Rabu, 23 Oktober 2013

Tata cara pernikahan adat Jawa



MAKALAH
TATA CARA PERNIKAHAN MENURUT ADAT JAWA DI  DAERAH NGAWI
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH TELAAH PRANATA MASYARAKAT JAWA
YANG DIAMPU OLEH Prasetyo Adi WW, S. S., M. Hum.

DISUSUN OLEH
DWI LESTARI(C0111012)


JURUSAN SASTRA DAERAH
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012

PENDAHULUAN

Telaah pranata masyarakat Jawa yang berhubungan dengan pernikahan membagi prosesi pernikahan menjadi 3 bagian yaitu event (peristiwa) sebelum pernikahan, event (peristiwa) saat pernikahan, dan event (peristiwa) setelah pernikahan. Setiap event terdiri dari serangkaian acara yang dilakukan secara berurutan. Setiap acara tersebut memiliki lambang yang mengandung falsafah hidup yang adi luhung. Serangkaian acara pernikahan tersebut akan dijelaskan secara rinci pada bagian pembahasan.

PEMBAHASAN

1. Tahap sebelum pernikahan.
A. Perjodohan.
Syarat perjodohan ini adalah (1) orangtua menyetujui dan (2) anak menyetujui.Zaman sekarang sudah tidak ada acara nontoni karena pemuda dan pemudi zaman sekarang sudah memperkenalkan calon suami atau calon istrinya nanti kepada orangtua masing-masing dari kedua belah pihak pada masa pacaran.
B. Lamaran.
Lamaran dilakukan apabila sepasang kekasih mendapat restu dari orangtua kedua belah pihak.Acara lamaran ini berbarengan dengan acara tukar cincin.Dengan berlangsungnya acara tukar cincin ini maka melambangkan kedua belah pihak telah serius untuk melangsungkan hubungan ke jenjang pelaminan. Setelah acara lamaran dan tukar cincin  ini selesai orangtua dari kedua belah pihak calon mempelai pria dan wanita berunding untuk menentukan hari baik pernikahan yang ditentukan oleh sang pujangga. Kriteria hari baik untuk melangsungkan pesta pernikahan ini adalah bukan hari geblak (kematian) orangtua kedua mempelai. Pada saat lamaran ini pula calon mempelai pria memberikan klambisapengadeg, alat make up, sandal, dsb.
C. Acara Ngunggahne beras (menyimpan beras).
Orang Jawa apabila hendak mempunyai hajat ada acara nyimpan rezeki (nyimpan beras). Bentuk acaranya adalah dengan diadakan kenduri  (bancakan) di rumah orang yang hendak memiliki hajat dengan mengundang tetangga yang dekat, biasanya orang satu RT.
D. Acara Ngudhukne beras (menurunkan beras).
 Setelah beras disimpan diturunkan lagi sambil mengirim doa kepada para leluhur dengan harapan agar acara pernikahan tersebut dapat berjalan lancar dari awal sampai akhir tidak ada satu halangan apapun dan agar diridhoi oleh Tuhan Yang Mahaesa (Allah SWT). Bentuk acaranya sama dengan acara menyimpan beras tadi yaitu diadakan kenduri di rumah orang yang hendak mempunyai hajat dengan mengundang tetangga terdekat.
E. Sinoman.
Sinoman adalah mengumpulkan pemuda karang taruna oleh orang yang hendak memiliki hajat mantu untuk membantu kelancaran terselenggaranya acara tersebut.Semua acara pernikahan telah diatur oleh panitia tersebut.
F. Pasang Tarub.
Yang dinamakan tarub adalah blarak yang dienam kemudian ditaruh di atas genting, selain itu juga dipasang jejeran  yang pada zaman dahulu  jejeran berupa pisang muda lengkap dengan ontongnya. Dipilih pisang yang masih muda karena melambangkan  kedua mempelai masih muda.
G.Pasang terop.
Terop adalah bangunan nonpermanen yang dipasang di kediaman orang yang hendak memiliki hajat mantu.Fungsi dari terop ini adalah untuk melindungi para tamu undangan dari panas dan hujan.Setelah  dipasang terop  juga dipasang dekorasi pengantin agar tempat resepsi lebih indah dan  enak dipandang mata.
H.Midodareni.
Pada malam hari sebelum akad nikah ada acara midodareni yaitu pengantin wanita mulai dirias antara lain pengantin wanita dipotong sinom’anak rambut’, merapikan alis serta membuat pola rias pengantin, dilulur dan tidak diizinkan ke luar rumah (dipingit).Pada malam midodareni itu juga pihak keluarga pengantin wanita mengadakan acara nebus kembar mayang atau acara wedhak ripih. Acara wedhak ripih ini menceritakan orang tua calon pengantin perempuan yang mencari kembang pancawarna (5 wujud) untuk persyaratan menemukan kedua pengantin.Yang mana kembang tersebut hanya bisa ditemukan di pasar yang bernama Logandhem. Pada malam midodareni ini pula teman, sahabat, pengantin putri dan sanak saudara berkumpul menemani dan menggoda  pengantin putri, sebagai acara perpisahan dengan para remaja, karena sejak malam itu ia telah menjadi widodari yang akan memasuki alam kedewasaan, yaitu alam rumah tangga.

2. Tahap saat pernikahan.
A.      Akad nikah.
Akad nikah adalah proses sakral yang dilakukan untuk menghalalkan pergaulan suami istri. Prosesi akad nikah ini bisa berlangsung di Kantor Urusan Agama (KUA), di masjid atau di rumah calon mempelai wanita. Sebelum akad nikah orang tua pengantin pria memberikan klimah kumpul yang berupa barang-barang sembako dan beraneka ragam jajanan sebagai sarana silaturahim dan tali asih dua keluarga yang hendak berbesanan, calon mempelai pria membayar serakah berwujud uang kepada pak penghulu dan membayar srikawin berupa uang, seperangkat alat sholat,  alquran kepada calon istri (sesuai kemampuan suami).  Yang hadir pada acara akad nikah ini adalah calon mempelai pria, calon mempelai wanita, ayah calon mempelai wanita, penghulu (naib), dua orang saksi. Urutan prosesi akad nikah ini adalah penghulu membacakan khutbah nikah dilanjutkan ijab qabul, suami mengucapkan sighat taklik kepada istri, dan doa pengantin.
B.      Resepsi atau temu nganten.
Resepsi atau temu manten adalah bertemunya kedua mempelai pria dan mampelai wanita dengan dipapag kembar mayang.Kembar mayang merupakan simbol dadi penganten. Kembar mayang berasal dari sejarah nabi Adam dan Siti Hawa pada  saat pertama kali bertemu ditandai dengan grumbul. Grumbul tersebut berupa manuk, uler, kembang yang kemudian pada zaman sekarang oleh para pujangga keraton diubah menjadi kembar mayang yang indah. Temu temanten dengan ditandai kembar mayang ini merupakan tradisi atau budaya Jawa, jadi  belum tentu orang luar Jawa juga menggunakan kembar mayang pada saat temu temanten.

C.      Siratan.
Acara siratan dilakukan sebelum mempelai pria dan wanita dipertemukan.Acara siratan ini dilakukan oleh dua orang putri domas yang ditugasi. Satu domas dari arah depan pengantin laki-laki dan satu domas dari arah depan rumah pengantin perempuan. Dua orang putri domas tersebut membawa piring yang berisi air kemudian dicipratkan, setelah itu kedua piring ditangkupkan, piring yang dibawa oleh putri domas  dari arah  mempelai pria diletakkan di atas, sedangkan piring dari arah mempelai wanita diletakkan di bawah.Makna dari piring pihak pria ditangkupkan di atas adalah bahwa seorang suami kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada seorang istri karena seorang suami sebagai kepala rumah tangga.
D.      Acara lung tinampen.
Setelah acara siratan dilanjutkan dengan acara lung tinampen, yaitu acara pasrahan dari keluarga pihak pengantin pria kepada keluarga pihakpengantin wanita. Kemudian dilanjutkan dengan  bertemunya pengantin pria dan pengantin wanita yang disyariati oleh sang pujangga pengantin.
E.       Midhak endhog.
Setelah sepasang pengantin dipertemukan, dilanjutkan dengan acara midhak endhog (menginjak telur) oleh pengantin pria , yang kemudian dilanjutkan dengan pengantin wanita  membasuh kaki pengantin pria dengan air bunga. Makna filosofi dari acara midhak endhog ini melambangkan kesetiaan istri terhadap suaminya, yang selalu menyambut kedatangan suamI dengan segala kasih sayangnya.Sepasang pengantin kemudian berjalan bergandengan ke singgasana, dengan diapit oleh kedua orang tua mempelai perempuan dengan menggunakan kain berwarna merah putih yang disebut dengan kain sindur, dan kemudian mendudukkan mereka berdua di singgasana. Setelah sepasang pengantin didudukkan di singgasana dilanjutkan acara qiroatul  quran( tata cara pengantin bagi yang beragama islam).
F.       Ngabekten atau Sungkeman.
Dalam acara ngabekten ini kedua mempelai menghaturkan sembah kepada orang tua dan mertua masing-masing, sebagai lambang pernyataan terima kasih mereka atas segala asuhan dan bimbingannya sampai saatnya mereka harus berdiri sendiri, dan juga mohon doa restu agar hidup mereka berdua berbahagia. Acara sungkeman ini juga merupakan lambang bakti mereka kepada kedua orang tua.
G.     Kacar-kucur.
Dalam acara kacar-kucur ini mempelai pria menuangkan beras kuning dan uang yang diletakkan pada sebuah kain kepada pengantin wanita yang kemudian oleh kedua mempelai diserahkan kepada orang tua mempelai wanita. Makna dari acara kacar-kucur ini adalah seorang suami apabila hendak berumah tangga harus memberi gunakaya dahulu kepada istri yang  dititipkan  dahulu kepada orang tua istri.
H.     Dulang-dulangan.
Acara dulang-dulangan kedua mempelai air minumnya berupa rujak degan dan makanannya nasi kuning.Dulang-dulangan ini pada umumnya sebanyak 1 kali atau 3 kali.Acara dulang-dulangan ini merupakan lambang kasih sayang sepasang suami istri.
I.    Mangayu bagya atau tanggap wacana.
Yaitupinangka sulih sarira, tujuannya adalah mewakili orang yang punya hajat untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para tamu undangan yang telah sudi hadir dalam acara tersebut, selain itu pemilik rumah juga menghaturkan maafnya kepada tamu undangan apabila ada banyak keterbatasan sarana prasarana maupun jamuan dalam acara resepsi temanten tersebut.
J. Kirab penganten.
Acara kirab pengantin adalah acara ganti baju pengantin di tengah acara resepsi. Pada saat kirab penganten ini para tamu undangan disuguhi hiburan berupa campursari atau tari gambyong. Setelah sepasang penganten selesai berganti pakaian maka kembali ke singgasana dengan diantar cucuk lampah, patah, manggolo, dan putri domas lengkap.
K.   Walimatul ‘ursy.
Pada acara walimatul ‘ursy ini bapak mubaligh memberikan pesan-pesan pada sepasang penganten agar saling mengasihi dan menyayangi, senantiasa rukun, adem ayem, ayem tentrem dalam menjalani bahtera rumah tangga.
L.   Doa.
Doa merupakan acara terakhir dari serangkaian acara resepsi. Doa merupakan penyempurna dari serangkaian acara-acara sebelumnya. Doa ini dimaksudkan meminta keselamatan bagi keluarga pengantin dan seluruh kaum muslimin (bagi tata cara pernikahan beragama islam).
M. Mbedhol penganten.
Yang dimaksud dengan mbedhol penganten adalah sepasang penganten baru dengan kedua orang tuanya turun ke depan di bawah terop untuk menemui dan  menyalami tamu yang hendak pamit pulang.



