Makalah Filologi
Disusun untuk memenuhi
UKD 4 Mata Kuliah Pengantar Filologi
yang Diampu oleh Drs. Wiryo Hendrosaputro, M.
Si.
Disusun
oleh
Dwi Lestari (C0111012)
JURUSAN SASTRA DAERAH
FAKULTAS SASTRA DAN SENI
RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
- PENYELAMATAN NASKAH
Membeli naskah milik perorangan
Penyelamatan naskah banyak dilakukan oleh
instansi-instansi penyimpan naskah. Di sana masih diadakan jual beli naskah
perorangan. Naskah jawa masih banyak yang ada di perorangan dan belum
diserahkan ke museum-museum tempat penyimpanan naskah meskipun anak cucunya
sudah tidak paham naskah. Biasanya naskah diberikan kepada ahli waris yang
terdekat.
Menyediakan tempat untuk menyimpan naskah
Tempat pelestarian naskah dilakukan di
laboratorium filologi, misalnya di jurusan sastra daerah universitas sebelas
maret. Menyimpan naskah dalam bentuk buku butuh tempat yang suhunya cukup agar
kertasnya tidak mudah lapuk. Tempat penyimpanan naskah yang masih representatif
adalah Widyabudaya.
Menyusun dalam daftar inventaris dan
katalogus
Menyusun dalam daftar inventaris dan
katalogus bertujuan agar mempermudah dalam mencari naskah, menghitung jumlah
naskah yang dipinjam dan dikembalikan. Koleksi perorangan biasanya tidaksemakin
bertambah justru semakin berkurang karena peminjam tidak mengembalikan atau
sudah dikembalikan tetapi lupa. Hal ini bisa terjadi karena pemilik koleksi
perorangan tidak menyusun daftar inventaris dan katalogus naskah.
Mengadakan perbaikan naskah(reparasi dan
penjilidan)
Perbaikan naskah biasanya dilakukan di
Reksapustaka, dan Sanapustaka. Terutama Reksapustaka sangat rajin sekali
melakukan reparasi naskah. Reparasi naskah hanya untuk naskah-naskah yang
dianggap tidak memiliki nilai magis karena untuk naskah-naskah yang memiliki
nilai magis dikhawatirkan bisa membawa marabahaya.
Mengadakan perawatan naskah
Perawatan naskah dilakukan dengan cara
mengatur suhu udara tempat penyimpanan naskah, melakukan translete/ transkrip
naskah, dan membuat naskah dalam bentuk microfic/ microfilm serta dalam bentuk
kamera digital.
- PELESTARIAN NASKAH
Membuat salinan atau turunan naskah
Salinan atau turunan naskah biasanya
dibuat oleh Reksapustaka dalam bentuk translate atau transkrip naskah. Turunan
naskah dilakukan saat sistem kerajaan masih berjalan namun seiring kemajuan
zaman maka turunan naskah diganti dengan
cara fotokopi naskah. Meskipun sebenarnya sistem fotokopi ini tidak baik karena panas yang
dihasilkan mesin fotokopi bisa merusak naskah. Naskah yang sering difotokopi
umurnya tidak akan mencapai ratusan tahun paling banyak usianya hanya sekitar
50-an tahun.Salinan naskah dapat pula dibuat dengan cara fotografis dan
microfilm, misal proyek manuskrip yang
dilakukan kraton Surakarta. Di Bali
naskah disalin pada daun lontar dan kemudian di simpan di museum Kirtya Budaya.
Membuat reproduksi fotografi(berupa
mikrofilm atau mikrofis)
Pelestarian naskah dengan cara dibuat
mikrofis atau mikrofilm tidak merusak naskah akan tetapi biayanya mahal. Alat
baca mikrofilm adalah mikrofilm reader sedangkan alat untuk mencetak
dinamakan mirofilm reader printer. Alat
ini muncul sekitar tahun 2000-an, yang memiliki alat ini adalah PNRI dan
jurusan sastra daerah universitas sebelas maret.
Membuat suntingan naskah( dengan
menerapkan metode kritik teks tertentu)
Metode kritik teks ada 5 macam yaitu:
a. Metode intuitif
Peneliti dalam mengerjakan
naskah masih individu. Metode ini dilakukan pada penelitian awal.
b. Metode objektif
Suatu penelitian yang dilihat
dari naskah yang sebenarnya. Seolah-olah semua dikerjakan.
c. Metode gabungan
Yaitu metode kritik teks di
mana suntingan teksnya dari gabungan naskah-naskah. Dasarnya dari naskah-naskah
yang mengalami kesalahan kemudian diperbaiki.
d. Metode landasan
Yaitu metode kritik teks
dengan hanya menggunakan salah satu naskah dengan perbandingan nasklah yang
paling baik.
e. Metode edisi naskah
tunggal
Naskah jamak makla harus
diperbandingkan dengan naskah-naskah yang lain.
