah ijin rumiyin dhateng juru kunci / abdi dalem kraton, mbak
lajeng samangke diteraken.
8.
Menapa kemawon larangan tiyang ingkang ziarah wonten makam, bapak?
Jawab : Tiyang
ingkang ziarah wonten makam samenika boten angsal mundhut gambar (moto makam),
tiyang wadon ingkang nembe mens boten angsal mlebet dhateng makam, lan boten
angsal ngagem perhiasan emas kadosta kalung,gelang, anting-anting lan
sapanunggalipun.
9.
Wonten menapa sendang samenika dipunwastani sendang seliran?
Jawab : Seliran
samenika saking tembung selira mbak, ingkang artosipun awake dhewe amargi
sendhang seliran samenika didamel piyambak dening raja lan kulawarganipun.
10.
Menapa kemawon manfaat toya saking sendang samenika?
Jawab : toya
saking sendang ingkang mili kaping sepisan samenika saged kagem tamba penyakit,
menawi tiyang ingkang gadhah gegayuhan mundhut toya saking sendang samenika
lajeng didongani pramila gegayuhanipun saged kasil lan saged nyerahaken wajah
mungguhing tiyang ingkang ngunjuk.
11.
Menapa alesanipun menawi kepengin ziarah wonten makam kedah ngagem
rasukan adat, bapak?
Jawab : Pancen
sampun aturanipun kraton ngriki mekaten mbak amargi adat saking jaman rumiyin
inggih sampun mekaten. Sanadyan ingkang ziarah bapak presiden inggih kedah
ngagem rasukan adat, boten kepareng boten ngagem.
12.
Menawi tata caranipun tiyang ingkang gadhah hajat samenika ritualipun
menapa kemawon bapak?
Jawab : kaping
sepisan kedah siram rumiyin ing sendhang salajengipun mlebet dhateng makam raja
kagem sungkem lan dongakaken raja.
13.
Wonten sendhang samenika cariyosipun wonten lele ajaib bapak?
Jawab : inggih
mbak, lelenipun naminipun nyai reges lan kyai reges, lele samenika lele
kejiman, ambane sadepa. Lelenipun boten wonten dagingipun namung balung kaliyan
endas, mbak. Sinten tiyang ingkang saged mangertosi lele samenika lajeng donga
pramila punapa kemawon gegayuhanipun bakal dikabulaken.
14.
Menawi cariyosipun watu gatheng samenika kados pundi, bapak?
Jawab : Watu
gatheng samenika riyin dolananipun Raden Rangga. Raden Rangga samenika ibunipun
kanjeng ratu kidul pramila raden rangga samenika sakti.
15.
Bapak pitados menawi kanjeng ratu kidul samenika wonten?
Jawab : Inggih
pitados mbak, wong kanjeng ratu kidul samenika kejiman dados boten saged seda
ngantos samangke kiyamat. Kajeng ratu kidul samenika sampun ditakdiraken dados
garwanipun raja-raja mataram ngantos samangke kiyamat lan piyambakipun terus
mantau kahananipun kerajaan mataram utamanipun kraton Yogya lan Solo.
Nama : Bu Ana
Pekerjaan : Swasta
Umur : 40 tahun
Alamat : Jogja
1.
Tujuan ibu tindak ngriki kangge menapa, bu?
Jawab : Kagem
rekreasi, mbak
2.
Ibu nate mlebet dhateng makam menapa boten?
Jawab : Boten
mbak, ngertos kula namung sendang.
3.
Ibu pitados menapa boten menawi wonten tiyang ingkang tindak ngriki
lan donga panyuwunanipun menapa pramila saged kabul?
Jawab : Kula
malah boten mangertosi mbak menawi tiyang ingkang gadhah hajat tindak ngriki
donga saged kasil hajate.
Nama : Bu Titin
Pekerjaan : Swasta
Umur : 40 tahun
Alamat : Kulon Progo
1.
Menawi ibu tindak ngriki, biyasanipun ingkang dipuntinggali menapa
kemawon?