3. Tahap setelah pernikahan.

A.  Sepasaran nganten.
Sepasaran nganten dilakukan lima hari setelah acara temu temanten. Biasanya dilakukan bancakan sekul gudhangan dengan mengundang tetangga terdekat. Pada zaman dahulu dalam acara sepasaran nganten ini sepasang penganten baru diberi jeneng tuwa namun di zaman sekarang tradisi tersebut sudah jarang atau hampir tidak ada.
B.   Mbubarne sinoman.
Setelah atau sebelum acara sepasaran nganten atau bisa juga berbarengan dengan acara sepasaran nganten ada acara mbubarne sinoman. Pada acara mbubarne sinoman tersebut orang yang punya hajat mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya  kepada segenap karang taruna atas segala tenaga, waktu, pikiran yang telah disumbangkan demi terselenggaranya acara pernikahan tersebut sehingga acara pernikahan dapat berjalan lancar dari awal sampai akhir.
C.Ngundhuh temanten.
Ngundhuh temanten dilakukan 5 hari setelah acara resepsi. Ngundhuh temanten dilakukan di rumah pihak pengantin pria atau apabila tidak diadakan acara ngundhuh temanten biasanya keluarga besar penganten wanita  berkunjung ke rumah penganten pria untuk bersilaturahim dan mengantarkan anak putrinya yang sudah menjadi istri sekaligus keluarga pengantin pria.



PENUTUP

Demikian pembahasan mengenai telaah pranata masyarakat Jawa yang berhubungan dengan pernikahan. Seiring dengan berkembangnya zaman kebudayaan Jawa yang berhubungan dengan acara pernikahan tersebut banyak yang berubah bahkan banyak yang hilang dari masyarakat Jawa,  misalnya acara nontoni, ngirim congkok, dan siraman. Namun demikian semoga kita dapat mengambil hikmah dari kebiasaan atau adat istiadat masyarakat Jawa pada zaman dahulu yang memiliki ajaran adi luhung tersebut.
FOTO PROSESI PERNIKAHAN
1.        Prosesi Siraman.                                                                 2. Prosesi akad nikah.                                                             

         3.Temu manten (ngidak wiji dadi).                           4.Kacar-kucur.
               5.Mbedhol Penganten.

BIODATA NARASUMBER
Nama lengkap                     :     Harjoyono.
Tanggal lahir                         :     Ngawi, 16 Juli 1945.
Alamat                                    :     Dusun Socokrajan RT/RW 06/02, Desa Soco, Jogorogo, Ngawi.
Profesi                                    :     Petani.
Semboyan hidup                   :         Mencari dan mengatur rumah tangga dengan baik, menyayangi
                                                                anak cucu, menolong sesama.
Kridhaning budi ora bisa nglangkahi garising pepesthi, budine manungsa ora iso nglangkahi takdire sing kuasa.


DAFTAR PUSTAKA

Budiono Herusatoto. Simbolisme Jawa. 2008. Yogyakarta: Ombak.

Sumber yang lain:
Power Point bapak Prasetya Adi Wisnu Wibowo, S. S, M. Hum.
Foto pernikahan menurut adat Jawa dari google.com
















































True Love



RENUNGAN: ARTI CINTA YANG SESUNGGUHNYA....
Suami saya adalah seorang insinyur. Saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaanhangat yang muncul di hati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.
Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, harus saya akui, bahwa saya mulai merasa lelah. Alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Namun, semua itu tidak pernah saya dapatkan.
Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitifnya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.
Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.
“Mengapa?”, dia bertanya dengan terkejut. “Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan”. Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.
Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya? Dan akhirnya dia bertanya, “Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?”
Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, “Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya: Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?”
Dia termenung dan akhirnya berkata, “Saya akan memberikan jawabannya besok.” Hati saya langsung gundah mendengar responnya.
Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan … “Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya.” Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya.
Saya melanjutkan untuk membacanya.
“Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari-jari saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya.
Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang.
Kamu suka jalan-jalan ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu.
Kamu selalu pegal-pegal pada waktu “teman baikmu” datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal.
Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi “aneh”. Dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami.
Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu.
Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu.
Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku.
Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari saya mencintaimu. Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu. Aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu.
“Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya.
“Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu. Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia.”
Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.
Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintaiku.Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.


foklore makam raja-raja Mataram



LAPORAN KULIAH LAPANGAN FOKLOR
CERITA RAKYAT MAKAM RAJA-RAJA MATARAM, SENDANG SELIRAN DAN WATU GILANG
 DI KELURAHAN PURBAYAN KECAMATAN KOTAGEDE
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Dosen Pembimbing Dra. Sundari, M.Hum.
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Foklor
Semester III Jurusan Sastra Daerah

Oleh:
1.     Dwi Lestari           C0111012
2.     Erma Purwati       C0111013


JURUSAN SASTRA DAERAH
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012


KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat bimbingannya kami dapat menyelesaikan laporan kuliah lapangan foklor  yang berjudul makam raja-raja Mataram, Sendang Seliran dan Watu Gilang di kelurahan Purbayan, kecamatan Kotagede, Kabupaten Yogyakarta yang dilakukan pada tanggal 11 November 2012 dengan lancar dan tiada kendala yang berarti.

Tidak lupa ucapan terima kasih yang tiada terkira kami haturkan kepada :
1.      Bapak Drs. Supardjo, M. Hum selaku ketua jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebeas Maret Surakarta yang telah memberi izin untuk meaksanakan kuliah lapangan foklor.
2.      Ibu Dra. Sundari, M. Hum selaku dosen  pengampu  mata kuliah foklor  yang senantiasa sabar membimbing dan mendampingi kuliah lapangan foklor.
3.      Bapak Prasetyo dan  Bu Endang yang telah menemani kami melakukan kuliah lapangan foklore.
4.      Segenap panitia kuliah lapangan foklor yang telah bersusah payah mengusahakan terselenggaranya kuliah lapangan foklor.
5.      Seluruh teman-teman Sastra Daerah 2011 yang telah mensuport berlangsungnya acara kuliah lapangan foklore ini sehingga dapat berjaan lancar dari awal hingga akhir.
6.      Seluruh pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang senantiasa setia membantu  kami sehingga acara kuliah lapangan fokore dan penulisan laporan kuliah foklore ini dapat selesai dengan hasil yang memuaskan.




Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kuliah lapangan ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kesalahan yang  tercecer di beberapa bagian, maka dari itu kami mengharap kritik yang membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan  laporan  ini. Besar harapan kami agar laporan ini dapat bermanfaat untuk bahan tambahan referensi dunia Sastra Jawa.


                                                                                    Surakarta,     November 2012



                                                                                                Tim Penyusun

















DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I               Pendahuluan
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan
D.    Manfaat Penulisan
Bab II              Landasan Teori
A.    Pengertian Foklor
B.     Ciri-ciri Foklor
C.     Fungsi Foklor
Bab III                        Pembahasan
A.    Cerita Foklor Versi Lisan
                                                        i.            Versi A
                                                      ii.            Versi B
                                                    iii.            Versi C
B.     Cerita Foklor Versi Tulis
                                                        i.            Versi Riwayat Pasarean Mataram I
                                                      ii.            Versi Riwayat Pasarean Mataram II
                                                    iii.            Versi Riwayat Pasarean Mataram III
                                                    iv.            Versi Babad Tanah Jawi
C.     Perbedaan Cerita Foklor Versi Lisan dengan Versi Tulis
D.    Bentuk Cerita
E.     Nilai dan ajaran  yang terkandung dalam cerita foklore makam raja-raja Mataram
F.      Penerapan Fungsi dan penghayatan  cerita foklore makam raja-raja Mataram
G.    Mitos-mitos yang terkandung dalam cerita foklore makam raja-raja Mataram
Bab IV                        Penutup
A.    Kesimpulan
B.     Saran
Daftar Pustaka
Garis besar daftar  pertanyaan
Daftar informan
Silsilah raja-raja Mataram
Lampiran foto makam raja-raja Mataram
Peta DIY Yogyakarta


