Naskah tunggal maka tidak
perlu diperbandingkan dengan naskah-naskah yang lain.
Membuat suntingan naskah
tergantung pada penyuntingan naskah berdasar keadaan naskah. Apabila jumlah
naskah banyak maka digunakan metode induk dan stemma, jika naskah hanya satu
maka dapat diterapkan metode diplomatik, kritik teks, dan fotografi.
Susunan stema terdiri dari
- Naskah arketip(nenek moyang naskah-naskah yang tersimpan)
- Naskah hiparketip(kepala keluarga naskah-naskah)
- Metode stema hanya dapat diterapkan apabila teks disalin satu demi satu dari atas ke bawah, dari contoh ke salinan.
Membuat salinan naskah ini
butuh teori, waktu, dan kesabaran. Biasanya dibuat oleh mereka yang sedang
melakukan penelitian untuk membuat skripsi, disertasi, tesis, tugas akhir, dll.
Membuat digitalisasi naskah
Pembuatan digitalisasi naskah
ini biasanya dilakukan oleh Manassa(masyarakat pernaskahan nusantara). Misalnya
pada tahun 1994 berdiri lembaga study jawa yang melakukan pembuatan audiovisual
seperti toprak, , naskah film jawa, dsb. Lembaga study jawa ini bertempat di
ringroad Yogya yang berasal dari Gramedia.
- PENELITIAN NASKAH DAN TEKS
Dapat dilakukan dari segi sastra(analisis
dan interpretasi terhadap hal-hal yang di luarnya maupun lingkungan yang
melatarbelakangi
Dari segi sastra misalnya naskah Babad
terkepung yang di dalamnya menceritakan Pragman Nur Saleh diangkat oleh raja
sebagai penasehatnya. Kemudian yang dilakukan
Nur Saleh adalah meniup kompeni sehingga kompeni lari terbirit-birit.
Dilakukan dalam segi bahasa(analisis
ketatabahasaan naskah dan latar belakang penulisannya) : karya ilmiah dalam
jenjang pendidikan tertentu(paper, skripsi, tesis, dan disertasi)
Naskah bisa digunakan sebagai sumber data dalam penelitian bahasa jawa
kuna. Misal: membandingkan basa jawa kuna, basa jawa tengahan, dan basa jawa
baru serta dialek. Terdapat perbedaan pada periode jawa kuna, jawa tengahan,
dan baru karena ada suara panjang dan pendek.
Contoh:
Dibya dibya
Hru hru
Segi kebudayaan Jawa
Kebudayaan Jawa jika digambarkan berupa
lingkaran, linier, dan spiral. Seharusnya semua unsur tersebut terdapat dalam
kebudayaan jawa, akan tetapi persoalannya banyak masyarakat yang tidak paham
dengan hal teersebut. Sekat hanya penanda diakronis yang tidak bisa disebut
sebagai pewatas.Misal dalam
kebudayaan jawa, kuna tetap berlaku,
pertengahan berkembang yang kemudian lama kelamaan kuna semakin menghilang.
- SISTEM PENDAYAGUNAAN NASKAH DAN TEKS
Naskah mengandung isi yang bermacam-macam,
maka perlu menjawab pertanyaan apa manfaat naskah?
Naskah adalah cagar budaya, artinya
keberadaan naskah dilindungi oleh undang-undang. Naskah tersimpan di museum
karena museum merupakan tempat penyimpanan naskah. Naskah jawa banyak yang
tersimpan di luar negeri seperti yang tersimpan di universitas Belanda.
Naskah-naskah yang tersimpan di universitas ini raknya disendirikan dan tidak
boleh dibuka oleh orang Indonesia karena dimungkinkan ada hal-hal yang berbau
politik.
Naskah mengandung isi yang beraneka ragam
mencakup segala sisi kehidupan mulai dari sastra, IPTEK, budaya, adat istiadat,
bahasa, pengobatan, arsitektur jawa,religi, dll. Manfaat naskah adalah untuk
membantu pengembangan bidang-bidang tersebut.