Jawab: namung
mlampah dhateng sendang mbak
2.
Menawi cariyos penembahan senopati, ibu mangertos menapa boten?
Jawab: boten
mbak
3.
Ibu asring menapa boten tindak ngriki?
Jawab: riyen
nate, nanging mandeg nembe ngriki malih samenika.Sampun enem taun boten ngriki
4.
Ibu nate mlebet dhateng makam menapa boten?
Jawab: boten
mbak, amargi kedah ngagem rasukan kemben
5.
Ibu pitados menapa boten menawi tiyang tindak ngriki donga
panyuwunanipun badhe dipunkabulaken?
Jawab: kula
malah boten mangertos mbak menawi wonten tiyang ngriki nyuwun donga supados
kabul kajatipun
Nama: Pak
wagiman
Alamat: jogja
Umur: 46
Pekerjaan: PNS
sekretariat rektorat UGM
1.
Bapak asring menapa boten ziarah ngriki?
Jawab: asring
mbak, biyasanipun ziarah seminggu sepisan.Lan menawi wonten hal penting kadosta
pengin kasil gegayuhanipun
2.
Lampahan menawi kepengin gegayuhanipun kasil kedah menapa?
Jawab: siam
rumiyin, biaysanipun siam menika wonten tingkatanipun awit saking siam kados
limrahipun ngantos ngebleng sinambi rawuh dhateng ngriki kangge dongaaken
raja-raja mataram saha leluhur.Salajengipun mangke angsal pituduh, biyasanipun
sinambi dhateng wonten makam Imogiri kaliyan pertapan Kembang Lampir
,Wonosari,Gunung Kidul.
Tiyang ingkang
dhateng ngriki sakliyanipun ziarah, limrahipun anggadhahi panggayuhan supados
gegayuhanipun kasil utawi wonten prekawis babagan pagesangan.
3.
Limrahipun tindak ngriki beta menapa kemawon Bapak?
Jawab:
biyasanipun ngriki beta kembang, dupa ,saha minyak srimpi ananging sedaya
menika dados perantara.Sedaya gumantung kersanipun Gusti.
4.
Menawi cariyos raja-raja Mataram Bapak mangertos?
Jawab:
Mangertos mbak, makam samenika makamipun leluhur tiyang Mataram, kadosta makam
Panembahan Senopati, makam Sultan Hadiwijaya, makam Ki Ageng Pemanahan, makam
Gusti Kali Nyamat
5.
Bapak nate dhateng sendang menapa boten?
Jawab: Asring,
rumiyin kathah tiyang ingkang nadar salejengipun tindak dhateng sendang kangge
midang ( makani lele) , banjur saras.Ingkang lampahi prekawis menika kathah.
6.
Menawi cariyos lele ajaib Bapak mangertos menapa boten?
Jawab: lele
samenika inggu-inggunipun Panembahan Senopati.Rumiyin cariyosipun Panembahan
Senopati dhahar lawuh lele lajeng lele menika kantun endhas lan ri ,Kanjeng
Senopati ngendika menawi lele menika saged gesang.Awit ngendika menika ampuh
pramila lele menika saged gesang lajeng dipunicalaken wonten sendang.
Kanjeng Panembahan
menika ugi gadhah abdi dalem ingkang kinasih samenika manggen wonten Gunung
Merapi dipunwastani Kyai Sapu Jagad.Rumiyin cariyosipun juru taman, nedha tigan
Gludug , pamaringan saking Kanjeng Ratu Selatan.Dhateng Panembahan Senopati
disumpahi dados buto, pungkasanipun dados buto.
7.
Menawi cariyos Wanabaya Bapak mangertos menapa boten?
Jawab: Mangir
Wanabaya samenika mantu lan mungsuh ,pramila pasareanipun wonten jawi lan
lebet.Mangir Wanabaya menika sekti sanget ,gadhah tombak namanipun Kyai Baru
Klinting.Asalipun Wanabaya saking Dusun Mangiran, Srandhakan,Bantul.Wanabaya
rabi kaliyan Kanjeng Ratu Prembayun, putranipun Panembahan Senopati.