BAB 1
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Indonesia mempunyai banyak sekali kebudayaan. Salah satu diantara kebudayaan tersebut adalah folklore. Folklore merupakan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun. Foklor merupakan sebuah tradisi yang dimiliki oleh suatu masyarakat) kolektif. Setiap wilayah di Indonesia, khususnya wilayah Jawa Tengah, mempunyai banyak sekali folklore. Mulai dari Folklore Ratu Kalinyamat yang berada di wilayah Jepara sampai foklore makam raja-raja mataram yang berada di wilayah Kotagede, Yogyakarta. Keberadaan foklor di tengah masyarakat memberikan banyak nilai kehidupan. Nilai-nilai yang terkandung dalam foklor tersebut dipercayai dan dijunjung tinggi oleh masyarakat sekitar.
Dewasa ini perkembangan teknologi informasi membawa sebuah keterbukaan informasi budaya. Foklor yang menjadi salah satu bagian dari budaya, juga mendapat imbasnya. Sebagai contohnya datang dari para penikmat foklor yang tidak hanya datang dari masyarakat sekitar sebagai kolektif, pemilik foklor, namun juga datang dari masyarakat yang berada di luar daerah tersebut. Bahkan sekarang ini, wilayah yang dijadikan sebagai sumber atau wilayah asal foklor, dibuka secara umum dan dijadikan tempat wisata, supaya foklor dapat dikenal masyarakat luas.
Salah satu contoh cerita foklore yang menarik dikaji adalah foklore makam raja-raja mataram, sendang seliran, watu gilang dan watu gatheng yang terletak di wilayah Kotagede, Yogyakarta. Makam raja-raja mataram yang berpusat di Kotagede, Yogyakarta dahulunya merupakan kerajaan mataram yang pertama kali sebelum akhirnya terpecah menjadi 2 kerajaan yaitu kasunanan Surakarta dan Pakualaman Yogyakarta. Dahulu sebelum berdiri kerajaan mataram wilayah tersebut merupakan alas mentaok. Wilayah tersebut dihadiahkan oleh Sultan Hadiwijaya kepada Ki Ageng Pemanahan karena beliau telah berhasil membunuh raden Adipati Aryo Penangsang di Jipang Panolan. Sultan Hadiwijaya menamakan wilayah yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan tersebut dengan nama Mataram sehingga nama Mataram tersebut akhirnya dipakai sebagai sebuah nama kerajaan yang didirikan di alas mentaok tersebut.
Dahulunya di Alas Mentaok ini banyak jin, setan yang menghuni sehingga sulit sekali hendak didirikan kerajaan karena bangsa jin dan setan tersebut tidak mengizinkan mendirikan kerajaan di wilayah tersebut namun oleh Ki Ageng Pemanahan ditirakati sehingga akhirnya bangsa jin dan setan merestui pendirian kerajaan mataram hingga sekarang. Ki Ageng Pemanahan tersebut memiliki putra bernama Danang Sutawijaya. Ketika menginjak dewasa raden Sutawijaya tersebut jatuh cinta pada gadis pingitan Sultan Hadiwijaya yang berasal dari Kalinyamat dan akhirnya kedua belah pihak keluarga pun menyetujui dan menikah. Raden Sutawijaya tersebut ketika naik tahta menggantikan ayahandanya bergelar Panembahan Senopati. Beliau memiliki putra yang bernama Sinuhun Prabu Hanyokrowati yang selanjutnya menggantikan kepemimpinan beliau beliau. Panembahan Senopati juga memiliki putri yang bernama Nyi Ageng Prembayun. Ketika Nyi Ageng Prembayun dewasa ia dijadikan umpan oleh ayahandanya Panembahan Senopati dengan cara ngamen bersama punggawa dengan wayang beber guna memikat hati Mangir Wanabaya karena Mangir Wanabaya hendak merongrong kerajaan Mataram. Akhirnya ide itu pun berhasil dan Mangir Wanabaya benar-benar terpikat dengan kecantikan Nyi Ageng Prembayun.
Mangir Wanabaya hendak menikahi Nyi Ageng Prembayun, tapi setelah mengetahui bahwasanya Nyi Ageng Prembayun adalah putra Panembahan Senapati beliau mundur akan tetapi Nyi Ageng Prembayun menggebu-nggebu meminta Mangir Wanabaya untuk segera menjumpai Panembahan Senapati dan menikahinya. Mangir Wanabaya pun akhirnya menuruti kehendak Nyi Ageng Prembayun dan mengirim surat kepada Panembahan Senopati bahwasanya Raden Ajeng Prembayun telah diketemukan dan hendak dijadikan permaisurinya. Panembahan Senapati membalas surat Mangir Wanabaya yang intinya beliau menyetujui hubungan mereka berdua dan meminta Mangir Wanabaya dan Raden Ajeng Prembayun beserta saudara Mangir Wanabaya untuk menghadap raja dan sekaligus mahargya pernikahan mereka pada bulan Syawal.
Mangir Wanabaya bersama Raden Ajeng Prembayun dan saudara datang ke kerajaan untuk menghadap raja. Dalam perjalanannya menuju kerajaan Mataram punggawa kerajaan Mataram meminta Mangir Wanabaya untuk mengurangi bala tentaranya tahap demi tahap dengan alasan mau sowan nertua tidak baik membawa balatentara banyak-banyak karena kesannya seperti hendak berperang. Sampai akhirnya ketika Mangir Wanabaya tiba di desa Gandok hatinya mulai bimbang perjalanannya diteruskan atau tidak namun Mangir Wanabaya terus melanjutkan perjalanan. Akhirnya setelah sampai gerbang Kemandungan Mangir Wanabaya ditarupi dengan tiang yang pendek sekali supaya pusaka Mangir Wanabaya “Baru Klinthing” tidak dapat masuk dengan tegak berdiri sehingga pusaka Mangir Wanabaya “Baru Klinthing” tersebut harus dicondongkan padahal condongnya “Baru Klinthing”   merupakan pantangan. Akhirnya oleh Kyai Jurumartani Mangir Wanabaya dibujuki supaya pusaka “Baru Klinthing” dititipkan saja kepada beliau dan Mangir Wanabaya menyanggupi.
Raden Ajeng Prembayun masuk ke keputrian dan Mangir Wanabaya dipersilahkan sungkem kepada Panembahan Senopati. Mangir Wanabaya tidak mau sungkem kepada Panembahan Senapati dan hendak membunuh Panembahan Senapati dari belakang tetapi Senopati mengetahui dan akhirnya Mangir Wanabaya dipegang dan dipukulkan kepalanya di atas watu gilang tersebut hingga kepalanya pecah dan dekoknya watu gilang tersebut sampai sekarang masih terlihat.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis membuat rumusan masalah, yaitu:
1.             Bagaimana cerita Makam Raja-Raja Mataram Kelurahan Purbayan Kecamatan Kota Gede , Yogyakarta?
2.             Apa sajakah nilai-nilai dan ajaran yang terkandung dalam cerita Makam Raja-Raja Mataram Kelurahan Purbayan Kecamatan Kota Gede , Yogyakarta?
3.             Apa saja fungsi cerita cerita Makam Raja-Raja Mataram Kelurahan Purbayan Kecamatan Kota Gede , Yogyakarta?
4.             Mitos apa saja yang terkandung dalam cerita Makam Raja-Raja Mataram Kelurahan Purbayan Kecamatan Kota Gede , Yogyakarta?

C.    Tujuan Penulisan

Dengan adanya rumusan  masalah tersebut maka dapat diperoleh tujuan penulisan sebagai berikut:
1.             Mengetahui cerita Makam Raja-Raja Mataram Kelurahan Purbayan Kecamatan Kota Gede , Yogyakarta.
2.             Mengetahui nilai-nilai dan ajaran yang terkandung dalam cerita Makam Raja-Raja Mataram Kelurahan Purbayan Kecamatan Kota Gede , Yogyakarta.
3.             Memberikan penerapan manfaat cerita Makam Raja-Raja Mataram Kelurahan Purbayan Kecamatan Kota Gede , Yogyakarta.
4.             Mengetahui mitos-mitos yang terkandung dalam cerita Makam Raja-Raja Mataram Kelurahan Purbayan Kecamatan Kota Gede , Yogyakarta.

D.    Manfaat Penulisan

Hasil yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah sebuah laporan yang berisi deskripsi mengenai tiga tempat yaitu Makam Raja–Raja Mataram, Sendang Seliran dan Watu Gatheng. Oleh karena itu, manfaat teoritis dan manfaat praktisnya adalah sebagai berikut:



1.             Manfaat teoritis
Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dari teori-teori folklore yang sudah ada serta pendekatan folklore bagi perkembangan dunia sastra dan dapat dijadikan sebagai sumber ilmu penelitian selanjutnya.
2.             Manfaat praktis
Penulisan ini dapat dijadikan model penulisan berikutnya dan sebagai tuntunan hidup yang bermanfaat bagi masyarakat, dalam hal tata karma, sopan santun terhadap leluhurnya. Selain itu, penulisan ini dapat digunakan sebagai dokumentasi budaya.
















                                                                      BAB II      
LANDASAN TEORI
A.    Pengertian Foklor
   Secara etimologis folklor berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata yaitu  folk dan dan lore. Folk artinya sekelompok orang yang memiliki cirri-ciri sosial, ciri-ciri kebudayaan sehingga dapat dikelompok-kelompokkan. Lore adalah tradisi yang diwariskan secara turun-temurun (hal ini tidak lepas dari kebudayaan). Foklor termasuk dalam kebudayaan karena mempunyai sifat dinamis.
   James Danandjaja (1997:2) memberikan pengertian terhadap foklor yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan atau melalui suatu cotoh yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).
   Soeryawan(1984:21) dalam www. Ceritarakyatnusantara.com mendefinisikan folklor  adalah  bentuk kesenian yang lahir dan menyebar di kalangan rakyat banyak.
   Yus Rusyana(1978:1)dalam www.ceritarakyatnusantara.com,foklor merupakan bagian persendian ceritera yang telah lama hidup dalam tradisi masyarakat. 
Cerita rakyat adalah bentuk karya sastra lisan yang lahir dan berkembang dalam masyarakat tradisional dan disebarkan dalam bentuk relatif  tetap atau dalam bentuk standar  disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama (James Danandjaja, 1984:50).
William R. Bascom dalam James Danandjaja (1997:50) membagi cerita prosa rakyat dalam tiga golongan besar, yaitu:
1. Mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa yang terjadi di dunia lain, atau dunia yang bukan seperti yang kita kenal sekarang dan terjadi pada masa lampau, misalnya, Ramayana dan Mahabharata.
2.             Legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai cirri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Berlainan dengan mite, legenda ditokohi oleh manusia, walaupun ada kalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa, dan seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib. Tempat terjadinya adalah dunia seperti yang kita kenal kini, karena waktu terjadinya belum lampau.
3.             Dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng yang tidak terikat oleh waktu maupun tempat.
Menurut Jan Harold Bruvand dalam Harjito (2006 :7) Folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1.             Folklor lisan (verbal folklore) adalah foklor  yang bentuknya memang murni lisan. Bentuk-bentuk (genre) foklor yang termasuk ke dalam  kelompok besar ini antara lain:
a.       Bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan titel kebangsawanan.
b.      Ungkapan tradisional, seperti peribahasa, pepatah dan pemeo.
c.       Pertanyaan tradisional, seperti teka-teki.
d.      Puisi rakyat, seperti pantun, gurindam dan syair.
e.       Cerita prosa rakyat, seperti mite, leganda dan dongeng.
f.       Nyanyian rakyat.
2.      Foklor sebagian lisan adalah foklor yang bentuknya merupakan campuran antara unsur lisan dan unsur bukan lisan. Kepercayaan rakyat, misalnya, yang oleh orang “modern”seringkali disebut takhayul itu, terdiri dari pernyataan yang bersifat lisan ditambah dengan gerak isyarat yang dianggap mempunyai makna gaib. Bentuk-bentuk foklor yang tergolong ke dalam  kelompok besar ini adalah  kepercayaan rakyat,  permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat-istiadat, upacara, pesta rakyat, dan lain-lain.
3.      Foklor bukan lisan adalah foklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Kelompok besar ini dibagi menjadi dua subkelompok, yakni yang material dan yang bukan material. Bentuk-bentuk folklor yang tergolong yang material antara lain: arsitektur rakyat (bentuk rumah asli daerah, bentuk lumbung padi dan sebagainya), kerajinan tangan rakyat; pakaian dan perhiasan  tubuh adat,  makanan dan minuman rakyat dan obat-obatan tradisional. Sedangkan yang termasuk yang bukan material antara lain: gerak isyarat tradisional (gesture), bunyi isyarat, komunikasi rakyat (kentongan tanda bahaya di Jawa atau bunyi gendang untuk mengirim berita seperti yang dilakukan di Afrika), dan musik rakyat.