Contoh naskah yang bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari: kidung tumeksa
ing wengi digunakan oleh ibu-ibu untuk menenangkan anak-anaknya yang menangis
tidak diam-diam, naskah yang ada di pondok
merupakan naskah yang dianggap sakral/ mengandung nilai-nilai keagamaan.
Merupakan sumber bagi pengertian terhadap
berbagai segi kehidupan dan kebudayaan
Orang jawa bisa memilki pengetahuan dan
pemahaman yang sama di bidang kehidupan
mulai dari sastra, IPTEK, budaya, adat-istiadat, bahasa, pengobatan, arsitektur
jawa, religi, dll karena mereka memiliki sumber yang sama yaitu berupa naskah.
Misal: dengan berpedoman naskah orang jawa tahu perbedaan bahasa pada periode
jawa baru, kuna, dan tengahan yaitu karena ada suara panjang dan pendek
antara hru hru
Dibya dibya
Untuk menunjang usaha-usaha pembinaan jiwa
dalam pembangunan kepribadian
Pembinaan jiwa dalam pembangunan
kepribadian ini bersangkut paut dengan
adat dan etika. Misal: tidak boleh pergi ke pantai memakai pakaian serba jeans.
Di tempat wisata yang baik sekali kita
tidak boleh menebang pohon karena dikhawatirkan bisa terjadi sesuatu.,
Mangkunegaran sampai Sendangsewangi dianggap memiliki kekuatan untuk melawan
Belanda.
- BAPENYERLUASAN NASKAH DAN TEKS
Penerbitan segala hasil kegiatan
Penerbitan segala hasil kegiatan ini bisa
melalui seminar, loka karya, tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, akses
naskah jawa melalui internet.
Suntingan naskah dengan terjemahan dan
pembahasannya
Dengan naskah disunting dan diterjemahkan
hal itu termasuk penyebarluasan naskah. Naskah perlu disunting, diterjemahkan,
dan dibahas. Misal: Naskah Kidung Tumeksa ing Wengi.
Terutama hasil-hasil penelitian naskah
Hasil penelitian naskah sudah diuji lewat
berbagai fase atau tahap. Misalnya skripsi, tesis, disertasi, dll.
Pernah dilakukan oleh Balai Pustaka yang
dibiayai oleh pemerintah
Pada era tahun 90-an Balai Pustaka banyak
menerbitkan serat-serat jawa dan naskah-naskah jawa. Kegiatan ini dilakukan
oleh proyek sehingga pengerjaannya mengejar kuantitas daripada kualitas,
alhasil kurang tepat semua hasil produksi naskahnya.
PNRI sebagai motor
PNRI atau museum pusat Jakarta terletak di
Jakarta.Maksudnya PNRI sebagai motor
adalah naskah yang terdapat di seluruh nusantara bisa ditarik oleh PNRI.
Misal serat Wedhatama yang ada di Yogyakarta bisa ditarik oleh PNRI.
- PENGELOMPOKAN NASKAH BERDASARKAN RAGAM
Kata kunci katalog menurut penjelasan dari
bapak Hendro adalah DAFTAR NASKAH
- KATALOG NASKAH LOKAL
Katalog naskah lokal adalah katalog naskah
yang ada di masing-masing tempat penyimpanan. Sistem pembuatannya tidak
standar, disusun berdasarkan kemampuan dan kemauan pembuat itu sendiri. Misal
katalog yang ada di Radyapustaka yang berulangkali ganti. Penyebabnya adalah pengelolaan
yang ditangani oleh berbagai pihak, yaitu yayasan. Alasannya katalog yang ada
dianggap rusak.
Dari pengertian di atas dapat dijabarkan
ciri-ciri katalog lokal adalah sebagai berikut:
a. Daftar naskah yang
terdapat di suatu tempat penyimpanan naskah sesuai dengan situasi dan kondisi
setempat.
b. Merupakan daftar yang
dibuat berdasarkan kriteria tertentu, dengan tujuan untuk memudahkan di dalam
mencari dan menemukan naskah yang dimaksud.
c. Nomor naskah dibuat
dengan kondisi setempat dan belum terdeskripsi dengan baik dan lengkap.
d. Apabila ingin
memahami dan membacanya harus ke tempat katalog lokal itu berada.