8.
Menawi cariyos Watu Gatheng Bapak mangertos menapa boten?
Jawab : Watu
Gatheng menika dolanipun Raden Rangga, putranipun Panembahan Senopati.Watu
Gatheng menika satunggal kompleks kaliyan Watu Gilang.
9.
Ibunipun Raden Rangga menika sinten Bapak?
Jawab : Kula
boten paham Mbak
10.
Bapak pitados menapa boten menawi Ratu Kidul menika wonten?
Jawab: Pitados
Mbak, miturut cariyos rumitin sampun wonten prajanjian antawasipun Panembahan
Senopati kaliyan Ratu Kidul dados suami- istri ngantos keturunan raja-raja
Mataram dumugi akhir jaman.
Allah samenika
nyiptaaken alam gaib lan alam nyata pramila, pembuktian prekwis gaib menika kedah
dipunimbangi kaliyan teori-teori gaib.
11.
Rumiyin saderengipun dados kerajaan Mataram ngriki panggenan menapa
Bapak?
Jawab: ngriki
alas Mentaok , tasih kathah jim setan dhateng Panembahan Senopati dipuntirakati
saengga makhluk-mahluk gaib maringi restu supados damel kerajaan Mataram
ngantos samenika.Saliyanipun menika wilayah menika bebungah amargi Panembahan
Senopati saged mejahi Haryo Penangsang.
Nama: Heri
Umur : 30 tahun
Pekerjaan:
Tukang Parkir
1.
Bapak mangertos cariyos kerajaan Mataram?
Jawab: rumiyin
ngriki alas Mentaok mbak,
2.
Menawi cariyos mela bukanipun sendang menapa Bapak?
Jawab: sendang
samenika rumiyin dipundamel margi Panembahan Senopati badhe sholat boten wonten
toya.Lajeng ngedrukaken suku kaping tiga , saengga toyanipun medal.Sendang
Putri toyanipun saking wit Ringin.
3.
Menawi cariyos lele ajaib Bapak mangertos menapa boten?
Jawab: lele
samenika namanipun Nyai Rebes sinten tiyang ingkang saged ninggali lele namung
endhas kaliyan eri mesthi panyuwunanipun badhe kabul.
4.
Menawi cariyos makam Bpak mangertos?
Jawab: makam
samenika ,makamipun Panembahan Senopati lajeng wonten ingkang dipunmakamaken
setengah wonten jawi setengah wonten lebet.Menika kedudukanipun Menantu kaliyan
mungsuh
5.
Menawi cariyos Watu Gilang menika menapa?
Jawab: Watu menika dolanipun Raden Rangga
6.
Ngriki ramenipun wanci menapa?
Jawab: saben
dinten rame , langkung-langkung dalu malem jum’at Kliwon
7.
Keperluanipun menapa kemawon?
Jawab: wonten
ingkang solat wonten masjid, ziarah wonten makam
8.
Biyasanipun menawi panyuwunan menika kabul, kedah menapa?
Jawab: Rumiyin
wonten tiyang ingkang nadar menawi kasil beleh sapi.Limrahipun damel sajen
ingkung
LAMPIRAN FOTO
Panembahan Senopati
Ki Ageng Pemanahan
Sendang Seliran Kakung
Kolam
yang terdapat di Sendang Seliran Kakung
Sendang
Seliran Putri
Suasana
didalam Sendang Putri
Watu
Gatheng
Watu
Genthong
Papan
keterangan
Peta Yogyakarta
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxSIusVK4Xni-QjSd7ZAfhXqaac7YjOhQuOCE_98NgnJQDcSXiL6KPOejlW4lKaNlmDY2nW6XgVPlGz7iiQlxRctAJ_nX78higqwTmsidvi70_j5HoCCAEVwfPmpi3516RZu7hGDsTDQg/s1600/peta+yogya.jpg&imgrefurl=http://sanydoank.blogspot.com/