B.     Ciri-ciri foklor
Foklor memiliki ciri pengenal tersendiri untuk membedakan dengan kebudayaan lain. Menurut Hoetomo dalam Kasnadi dan Sutejo (2010 : 94), ciri pengenal foklor adalah sebagai berikut :
1.      Pencipta tradisi lisan tidak diketahui (anonim).
2.      Materi tradisi lisan milik kolektif.
3.      Materi tradisi lisan punya fungsi di masyarakat.
4.      Materi tradisi lisan bersifat tradisional.
Ciri-ciri foklor menurut James Dananjaya adalah sebagai berikut :
1.      Penyebaran secara lisan melalui tutur kata dari mulut ke mulut atau contoh yang disertai gerak isarat, alat bantu pengingat dari generasi ke generasi
2.      Bersifat tradisional disebarkan dalam bentuk relatif tetap / standar.
3.      Mempunyai versi yang berbeda-beda.
4.      Bersifat anonim.
5.      Mempunyai bentuk berpola atau berumus.
6.      Menggunakan kata-kata klise atau ungkapan tradisional.
7.      Gunanya untuk kehidupan kolektif, yaitu pendidikan, pelipur lara, protes sosial dan proyeksi keinginan terpendam.
8.      Bersifat logis, punya logika sendiri yang berbeda dengan logika umum
9.      Milik bersama dari kolektif tertentu.
10.  Umumnya polos dan lugu sehingga kelihatan kasar dan spontan.
Endraswara (2009 : 22) menambahkan bahwa ciri-ciri foklor antara lain sebagai berikut :
1.      Disebarkan secara lisan dari mulut ke mulut, dari satu orang ke orang lain secara ilmiah tanpa ada paksaan.
2.      Nilai-nilai tradisi sangat menonjol dalam foklor.
3.      Foklor dapat bervariasi antara 1 wilayah lokal, namun hakikatnya sama. Variasi disebabkan oleh keragaman bahasa, bentuk dan wilayah masing-masing.
4.      Pencipta dan pencanang foklor tidak jelas siapa dan asalnya dari mana.
5.      Cenderung memiliki formula atau rumus yang tetap dan ada yang lentur.
6.      Mempunyai kegunaan bagi pendukungnya / kolektif jiwa.
7.      Kadang-kadang foklor Jawa mencerminkan hal-hal yang bersifat pralogis.
8.      Menjadi milik dan tanggung jawab bersama.
9.      Mempunyai sifat polos dan spontan.
10.  Ada yang memiliki sifat humor dan wejangan.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa Foklor adalah bagian dari kebudayaan  yang diwariskan secara turun-temurun, cerita rakyat termasuk ke dalam foklor lisan karena diwariskan secara turun-temurun melalui lisan. Dalam hal ini cerita rakyat makam raja Mataram Kotagede termasuk foklor karena disebarkan secara turun temurun dan memiliki nilai-nila serta norma yang dijunjung oleh masyarakat sekitarnya.

C.    Fungsi Foklor
William R. boscom dalam James Danandjaja (1997: 19) mengklasifikasikan fungsi folklor sebagai berikut:



1.      Sebagai sebuah bentuk hiburan (as a form of amusement).
2.      Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan (it plays in validating culture in justifying its ritual and institution to who perform and obserb them).
3.      Sebagai alat pendidikan anak (its plays in education as pedagogical device), dan
4.      Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya (maintaining conformity to accepted pattern of behaviour, as means of applying social pressure and excersing social control) .
Sedangkan Hutomo, mengklasifikasikan fungsi folklor sebagai berikut:
1.      Sebagai sistem proyeksi.
2.      Sebagai alat pengesahan kebudayaan.
3.      Sebagai alat pemaksa  berlakunya norma sosial dan alat pengendalian sosial.
4.      Sebagai alat pendidikan anak.
5.      Sebagai alat pemberian suatu  jalan yang dibenarkan oleh masyarakat agar seseorang agar dapat lebih superior daripada yang lain.
6.      Untuk memberikan seseorang jalan yang debenarkan oleh masyarakat agar dia dapat mencela orang lain.
7.      Sebagai alat untuk memprotes ketidakadilan dalam masyarakat.
Selanjutnya James Danandjaja dalam bukunya yang berjudul Folklor Indonesia (1997: 20) juga berpendapat mengenai fungsi folklor, yaitu untuk memperbaiki hidup rakyat, seperti yang telah dilakukan beberapa kaisar Tiongkok dan bukan untuk menindas rakyatnya seperti yang pernah dilakukan  tentara pendudukan Jepang di Indonesia.
Akhirnya penelitian folklor Indonesia sangat berguna bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, yang pada dewasa ini masih lebih berat bhinneka-nya daripada tunggal ekanya.
Menurut Yus Rusyana (1981: 11) fungsi cerita rakyat di masyarakat adalah:
1.      Anak cucu mengetahui asal-usul nenek moyangnya.
2.      Orang mengetahui dan menghargai jasa tokoh yang telah melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi umum.
3.      Orang mengetahui hubungan kekerabatan, sehingga walaupun telah terpisah karena mengembara ke tempat lain, hubungan itu tidak terputus.
4.      Orang mengetahui bagaimana asal-usul sebuah tempat yang dibangun dengan penuh kesukaran.
5.      Orang lebih mengetahui keadaan kampong halamannya, baik keadaan alamnya maupun kebiasaannya.
6.      Orang mengetahui benda pusaka yang ada di suatu tempat.
7.      Orang dapat mengambil sebuah pengalaman dari tokoh terdahulu sehingga dapat bertindak lebih hato-hati lagi.
8.      Orang terhibur, sehingga pekerjaan berat menjadi ringan.
9.      Untuk penyembuhan penyakit bagi yang mempercayai.
10.  Pengaruh cerita rakyat terhadap alam sekitar.
Alan Dundes dalam Kasnadi dan Sutejo (2010 : 94)  juga menyebutkan fungsi cerita rakyat antara lain :
1.      Membantu pendidikan anak-anak muda.
2.      Meningkatkan perasan solidaritas suatu kelompok.
3.      Memberi sanksi sosial agar seseorang berperilaku baik / memberi hukuman.
4.      Sebagai sarana kritik sosial,
5.      Memberi suatu pelajaran yang menyenangkan dari kenyataan.
6.      Mengubah pekerjaan yang membosankan menjadi permainan.