- KATALOG NASKAH NASIONAL
Katalog naskah nasional adalah katalog
naskah yang dibuat, diterbitkan secara nasional, bahkan regional dan
internasional. Contoh katalog nasional adalah katalog Brandes yang terdapat di
museum pusat di jakarta. Katalog nasional dibuat oleh ahli yang kompeten. Misal
nomor 1955, judul Wedhatama, bentuk puisi 10 pupuh, 900 bait, 500 halaman,
pengarang tidak disebutkan, isi bagaimana seseorang menjalankan etika dengan
baik. Dari pengertian di atas dapat
diuraikan ciri-ciri katalog naskah nasional sebagai berikut:
a. Daftar naskah yang
dibuat secara sistematis dengan kriteria tertentu dan sangat memudahkan dalam
pencarian suatu naskah.
b. Dibuat oleh para ahli
yang berkompeten sehingga disertai dengan beberapa hal yang berkaitan dengan
naskah.
c. Diterbitkan dan
beredar ke mana-mana untuk kepentingan siapa saja yang membutuhkan.
- KATALOG NASKAH YANG LAINNYA
Katalog naskah lokal adalah katalog naskah
yang umumnya dimiliki oleh orang perorangan, kolektor naskah, dan kelompok tertentu. Sistem pembuatan
katalognya tergantung kehendak individu/ kelompok. Misal ada kelompok yang
membuat katalog seperti kalau menomori buku, sistemnya buku yang dinomori terlebih
dahulu adalah buku awal yang dia beli. Nomor tersebut diberikan oleh individu/
kelompok berdasarkan karakter, misal: H059. Dari pengertian di atas dapat
dijabarkan ciri-ciri naskah yang lainnya adalah sebagai berikut:
a. Suatu daftar naskah yang dibuat dengan tidak
mengikuti sistem seperti yang lazim dilakukan oleh para pembuat katalog.
b. Pada umumnya dibuat
berdasarkan selera pribadi, sehingga orang lain merasakan ada kesulitan.
c. Merupakan daftar
naskah sebagai inventaris pribadi.
- NASKAH-NASKAH NUSANTARA DAN PARA PENELITINYA
- PENJENISAN NASKAH NUSANTARA
Berdasarkan tipologi tertentu, ragam yang
menjadi ciri khas yang dikandungnya.
- KATALOG PIGEAUD
Pigeaud yang tua renta sampai
sekarang masih selalu menggeluti naskah-naskah jawa koleksi universitas
Leiden., telah berhasil membuat katalogus naskah jawa yang tersimpan dalam perpustakaan
lembaga tersebut, dan beberapa lembaga lain di eropa serta Indonesia.
Katalog Pigeaud dibagi menjadi 4 kali terbit
karena memang terdiri dari 4 jilid. Pigeaud dikenal dengan sebutan Hs. Th. P
yaitu kepanjangan dari Handscripant Theodore Pigeaud. Pigeaud pernah
menghibahkan naskah ke museum UI Jakarta. Katalog pigeaud terbit pada tahun
1976, 1968, 1970, 1980: Literatire of Java, The Hague: Martinus Nijjhoff. Katalog Pigeaud dibagi menjadi 4 bagian,
yaitu:
- Agama dan etika.
- Sejarah dan mitologi.
- Sastra indah.
- Ilmu pengetahuan, kesenian, ilmu sastra, hukum, foklor, adat istiadat dan serba-serbi.
Pembagian di atas dipandang
mencerminkan 4 hal yang berkaitan erat dengan konsep dasar alam pikiran jawa.
Demikianlah naskah jenis a) merupakan kelompok yang dianggap cukup penting dan
mendasar.kemudian naskah jenis b) keduanya saling berjalinan bahkan adakalanya
berkaitan dengan jenis a.naskah jenis c) banyak yang mengandung unsur-unsur jenis
a dan b.naskah jenis d) memancarkan konsep dasar kebudayaan jawa dalam segala
segi kehidupan. Sebaliknya naskah jenis d juga mengandung naskah jenis a, b,
dan c. Contohnya adalah serat Centhini.
- KATALOG GIRARDET-SOETANTO(1983)
Girardet
memiliki perhatian yang besar terhadap naskah jawa. Ia dengan bantuan Soetanto
telah berhasil menyusun katalogus naskah
jawa(manuskrip) dan juga yang telah tercetak(printed books) yang terdapat di Surakarta dan Yogyakarta.
Naskah-naskah jawa tersebut khususnya yang tersimpan dalam koleksi
perpustakaan-perpustakaan: kraton Surakarta, pura mangkunegaran, museum
Radyapustaka, kraton Yogyakarta, pura pakualaman, dan museum sanabudaya.
Girardet-Soetanto membagi naskah-naskah tersebut menjadi 4 bagian, yaitu:
- Kronik, legenda, dan mite.