BAB III
PEMBAHASAN

A.    Cerita Foklor Versi Lisan
Cerita lisan adalah cerita rakyat yang murni lisan.Cerita lisan biasanya mudah diingat dari karakter dan tokoh-tokohnya. Dalam cerita rakyat Makam Raja-Raja Mataram ini ada beberapa versi lisan diantaranya :
               i.      Versi A
Makam  Raja-Raja Mataram merupakan merupakan makam keluarga kerajaan Mataram , pada awal mulanya makam itu merupakan kerajaan Mataram yang pertama dipindahkan dari Pajang ke Mataram Yang bertempat dikota Gede.Oleh Ki Ageng Pemanahan ayah Panembahan Senopati.Dahulu wilayah tersebut merupakan alas Mentaok yang merupakan hadiah dari Sultan Hadiwijaya karena berhasil mengalahkan Jaka Tingkir .Makam tersebut merupakan makam orang-orang yang mempunyai kelebihan dalam hal duniawi misalnya: tahta, harta, jabatan dll.
Di dekat makam tersebut terdapat sendang Seliran.Seliran berasal dari kata “Slira” yang artinya diri sendiri.Maksudnya adalah sendang tersebut dibuat sendiri oleh Raja dan keluarganya. Di sendang tersebut konon katanya terdapat  lele kejiman yang bernama Kyai Reges (terletak pada sendang putra) dan Nyai Reges (terdapat pada sendang putri).Besarnya lele tersebut sedepa .Disana terdapat watu Gilang yang merupakan tempat peristirahatan Panembahan Senopati.Watu Gilang tersebut digunakan untuk membunuh Mangir Wanabaya dengan cara membenturkan kepalanya pada watu Gilang tersebut dan bekas benturan tersebut masih nampak sampai sekarang.Mangir Wanabaya merupakan menantu Panembahan Senopati .Dia dibunuh karena tidak mau asok bulu bekti dan hendak merongrong kerajaan Mataram.
Di luar dekat watu Gilang tersebut terdapat Watu Gatheng yang konon katanya digunakan Raden Rangga sebagai mainan.Konon katanya Raden Rangga ini adalah anak Panembahan Senopati dengan Ratu Kidul ,maka tidak heran jika Raden Rangga sakti.
             ii.     Versi B
   Makam Raja-Raja Mataram ini dahulu adalahkerajaan Matram yang pertama kali,pada awalnya merupakan alas Mentaok.Di tempat itu banyak Jim Setan , mereka tidak diijinkan didirikan kerajaan namun setelah ditirakati oleh Panembahan Senopati penghuni gaib itu setuju bila didirikan sebuah kerajaan  .Makam Raja-Raja Mataram ini berakaitan dengan Makam Imogiri dan Pertapaan Kembang Lampir , Wonosari ,Gunung Kidul.Yang dimakamkan disini adalah para leluhur kerajaan Mataram seperti Ki Ageng Pemanahan, Sultan Hadiwijaya, Panembahan Senopati , Gusti Kali Nyamat dan sebagainya.Didekat makam tersebut terdapat sendang seliran.Disendang terdapat lele ajaib , yang diyakini piaraan Panembahan Senopati .Suatu ketika Panembahan Senopati ingin memasak lele tersebut , dan memakannya setelah dimakan tinggal tulang dan kepala.Ia lalu berkata bahwa lele tersebut bisa hidup.Karena perkataan Raja mujarab maka hal itu terwujud.Akhirnya ikan itu dilepaskan ke sendang , dan diyakini hidup sampai sekarang .
Panembahan Senopati memiliki menantu yang bernama Mangir Wanabaya berasal dari dusun Mangiran Srandakan Bantul.Mangir Wanabaya tersebut menikah dengan Raden Ajeng Prembayun selain itu Panembahan Senopati juga memiliki anak bernama Raden Rangga yang terkenal sakti .Pada masa kecil memakai watu Gatheng sebagai mainan.Putra lainnya bernama Pangeran Purbaya yang sekarang makamnya di wot galih dekat bandara Adi Sucipto.Pada masa hidupnya Panembahan Senopati pernah mengadakan perjanjian dengan Ratu Pantai Selatan bahwasanya ada hubungan suami istri sehibgga keturunan Raja-Raja Matram sampai sekarang juga memiliki istri gaib yaitu Ratu Pantai Selatan selain memiliki istri didunia nyata.
                                                    iii.            Versi C
Dahulu sebelum berdiri kerajaan Mataram, wilayah tersebut  masih berupa alas yang dikenal dengan nama Mentaok.Didekatnya terdapat sendang seliran, konon katanya asal mula terjadinya sendang tersebut ketika Panembahan Senopati hendak solat tidak ada air, lalu dia menghentakkan kakinya ke tanah sebanyak tiga kali dan muncullah sumber mata air.Disendang tersebut terdapat lele bernama Nyai Rebes dan Kyai Rebes yang hanya kepala dan durinya.Makam Raja-Raja Mataram tersebut terdapat makam Panembahan Senopati , ada pula makam yang separuh diluar dan separuh di dalam yaitu Mangir Wanabaya. Makam tersebut melambangkan bahwasanya pada Mangir Wanabaya memiliki dua kedudukan sebagai menantu sekaligus musuh.
A.   Cerita Foklor Versi Tulis
                                         i.            Versi Riwayat Pasarean Mataram I
                  Sejarah Mataram
                  Kyai Ageng Pemanahan bergelar Kyai Ageng Mataram.Mataram adalah nama daerah yang dihadiahkan oleh Sultan Hadiwijaya (sultan Pajang), karena Ki Ageng Mataram dapat membunuh Raden Adipati Arya Penangsang pada tahun 1527 M di Jipang panolan.Ki Ageng Pemanahan memninta ijin kepada Sultan Pajang untuk menempati daerah Mataram. Sultan Pajang berpesan dan pesan itu disanggupi olehnya tetapi dia memohon agar diperkenankan mengajak putra Sultan Hangabehi Loring Pasar untuk berpindah ke Mataram. Ki Ageng Mataram sekeluarga pindah ke Mataram disertai dengan dua orang menantunya Raden Dadap Tulis, Tumenggung Mayang, Nyai Ageng Nis, Ki Ageng Juru Martani ini terjadi pada hari kamis Pon tanggal 3 Rabiul Akhir taun Jim Awal.
                  Dalam perjalanan mereka berziarah ke isatana Pengging sehari semalam. Sesudah sembahyang subuh mereka berangkat menuju Mataram dan berhenti di desa Wiyoro dan membangun desa bernama Karangsari. Ki Ageng Mataram dan Ki jurumertani mencari pohon yang ditanam Sunan Kalijaga untuk  tetenger lalu mereka menemukan pohon tersebut dan menentukan tanah disebelah selatan beringin dipakai sebagai halaman dan rumah tinggal. Ki Ageng beserta keluarga bekerja keras untuk membangun rumah hingga selesai dalam waktu singkat.Rumah baru segera ditempati Ki Ageng Pemanahan dengan gelar Ki Ageng Mataram, banyak saudara-saudara asing ke Mataram, sehingga menambah ramai dan makmurnya Mataram Kotagede.Sultan Hadiwijaya jatuh hati pada gadis pingitan putri Kalinyamat, ia menggangu gadis pingitan tersebut dan diketahui oleh Ki Ageng Mataram. Ki Ageng Mataram mengajak Sutawijaya untuk pergi ke Pajang. Sesampai di Pajang sinuhun bertanya sebab kedatangannya dn Ki Ageng Mataram menjawab bahwa anaknya Sutawijaya jatuh hati pada putri sinuhun dan akhirnya kedua orang tua tersebut menyetujui.
            Ki Ageng Mataram gering dan mangkat pada hari Senin Pon 27 Ruwah tahun Je 1535 dimakamkan di sebelah barat istana Mataram. Ki Ageng Jurumartani pergi ke Pajang dan menceritakan tentang wafatnya Ki Ageng Mataram akhirnya sinuhun memutuskan sebagai pengganti Raja Mataram dimufakati Pangeran Haryo Mataram Senopati Pupuh. Dia diangkat pada tahun Dal 1551 M bergelar Kanjeng Panembahan Senopati Ing Ngalogo yang menguasai Tanah Jawa yang menurunkan Raja-Raja Surakarta dan Yogyakarta. Kanjeng Panembahan Senopati gering dan mangkat pada hari Jumat Pon Asyura tahun Wawu 1563 dimakamkan disebelah barat masjid.
Putranya mengantikan dengan gelar Kanjeng Susuhunan Prabu Hanyokrowati, penobatannya bersamaan dengan bulan wafatnya Panembahan Senopati. Dia terkenal dengan gelar Narpati Jeng Sinuhun Seda Krapyak.Dia mangkat pada bulan Besar tahun Jim Awal 1565 , dan dimakamkan di sebelah bawah makam ayahnya, Panembahan Senopati.
                                       ii.            Versi Riwayat Pasarean Mataram II
         Sejarah Pasarean
Sejarah makam yang digunakan untuk memakamkan Kyai Ageng Mataram adalah bekas rumah Kyai Ageng Mataram. Hal ini sesuai dengan wasiat Ki Ageng Mataram kepada putranya Ngabehi Loring Pasar supaya Ni Ageng Nis (nenek Panembahan Senopati) dimakamkan sebelah utara rumah sedangkan dia (Ki Ageng Mataram) ditempat di langgar. Begitulah makanya tajuk itu berwujud langgar.
          Telaga/ Sendang Saliran
                       Sendang Saliran itu  yang membina adalah Kyai Ageng Mataram serta Gusti Panembahan Senopati. Dinamakan ‘Saliran’ karena dikerjakan sendiri oleh beliau, adapun sengkalannya tahun; “ TOYA SALIRANG SEMBAHAN JAMI” (1284 M). Bangsal dibangun dengan peliharaan kura-kura kuning dengan nama ‘Kyai Duda” sedangkan istrinya tidak diketahui namanya. Selain kura-kura ada juga ikan lele menurut cerita banyak orang keturunan Kyai Truno Lele, Kyai Duda Wardani siapa yang sowan menghadap dengan khidmat maka Duda itu dapat menyatukan cipta, memohon kepada Yang Kuasa dengan ziarah. Karena yang dimakamkan adalah manusia yang berkelebihan dan sakti.
Sejarah Bunga Telasih
Sejarah Bunga Telasih yang setiap jumat dihaturkan oleh abdi dalem berasal dari sejarah ketika Kyai Ageng Mataram dan Ki Ageng Pemanahan berkelana sebelum diberikan daerah Mataram berhenti di desa sebelah utara Kricak. Mereka berhenti di bawah pohon Waru lalu ada seorang lelaki mengaturakan minuman dawet yang isinya biji bunga telasih, setelah diminum terasa segar. Lalu Ki Ageng Mataram berkata bahwasanya anak cucu keturunanya agar dihaturkan bunga telasih sebagai isyarat bisa turut merasakan kemuliaan.
Hajat Dalem  
Sejarah Hajat Dalem berasal dari Gusti Panembahan sebelum menduduki kerajaan, pulang dari samudra selatan bermalam di Gilangi Pura. Pulangnya sampai di desa Titang berhenti istirahat, diaturkan makan nasi beras cempa merah lauknya gudangan lalu Gusti Panembahan berkata bahwasanya, besok jika ia menduduki tahta Mataram supaya melestarikan penghaturan pengabdian beras cempa merah.
Riwayat Mimbar Masjid Kotagede Mataram
Berasal dari Palembang, upeti dari Adipati Palembang ketika sinuhun Hanyokrokusuma yaitu Sinuhun Sultan Agung yang bertahata di Pleret, pulang jumatan di Mekah diikuti pepatih dalem dan penghulu dalem. Penghulu dalem menyatakan dari kadewan Hadipati kalah, takluk kepada Mataram kemudian menghaturkan upeti nmimbar dari kayu wungle yang diukir bagus.
Abdi Dalem Dondong
Sejarah abdi dalem dondong berasal dari desa Dondong Kabupaten Kulon Progo. Pada saat itu Sunan Kalijaga berada di suatu desa melihat kayu yang pantas untuk dijadikan bedug sehingga desanya dinamakan Desa Bedug. Sunan Kalijaga menyuruh Nyai Brintik untuk membawa kayu ke Mataram lalu Nyai Brintik menaati. Dengan pangestu dari waliyullah, Nyai yng sudah tua itu kuat mendukung sampai Mataram. Nyai Brintik kemudian menjadi abdi dalem Dondong. Adapun besluitnya adalah besluit Jajar.
                                     iii.            Versi Riwayat Pasarean Mataram III
Riwayat Balok
Sejarah Balok yang terletak di timur makam Gusti Panembahan Senopati memiliki ukuran p= 5 meter, l= 25 centimeter bekas titian kendaraan Panembahan bertapa menghanyutkan diri di sungai Opak hingga samapai keraton Kanjeng Ratu Kidul. Sehingga memiliki jajahan makhluk halus, menurut serat Wedatama tembang Sinom kesimpulannya sebagai berikut;
 Kanjeng Ratu Kidul dapat meguasai samudera tapi masih kalah wibawa dengan Panembahan Senopati. Beliau mengharapakan terjalinnya persahabatan antara makhluk halus dengan makluk hidup. Dan memohon agar Panembahan Senopati sudi mengadakan pertemuan walaupun dengan susah payah, Panembahan Senopati menyanggupi. Ini merupakan awal mula upacara Labuhan.
Riwayat Makam Kyai Mangirwanabaya
Riwayat Mangirwanabaya setengah di luar setengah di dalam karena pada waktu itu menjadi musuh kemudian menjadi anak menantu. Panembahan Senopati termangu karena Mangir tidak mau tunduk di bawah kekuasaan Mataram. Kyai Jurumartani mempunyai ide menaklukan Mangir Wanabaya dengan menjadikan Raden Ajeng Prembayun turun dalam rombongan ngamen wayang beber. Sandi Guna harus bisa membikin ulah sehingga hati Mangir mengebu-gebu untuk mnguasai Raden Ajeng Prembayun. Akhirnya hal itu terlaksana Mangir Wanabaya mengetahui bahwa Raden Ajeng ambayun mendesak agar dalah putri Panembahan Senopati hendak menjadikan istri tapi talkut karena Panembahan Senopati adalah musuhnya. Namun Raden Ajeng Prembayun mendesak agar dipulangkan ke Mataram dan menghadapa ayahnya. Mangir Wanabaya mengirimkan surat ke kerajaan Mataram yang berisi pemberitahuan bahwa putri Senopati Raden Ajeng Prembayun telah ditemukan dan menjadi permaisuri Mangir Wanabaya.
Senapati menerima surat itu dengan senang hati dan membalas yang isinya Mangir Wanabaya dan Raden Prembayun untuk datang ke Mataram beserta keluarga pada awal  bulan Syawal sekaligus mahargya pernikahan mereka berdua. Ketika tiba saatnya sowan Manir Wanabaya dan Raden Prembayun beserta saudara berangkat, disetiap perjalanan pungawa istana meminta Mangir untuk mengurangi pengikutnya sampai akhirnya tiba di desa Tegalgendhu pengikutnya tinggal sedikit. Akhirnya setelah tiba di gerbang Kemandungan ditarupi rendah sekali tiangnya sehingga pusak anadalan Kyai Mangir yaitu Baru Klinting tidak dapat masuk dengan tegak berdiri dan harus dicondongkan. Padahal condongnya Baru Klinting adalah pantangan. Nyai Ageng Prembayun masuk mendahului, kyai Mangir dipertemukan dengan Kyai Ageng Jurumartani dan dia membujuk agar Baru Klinting boleh dibawa. Akhirnya Mangir mengiyakan, sesampai di halaman Raden Ajeng Prembayun masuk keputrian sedangkan Kyai Mangir Wanabaya menghadapa Panembahan Senopati dan sungkem. Senopati saat itu duduk di atas Watu Gilang, ketika Kyai Mangir menundukan kepala dipegang dan dipukulkan diatas Watu Gilang sehingga batu menjadi dekok dan kepala Mangir pecah serta ramai seketika. Maka tamatlah riwayat Mangir Wanabaya.
Riwayat Saka Guru
Riwayat Saka Guru  yang terletak di sebelah timur dan dipacak suji bermula dari ketika negara Kartasura dududk diatas tahta Ingkang Sinuwun Susuhunana Mangkurat Amral (1606) wilayahnya terkena bahaya kelaparan.Sinuhun sangat susah kemudian memangil Gusti Pangeran Puger. Adik Gusti Pangeran Puger pergi sowan pasarean Mataram dan Pangeran Puger mengijinkan. Ketika sampai di Dalem Paugeran , ia ganti pakaian layaknya seperti santri desa. Sesampai di Mataram dia sesuci di Sungai Gajahwong lalu duduk dibawah ringin sepuh. Sesudah subuh ia sowan ke Pasarean , duduk berdekatan dengan tiang di tenggara dan terus berdoa, maka makbullah doanya, diatas tempat duduk ada tompo maka diambil dan dihimpit terus sampai di negara Kartasura. Ketika dia melewati pasar dia menerima kabar bahwa beras sudah laku, segala permohonannya telah dikabulkan.
                                     iv.            Versi Babad Tanah Jawi
Atas kemenangan putranya yang telah berhasil membunuh Arya Penangsang, Ki Ageng Pemanahan sesuai perjanjian diberi bagian membuka alas Mentaok. Segera ia berangkat ke Mataram dan terkenal dengan sebutan Ki Ageng Mataram. Mataram awalnya dikenal dengan nama Ngeksiganda,ngeksi berarti mata dan ganda artinya harum, maka Ngeksiganda berarti Matarum atau Mataram. Berkat ketangguhan Sutawijaya dalam memimpin perang melawan Arya Penangsang yang tidak hanya pada otak tapi juga kekuatan jasmani ia mendapat gelar Panembahan lengkapnya Senopati. Senopati, menunjukkan dirinya yang lebih merasa sebagai prajurit, pemimpin perang bukan raja yang luhur yang disujudi orang banyak.
Ki Ageng Pemanahan menuju Gunung Donorojo atas perintah Kanjeng Sultan Pajang untuk memberi tahu kepada Ratu Kalinyamat kalau Arya Penangsang sudah wafat. Oleh Kalinyamat ia diberi pusaka berupa cincin, satu mirah bernama Si Menjangan Bang dan satu intan bernama si Uluk. Ki Ageng Pemanahan lalu kembali ke Pajang membawa serta keluarganya. Selang beberapa waktu sekembalinya ia ke Pajang Ki Ageng Pemanahan merasa gelisah karena tidak segera diberi mandat untuk menerima tanah Mataram kemudian ia pergi ke desa Kembang Lampir. Ia menceritakan kegelisahannya kepada Sunan Kalijaga. Dengan nasehat dari Sunan Kalijaga Sultan Pajang memberikan tanah Mataram kepada Ki Ageng Mataram disertai dengan sembah setia kepada Sultan Pajang.
Pada suatu hari Ki Ageng Mataram pergi ke Gunung Kidul untuk menemui temannya yang bernama Ki Ageng Giring. Saat itu ia lelah dan mencari legen di dapur. Ia menemukan air kelapa dan ingin meminumnya namun oleh Nyai Ageng Giring tidak diperkenankan tapi ia nekat. Setelah beberapa waktu Ki Ageng Giring pulang, ia melihat air kelapanya sudah habis dan sangat kecewa, lalu menceritakan apa yang sebelumnya terjadi. Ia bercerita bahwa sebelumnya ia mendengar suara gaib yang mengatakan bahwa orang yang meminum air kelapa itu sampai habis maka keturunannya akan menjadi raja besar yang menguasai tanah jawa.
       Ki Ageng Mataram berangkat ke Pajang mau meminta maaf atas kesalahan putranya Panembahan Senopati yang jatuh hati kepada putri dari Kalinyamat yang dulu dipesan oleh Sultan Pajang. Mendengar hal itu, Sultan Pajang meskipun kecewa tetapi tetap memberikan izin. Sehingga Panembahan Senopati menikahinya dan memiliki anak bernama Raden Rangga. Tahun 1535, Ki Ageng Mataram wafat dan sebagai penggantinya adalah Panembahan Senopati dengan gelar Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Sehingga Panembahan Senopati pulang ke Mataram dan mulai menatanya. Setelah satu tahun berlalu, ia tidak kunjung datang ke Pajang padahal telah ditunggu oleh Sultan Pajang yang dulu memintanya datang ke Pajang setelah satu tahun bertahta di Mataram. Ketika utusan dari Sultan Pajang datang, ia tetap tidak mau datang. Oleh Ki Jurumartani ia banyak diberi nasehat. Ki Jurumartani menganggap Panembahan Senopati telah melakukan 3 kesalahan yaitu 1) memusuhu Gusti, 2) memusuhi orang tua, dan 3) memusuhi guru. Suatu ketika Panembahan Senopati menuju Lipura. Ia duduk di Watu Gilang tiba-tiba ada bintang jatuh di dekat kepalanya dan berkata bahwa keinginannya akan terkabul lalu ia bertapa di laut selatan. Ratu Kidul sebagai penjaanya merasa terganggu lalu menghampirinya. Panembahan Senopati yang jatuh hati ketika melihat Ratu Kidul memutuskan bermalam 3 hari di istana bawah laut Ratu Kidul dan memadu kasih. Ratu Kidul berjanji akan membantu Senopati jika membutuhkan.
Pada masa kepemimpinan Panembahan Senopati, beliau berhasil menaklukan banyak wilayah yang jumlahnya lebih dari separuh pulau Jawa namun Panembahan Senopati hanya berusia 3 tahun dalam memerintah dan digantikan anaknya Prabu Hanyakrawati selama 12 tahun dan wafat lalu digantikan oleh Pangeran Adipati Anom yang bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma.
B.     Perbedaan Versi Lisan dengan Versi Tulis
Perbedaan cerita foklor versi lisan dan versi tulis dari cerita raja-raja Mataram adalah jika cerita foklor versi lisan lebih banyak membahas tentang mitos-mitos yang terkandung dalam sejarah pemakaman raja Mataram sperti itos lele ajaib, mitos watu gilang dan lain-lain serta menceritakan tentang asal mula kerajaan Mataram yang berawal dari babat Alas Mentaok sedangkan cerita foklor versi tulis lebih banyak membahas tentang silsilah raja-raja Mataram dan pertempuran untuk menaklukan wilayah.
Berikut keterangan mengenai silsilah raja-raja Mataram;
1.      Ki Ageng Pemanahan
2.      Panembahan Senopati
3.      Prabu Hanyakrawati dan selanjutnya.

C.   Bentuk Cerita
Cerita Makam Raja-Raja Mataram termasuk prosa cerita rakyat yang berupa legenda  khususnya legenda setempat atau local legend. Dikatakan local legend (legenda setempat) karena dalam cerita tersebut mengisahkan berdirinya kerajaan Mataram yang pertama, yang dahulunya tempat tersebut merupakan alas Mentaok pemberian dari Sultan Hadiwijaya kepada Panembahan Senopati karena berhasil mengalahkan Jaka Tingkir. Selain itu juga mengisahkan tentang terjadinya sendang Seliran yang bermula dari kisah Panembahan Senopati yang hendak wudhu tetapi tidak ada air,  lalu menghentakkan kakinya sebanyak tiga kali sehingga muncul mata air. Yang terakhir mengisahkan tentang dekoknya Watu Gilang  yang menurut cerita digunakan Panembahan Senopati untuk membenturkan Mangir Wanabaya sehingga kepalanya pecah dan dekoknya batu tersebut masih nampak sampai sekarang.
D.    Nilai-nilai dan ajaran yang terkandung dalam cerita Makam Raja-Raja Mataram
1.      Sebagai tempat Ziarah
Di Kota Gede, Mataram dijadikan tempat ziarah karena terdapat makam Raja-Raja Mataram, sehingga mereka yang berkunjung ke tempat itu mendoakan Raja-Raja Mataram tersebut.
2.      Nilai Pendidikan (Pedagogis)
Pengunjung yang datang berasal dari berbagai kalangan antara lain: pelajar, ilmuwan.Umumnya mereka datang untuk melakukan penelitian tentang sejarah kerajaan Mataram yang hasilnya akan dikaji dan teliti lebih lanjut untuk perkembangan pengetahuan sejarah mengenai Raja-Raja Jawa khususnya Raja-Raja Mataram.
3.      Nilai Ekonomi
Keberadaan Makam Raja-Raja Mataram dimanfaatkan warga sekitar untuk menambah penghasilan.Beberapa usaha yang dilakukan anataranya; membuka warung makanan dan minuman disekitar temapat wisata. Selain itu bagi pihak dalem keraton dapat menambah penghasilan dengan adanya penjualan buku riwayat Raja-Raja Mataram dan peminjaman busana adat untuk masuk ke area pemakaman.
4.      Nilai Kearifan Lokal (local Wisdom)
Cerita Raja-Raja Mataram memberikan manfaat atau kearifan lokal seperti, mitos air sumur yang berada didekat sendang diyakini menambah pintar dan menambah cerah wajah bagi siapa saja yang meminumnya. Selain itu pengunjung yang dapat melihat lele ajaib yang berada disendang dan berdoa maka permintaannya akan dikabulkan serta kehidupannya mendapat berkah. Hal ini dimaksudkan agar para pengunjung bersungguh-sungguh dalam berusaha dan berdoa.


5.      Nilai Sosial Keagamaan
Nilai Sosial Keagamaan yang terkandung dalam cerita Raja-Raja Mataram adalah manusia hendaknyamemiliki sifat-sifat luhur seperti berbakti kepada mertua atau orang tua,  berbakti kepada penguasa setempat yang dalam hal ini adalah Raja,  serta dilarang menyakiti apalagi berperang dengan sesama saudara. Selain itu dengan adanya larangan memakai perhiasan ketika memasuki makam mengajarkan kepada masyarakat untuk tetap sederhana dalam kehidupan sehari- hari.
6.      Nilai Legitimasi Penguasa Setempat
Legitimasi dalam hal ini diartikan seberapa jauh masyarakat mau menerima dan mengakui kewenangan, keputusan atau kebijakan yang diambil pemimpin.Dalam cerita ini Raja Mataram disegani oleh rakyatnya karena ia bisa mengayomi dan menyejahterakan rakyatnya.
7.      Nilai Pelestarian Budaya
Tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita makam Raja-Raja Mataram telah dikenal oleh masyarakat meskipun masyarakat sekitar belum pernah bertemu secara langsung. Misalnya tokoh Panembahan Senopati memiliki sifat arif bijaksana dan cerdik dalam menyelesaikan masalah.
E.     Penerapan Fungsi dan penghayatan  cerita foklor makam raja-raja Mataram
1.      Sebagai alat pemaksa  berlakunya norma sosial dan alat pengendalian sosial.
Peraturan di Makam Raja-Raja Mataram Kelurahan Purbayan Kecamatan Kotagede, Yogyakarta.  Masyarakat dan pengunjung Makam Raja-Raja Mataram di desa tersebut menaati semua peraturan yang ada di sekitar makam, seperti:
a.       a.Seorang wanita yang sedang menstruasi tidak diijinkan masuk ke lokasi pemakaman. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesucian di sekitar makam.
b.      Masyarakat dan pengunjung tidak diperkenankan untuk berkata kasar dan kotor.
c.       Masyarakat dan pengunjung tidak diperbolehkan untuk bertindak kurang sopan.
d.      Pengunjung yang datang dilarang memotret area pemakaman.
e.       Pengunjung yang masuk makam diwajibkan memakai pakaian adat peranakan Yogyakarta yaitu beskap untuk putra dan kemben untuk putri.
f.       Waktu masuk menghadap keris dilepas
g.      Wanita selain putri Ratu atau putri Pangeran pakai ubet-ubet ukel tekuk pakai baju. Jika masih anak-anak diperkenankan memakai kain sabuk wolo konde dan tidak diperkenankan memakai kalung, gelang ataupun perhiasan.
h.      Diperkenankan masuk menghadap apabila abdi dalem juru kunci telah selesai menjalankan kewajibannya.
i.        Selama bulan puasa Makam Kotagede tutup.
2.      Sebagai pendidikan anak.
Nilai-nilai dan ajaran yang terdapat dalam Cerita Makam Raja-Raja Mataram dapat diwariskan kepada anak-anak dengan mengambil sisi positifnya untuk ditiru dan sisi negatif cerita agar  tidak ditiru oleh anak-anak. Pengajaran  ini juga sebagai upaya untuk melestarikan cerita Makam Raja-Raja Mataram. Dalam hal ini Mangir Wanabaya yang dibunuh Panembahan Senopati karena tidak mau tunduk dengan pemimpinnya dapat dijadikan pelajaran kepada anak-anak bahwa pembangkangan adalah hal berdampoak negatif dan selayaknya tidak diteladani.
3.      Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan.
Cerita Makam Raja-Raja Mataram memberikan banyak peluang, terutama dari lembaga kebudayaan.  Di area Makam Raja-Raja Mataram telah diterbitkan sebuah buku mengenai sejarah singkat Riwayat Pasarean Mataram yang terdiri dari jilid I, Jilid II dan jilid III. Jilid I menceritakan tentang Ki Ageng Pemanahan,  jilid II menceritakan tentang Kanjeng Panembahan Senopati dan jilid III  menceritakan Sri Sultan Hamengkubuwana II yang digunakan sebagai sumber tertulis.
Pakaian adat yang dipakai pengunjung ketika memasuki makam yang berupa beskap dan kemben merupakan sarana pelestarian budaya keraton dalam hal pakaian.
4.      Sebagai alat pencerminan angan-angan
Hal ini dikarenakan banyak orang yang ziarah ke makam raja Mataram untuk meminta agar apa yang menjadi keinginannya terkabul, misal ingin pandai, ingin naik pangkat, ingin sembuh dari penyakit, dan sebagainya.
5.      Memberikan pelajaran yang menyenangkan dari kenyataan
Cerita rakyat makam raja-raja Mataram di dalamnya terdapat berbagai cerita tentang sejarah, mitos, dan lain-lain. Dari hal tersebut kita dapat mengambil pelajaran yang berharga dari cerita tersebut.

F.     Mitos-mitos yang terkandung dalam cerita foklore makam raja-raja Mataram
Dalam cerita makam Raja-Raja Mataram terdapat beberapa mitos yang dipercayai oleh para pengunjung maupun warga sekitar antaranya ;
1.      Lele Ajaib
Lele ajaib yang terdapat dalam sendang Seliran bernama Nyai Reges dan Kyai Reges tersebut diyakini bahwa siapa saja yang dapat melihat lele itu maka mendapat berkah dalam hidupnya dan apa yang menjadi keinginan akan terkabul. Contohnya adalah orang tua yang anaknya sakit lalu datang ke sendang dan melakukan ritual midang ( memberi lele dengan nasi dan daging) maka anak yang sakit tersebut sembuh dan penyakitnya tidak kambuh lagi.
2.      Air Sendang
Air yang terdapat dalam sendang diyakini dapat menyembuhkan penyakit kulit dan bagi siapa yang meminumnya dapat menjadi pandai dan wajahnya nampak lebih cerah ( menambah wibawa).
3.      Makam Raja Mataram
Banyak pengunjung yang datang berziarah ke makam biasanya mereka membawa kembang setaman. Mereka yang datang memiliki tujuan atau pengharapan tertentu misalnya ingin kenaikan pangkat , menyelesaikan permasalahan hidup, bertambah kekayaannya dan lain-lain. Mereka yang datang berdoa di makam  yang terdapat di pasarean tersebut dengan harapan agar dikabulkan segala yang menjadi keinginannya,  namun semua itu hanya sebagai perantara, hasilnya ditentukan oleh Yang Kuasa. Biasanya masyarakat yang percaya  akan hal itu mengiringinya  dengan  beberapa ritual khusus seperti puasa mutih dan puasa ngebleng .
4.      Watu Gilang
Di dekat lokasi pemakaman Raja-Raja Mataram terdapat sebuah tempat yang di dalamnya ada sebuah batu lempeng besar bernama watu gilang. Pada watu gilang tersebut terdapat dekokan  yang menurut sejarah dekoknya batu tersebut bekas benturan kepala Mangir Wanabaya oleh Panembahan Senopati di atas batu tersebut. Hal ini disebabkan karena Mangir Wanabaya dianggap merongrong kerajaan Mataram.
5.      Raja-raja Mataram menjadi istri Ratu Kidul samapai sekarang
Raja-raja Mataram menjadi istri Ratu Kidul dimulai ketika Panembahan Senopati melakukan perjanjian dengan Ratu Kidul bahwasanya beliau menyanggupi persahabatan dengan Ratu Kidul dan sesekali mengadakan pertemuan. Begitu pila dengan Ratu Kidul bersedia membantu kerajaan Mataram jika mengalami kesulitan. Dari perjanjian itulah raja-raja Mataram yang memerintah sampai sekarang selain memiliki istri dalam dunia nyata juga mempunyai istri dari alam gaib.
















BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan penulisan di atas, maka dapat diambil beberapa simpulan:
1.      Penerapan fungsi folklor dalam cerita Raja-Raja Mataram dapat dilihat dari berbagai fungsi yang ada, yaitu: (a) Sebagai alat pemaksa  berlakunya norma sosial dan alat pengendalian sosial, (b) Sebagai pendidikan anak, (c) Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan, (d) Sebagai alat pencerminan angan-angan, (e) Memberikan pelajaran yang menyenangkan dari kenyataan

2.      Nilai dari cerita Raja- Raja Mataram adalah: (a) Sebagai tempat Ziarah,       (b) Nilai Pendidikan (Pedagogis), (c) Nilai Ekonomi, (d) Nilai Kearifan Lokal (local Wisdom), (e) Nilai Sosial Keagamaan , (f) Nilai Legitimasi Penguasa Setempat, (g) Nilai Pelestarian Budaya.


B.     Saran

1.                  Penulisan ini merupakan salah satu penulisan dengan salah satu obyek kajian folklor yang ada di Indonesia. Di wilayah lain masih banyak Cerita Rakyat yang belum tergali. Oleh karena itu, perlu adanya kiat dan kecintaan terhadap warisan budaya, supaya Cerita Rakyat tetap lestari.
2.                  Penanaman rasa cinta terhadap budaya lokal perlu ditingkatkan supaya tetap terjaga keasliannya dan supaya tetap lestari. Selain itu juga sebagai peringatan bahwa saat ini jaman sudah mulai terbuka, pertukaran budaya mudah sekali terjadi sehingga untuk tetap menjaga, kita harus mencintai budaya lokal terlebih dahulu.





DAFTAR PUSTAKA

Babad Tanah Jawi
James Danandjaja. 1997. Folklor Indonesia : Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain - lain. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.
R. Ngabei Martohastono. 1956.  Riwayat Pasarean Mataram I. Yogyakarta.
R. Ngabei Martohastono. 1956.  Riwayat Pasarean Mataram II. Yogyakarta.
R. Ngabei Martohastono. 1956.  Riwayat Pasarean Mataram III. Yogyakarta.
Yus Rusyana. 1981. Cerita Rakyat Nusantara. Bandung: Fakultas Keguruan Sastra dan Seni IKIP Bandung.

















GARIS BESAR DAFTAR PERTANYAAN
1.      Bapak / Ibu tau atau tidak cerita tentang makam raja-raja mataram, sendang seliran dan watu gilang?
2.      Mula-mula dari siapa bapak / ibu mengetahui cerita tersebut?
3.      Bagaimana cerita tentang kerajaan mataram ini yang bapak / ibu ketahui?
4.      Banyak / tidak yang berkkunjung di sini?
5.      Apa sajakah tujuan pengunjung ke tempat ini?
6.      Jika tujuannya sudah tercapai harus bagaimana?
7.      Kalau sudah berhasil harus kenduri / tidak? Jika kenduri nasinya jenis apa dan kenduri pada hari apa?
8.      Kalau tidak berhasil bagaimana?
9.      Apa orang yang meninggal tersebut mempunyai kesaktian?
10.  Jika punya kesaktian, kesaktiannya apa saja?
11.  Apa sepak terjang beliau dahulu dalam kehidupan?
12.  Apakah bisa menjadi cermin untuk masa depan?
13.  Bagaimana kehidupan beliau pada waktu masih hidup?
14.  Mitos-mitos apa saja yang terkandung dalam cerita makam raja-raja mataram, sendang seliran dan watu gilang?
15.  Apa larangan bagi pengunjung di tempat itu?










DAFTAR INFORMAN

Nama                           : Bapak Erna
Alamat                                    : Dalem Kota Gede Yogyakarta
Tempat Tanggal Lahir : Jogja, 31 Desember 1961
Pekerjaan                     : Juru Kunci / Abdi dalem keraton Yogyakarta

1.      Kados pundi cariyosipun mula bukanipun makam raja-raja mataram samenika?
Jawab : makam-makam raja mataram samenika pemindahan saking kerajaan Pajang dhateng Kerajaan Mataram ingkang berpusat wonten Kota Gedhe ingkang mindahaken Ki Ageng Pemanahan, ramanipun Panembahan Senapati
2.      Menapa mawon tujuanipun pengunjung tindak wonten ngriki?
Jawab : tujuanipun kathah mbak, wonten ingkang namung ziarah, menawi kados mbak samenika kangge studi, ziarah makam kangge ndongaaken ingkang semare, panyuwunan supados sukses anggenipun makarya.
3.      Tiyang ingkang tindak ngriki biyasanipun mbeta menapa kemawon, bapak lan menapa diwajibaken?
Jawab : Biyasanipun mbeta kembang kagem nyekar mbak, samenika boten diwajibaken namung mantepipun manah.
4.      Ingkang dipunmakamaken wonten ngriki sinten kemawon, bapak?
Jawab : Ingkang dipunmakamaken wonten ngriki inggih samenika tiyang-tiyang ingkang gadhahi kelebihan mbak, wonten 627 makam nanging ingkang dipunserat wonten buku ingkang baku-baku kemawon inggih samenika wonten 81 tiyang.
5.      Biyasanipun rame tiyang ziarah samenika dinten menapa kemawon, bapak lan sakliyanipun dinten samenika wanci wonten acara menapa kemawon?
Jawab : Biyasanipun rame tiyang ingkang sami ziarah dinten malem jumat kliwon lan selasa kliwon, mbak, utamanipun dinten jumat kliwon kathah sanget ingkang ngriki. Saliyanipun dinten samenika inggih rame pas wanci malem tanggal 1 Suro mergi dhateng ngriki saben malem tanggal 1 Suro wonten acara doa bersama, tahlil lan dzikir sareng-sareng abdi dalem lan para peziarah ing pelataran awitipun jam 12 dalu malem tanggal 1 Suro.
6.      Menapa wonten tiyang ziarah ingkang nyipeng wonten ngriki, bapak?
Jawab : Wonten mbak ingkang nyipeng, tapi awis sanget. Menawi kepengin nyipeng kedah wonten njawi makam, boten angsal dhateng salebetipun makam.
7.      Menapa kemawon saratipun tiyang ingkang badhe ziarah wonten makam, bapak?
Jawab : Saratipun kedah ijin rumiyin dhateng juru kunci / abdi dalem kraton, mbak lajeng samangke diteraken.
8.      Menapa kemawon larangan tiyang ingkang ziarah wonten makam, bapak?
Jawab : Tiyang ingkang ziarah wonten makam samenika boten angsal mundhut gambar (moto makam), tiyang wadon ingkang nembe mens boten angsal mlebet dhateng makam, lan boten angsal ngagem perhiasan emas kadosta kalung,gelang, anting-anting lan sapanunggalipun.
9.      Wonten menapa sendang samenika dipunwastani sendang seliran?
Jawab : Seliran samenika saking tembung selira mbak, ingkang artosipun awake dhewe amargi sendhang seliran samenika didamel piyambak dening raja lan kulawarganipun.
10.  Menapa kemawon manfaat toya saking sendang samenika?
Jawab : toya saking sendang ingkang mili kaping sepisan samenika saged kagem tamba penyakit, menawi tiyang ingkang gadhah gegayuhan mundhut toya saking sendang samenika lajeng didongani pramila gegayuhanipun saged kasil lan saged nyerahaken wajah mungguhing tiyang ingkang ngunjuk.
11.  Menapa alesanipun menawi kepengin ziarah wonten makam kedah ngagem rasukan adat, bapak?
Jawab : Pancen sampun aturanipun kraton ngriki mekaten mbak amargi adat saking jaman rumiyin inggih sampun mekaten. Sanadyan ingkang ziarah bapak presiden inggih kedah ngagem rasukan adat, boten kepareng boten ngagem.
12.  Menawi tata caranipun tiyang ingkang gadhah hajat samenika ritualipun menapa kemawon bapak?
Jawab : kaping sepisan kedah siram rumiyin ing sendhang salajengipun mlebet dhateng makam raja kagem sungkem lan dongakaken raja.
13.  Wonten sendhang samenika cariyosipun wonten lele ajaib bapak?
Jawab : inggih mbak, lelenipun naminipun nyai reges lan kyai reges, lele samenika lele kejiman, ambane sadepa. Lelenipun boten wonten dagingipun namung balung kaliyan endas, mbak. Sinten tiyang ingkang saged mangertosi lele samenika lajeng donga pramila punapa kemawon gegayuhanipun bakal dikabulaken.
14.  Menawi cariyosipun watu gatheng samenika kados pundi, bapak?
Jawab : Watu gatheng samenika riyin dolananipun Raden Rangga. Raden Rangga samenika ibunipun kanjeng ratu kidul pramila raden rangga samenika sakti.
15.  Bapak pitados menawi kanjeng ratu kidul samenika wonten?
Jawab : Inggih pitados mbak, wong kanjeng ratu kidul samenika kejiman dados boten saged seda ngantos samangke kiyamat. Kajeng ratu kidul samenika sampun ditakdiraken dados garwanipun raja-raja mataram ngantos samangke kiyamat lan piyambakipun terus mantau kahananipun kerajaan mataram utamanipun kraton Yogya lan Solo.

Nama         : Bu Ana
Pekerjaan   : Swasta
Umur         : 40 tahun
Alamat      : Jogja

1.      Tujuan ibu tindak ngriki kangge menapa, bu?
Jawab : Kagem rekreasi, mbak
2.      Ibu nate mlebet dhateng makam menapa boten?
Jawab : Boten mbak, ngertos kula namung sendang.
3.      Ibu pitados menapa boten menawi wonten tiyang ingkang tindak ngriki lan donga panyuwunanipun menapa pramila saged kabul?
Jawab : Kula malah boten mangertosi mbak menawi tiyang ingkang gadhah hajat tindak ngriki donga saged kasil hajate.

Nama          : Bu Titin
Pekerjaan    : Swasta
Umur          : 40 tahun
Alamat        : Kulon Progo

1.      Menawi ibu tindak ngriki, biyasanipun ingkang dipuntinggali menapa kemawon?
Jawab: namung mlampah dhateng sendang mbak
2.      Menawi cariyos penembahan senopati, ibu mangertos menapa boten?
Jawab: boten mbak
3.      Ibu asring menapa boten tindak ngriki?
Jawab: riyen nate, nanging mandeg nembe ngriki malih samenika.Sampun enem taun boten ngriki
4.      Ibu nate mlebet dhateng makam menapa boten?
Jawab: boten mbak, amargi kedah ngagem rasukan kemben
5.      Ibu pitados menapa boten menawi tiyang tindak ngriki donga panyuwunanipun badhe dipunkabulaken?
Jawab: kula malah boten mangertos mbak menawi wonten tiyang ngriki nyuwun donga supados kabul kajatipun




Nama: Pak wagiman
Alamat: jogja
Umur: 46
Pekerjaan: PNS sekretariat rektorat UGM


1.      Bapak asring menapa boten ziarah ngriki?
Jawab: asring mbak, biyasanipun ziarah seminggu sepisan.Lan menawi wonten hal penting kadosta pengin kasil gegayuhanipun
2.      Lampahan menawi kepengin gegayuhanipun kasil kedah menapa?
Jawab: siam rumiyin, biaysanipun siam menika wonten tingkatanipun awit saking siam kados limrahipun ngantos ngebleng sinambi rawuh dhateng ngriki kangge dongaaken raja-raja mataram saha leluhur.Salajengipun mangke angsal pituduh, biyasanipun sinambi dhateng wonten makam Imogiri kaliyan pertapan Kembang Lampir ,Wonosari,Gunung Kidul.
Tiyang ingkang dhateng ngriki sakliyanipun ziarah, limrahipun anggadhahi panggayuhan supados gegayuhanipun kasil utawi wonten prekawis babagan pagesangan.
3.      Limrahipun tindak ngriki beta menapa kemawon Bapak?
Jawab: biyasanipun ngriki beta kembang, dupa ,saha minyak srimpi ananging sedaya menika dados perantara.Sedaya gumantung kersanipun Gusti.
4.      Menawi cariyos raja-raja Mataram Bapak mangertos?
Jawab: Mangertos mbak, makam samenika makamipun leluhur tiyang Mataram, kadosta makam Panembahan Senopati, makam Sultan Hadiwijaya, makam Ki Ageng Pemanahan, makam Gusti Kali Nyamat
5.      Bapak nate dhateng sendang menapa boten?
Jawab: Asring, rumiyin kathah tiyang ingkang nadar salejengipun tindak dhateng sendang kangge midang ( makani lele) , banjur saras.Ingkang lampahi prekawis menika kathah.
6.      Menawi cariyos lele ajaib Bapak mangertos menapa boten?
Jawab: lele samenika inggu-inggunipun Panembahan Senopati.Rumiyin cariyosipun Panembahan Senopati dhahar lawuh lele lajeng lele menika kantun endhas lan ri ,Kanjeng Senopati ngendika menawi lele menika saged gesang.Awit ngendika menika ampuh pramila lele menika saged gesang lajeng dipunicalaken wonten sendang.
Kanjeng Panembahan menika ugi gadhah abdi dalem ingkang kinasih samenika manggen wonten Gunung Merapi dipunwastani Kyai Sapu Jagad.Rumiyin cariyosipun juru taman, nedha tigan Gludug , pamaringan saking Kanjeng Ratu Selatan.Dhateng Panembahan Senopati disumpahi dados buto, pungkasanipun dados buto.
7.      Menawi cariyos Wanabaya Bapak mangertos menapa boten?
Jawab: Mangir Wanabaya samenika mantu lan mungsuh ,pramila pasareanipun wonten jawi lan lebet.Mangir Wanabaya menika sekti sanget ,gadhah tombak namanipun Kyai Baru Klinting.Asalipun Wanabaya saking Dusun Mangiran, Srandhakan,Bantul.Wanabaya rabi kaliyan Kanjeng Ratu Prembayun, putranipun Panembahan Senopati.
8.      Menawi cariyos Watu Gatheng Bapak mangertos menapa boten?
Jawab : Watu Gatheng menika dolanipun Raden Rangga, putranipun Panembahan Senopati.Watu Gatheng menika satunggal kompleks kaliyan Watu Gilang.
9.      Ibunipun Raden Rangga menika sinten Bapak?
Jawab : Kula boten paham Mbak
10.  Bapak pitados menapa boten menawi Ratu Kidul menika wonten?
Jawab: Pitados Mbak, miturut cariyos rumitin sampun wonten prajanjian antawasipun Panembahan Senopati kaliyan Ratu Kidul dados suami- istri ngantos keturunan raja-raja Mataram dumugi akhir jaman.
Allah samenika nyiptaaken alam gaib lan alam nyata pramila, pembuktian prekwis gaib menika kedah dipunimbangi kaliyan teori-teori gaib.
11.  Rumiyin saderengipun dados kerajaan Mataram ngriki panggenan menapa Bapak?
Jawab: ngriki alas Mentaok , tasih kathah jim setan dhateng Panembahan Senopati dipuntirakati saengga makhluk-mahluk gaib maringi restu supados damel kerajaan Mataram ngantos samenika.Saliyanipun menika wilayah menika bebungah amargi Panembahan Senopati saged mejahi Haryo Penangsang.


Nama: Heri
Umur : 30 tahun
Pekerjaan: Tukang Parkir

1.      Bapak mangertos cariyos kerajaan Mataram?
Jawab: rumiyin ngriki alas Mentaok mbak,
2.      Menawi cariyos mela bukanipun sendang menapa Bapak?
Jawab: sendang samenika rumiyin dipundamel margi Panembahan Senopati badhe sholat boten wonten toya.Lajeng ngedrukaken suku kaping tiga , saengga toyanipun medal.Sendang Putri toyanipun saking wit Ringin.
3.      Menawi cariyos lele ajaib Bapak mangertos menapa boten?
Jawab: lele samenika namanipun Nyai Rebes sinten tiyang ingkang saged ninggali lele namung endhas kaliyan eri mesthi panyuwunanipun badhe kabul.
4.      Menawi cariyos makam Bpak mangertos?
Jawab: makam samenika ,makamipun Panembahan Senopati lajeng wonten ingkang dipunmakamaken setengah wonten jawi setengah wonten lebet.Menika kedudukanipun Menantu kaliyan mungsuh
5.      Menawi cariyos Watu Gilang menika menapa?
Jawab:  Watu menika dolanipun Raden Rangga
6.      Ngriki ramenipun wanci menapa?
Jawab: saben dinten rame , langkung-langkung dalu malem jum’at Kliwon
7.      Keperluanipun menapa kemawon?
Jawab: wonten ingkang solat wonten masjid, ziarah wonten makam
8.      Biyasanipun menawi panyuwunan menika kabul, kedah menapa?
Jawab: Rumiyin wonten tiyang ingkang nadar menawi kasil beleh sapi.Limrahipun damel sajen ingkung


 









































           

LAMPIRAN FOTO

Panembahan Senopati

Ki Ageng Pemanahan

 
Sendang Seliran Kakung
 
Kolam yang terdapat di Sendang Seliran Kakung
Sendang Seliran Putri

Suasana didalam Sendang Putri
Watu Gatheng
Watu Genthong

Papan keterangan
 Peta Yogyakarta
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxSIusVK4Xni-QjSd7ZAfhXqaac7YjOhQuOCE_98NgnJQDcSXiL6KPOejlW4lKaNlmDY2nW6XgVPlGz7iiQlxRctAJ_nX78higqwTmsidvi70_j5HoCCAEVwfPmpi3516RZu7hGDsTDQg/s1600/peta+yogya.jpg&imgrefurl=http://sanydoank.blogspot.com/