Di dalamnya termasuk naskah-naskah: babad,
pakem, wayang purwa, menak, panji, pustakaraja, dan silsilah.
- Agama, filsafat, dan etika.
Di dalamnya termasuk naskah-naskah yang
mengandung unsur-unsur hinduisme, budisme, mistik jawa, kristen, magi dan
ramalan, sastra wulang.
- Peristiwa kraton, hukum, risalah, peraturan-peraturan.
- Buku teks dan penuntun, kamus, ensiklopedi tentang linguistik, obat-obatan, pertanian, antropologi, geografi, perjalana, perdagangan, masak-memasak, dsb.
Alasan Girardet-Soetanto
meletakkn kronik, legenda, dan mite pada bagian teratas adalah karena sebelum
agama lahir hal ini sudah banyak yang menganut.
- KATALOG BRANDES(1901, 1903, 1904, 1916)
Brandes(1857-1905) adalah murid Vreed dan
Kern. Pada tahun 1885 brandes berguru kepada Van deer Tuuk di Singaraja.
Setelah Vandeer Tuuk meninggal dunia pada tahun 1894, Brandes ditugaskan
menyusun bahan-bahan hasil penelitian
yang telah dikerjakan oleh Vandeer Tuuk.
Diantara bahan-bahan yang telah terkumpul itu adalah katalogus naskah Jawa,
Bali, dan Sasak. Katalog tersebut terbit dalam 4 jilid. Penyajian tidak
digolong-golongkan tetapi disusun berurutan mengikuti abjad naskah, jelasnya
sebagai berikut:
- Jilid 1(1901) : Adigama-Ender
- Jilid 2(1903) : Gatotkacasraya-Putrupasaji
- Jilid 3(1904) : Rabut sakti-Yusup
- Jilid 4(1915) : Naskah-naskah tak berjudul
Contoh mencari judul naskah
menggunakan katalog Brandes:
Bomakawya, berawal huruf B
berarti masuk jilid 1.
Hanoman Obong, berawal huruf O
berarti masuk jilid 2, dst.
- FILOLOG ASING
Kajian filologi terhadap naskah-naskah
nusantar bertujuan untuk menyunting, menganalisis, serta membahas naskah,
terutama ditekankan pada penyuntingan naskah. Hasil suntingan itu umumnya
berupa penyajian teks dalam huruf aslinya, ialah huruf jawa, jawi, dan pegon.
Para filolog asing antara lain:
T. Roorda menghasilkan karya berupa kamus
bahasa jawa yang berjudul Javansche-Nederlansche Hanwoordenboek(1901).
Vreede menghasilkan suntingan naskah berbahasa
Madura berjudul Tjarita Brakaj yang
dilakukan pada tahun 1878 berupa edisi diplomatik.
, H. H. Juynboll menghasilkan beberapa
suntingan teks Mahabharat berjudul Adiparwa, Oudjavanesche
prozagessschrift(1906) dalam transliterasi huruf latin serta suntingan disertai
terjemahan berjudul Drie Boeken van oud-javanesche
Mahabharata in Kawi-teks en Nederlansche vertaling(1893).
Cohen Stuart menghasilkan karya Bratajoeda(
1860). Karya ini 5 buku ada di perpus Leiden dan 2 buku ada di perpustakaan
Bali. Karya ini tidak dikerjakan secara objektif akan tetapi intuitif untuk mengetahui
ketuaan naskah. Penerapan metode intuitif maksudnya 7 naskah ini tidak
dikerjakan secara stema akan tetapi dikerjakan secara individu, semua naskah
saling melengkapi, yang paling lengkap itulah yang paling dekat dengan naskah
aslinya.
J. Brandes menghasilkan karya
negarakertagama(1902). Ia adalah orang belanda yang menghibahkan naskah,
terkenal dengan katalognya yang bernama katalog Brandes yang menjadi katalog
nasional paling standart.
J. Kats menghasilkan karya-karya seperti Sang Hyang Kamahayanikan, Oud
Javansche tekst met inleiding, Vertaling en aanteekeningen pada tahun 1910.
C. Hooykaas menghasilkan karya dengan
judul A History of Malay Literature
Winstedt(1940), Letterkunde van de Indische archipel(1947), dan Over Maleise
Literature(1947).
J. Gonda menghasilkan suntingan berjudul
Letterkunde van de Indische Archipel dan
Brahmandapurana pada tahun 1932.
A. Fokker , C.C. Berg menghasilkan karya
berupa penulisan sejarah jawa (1974).
H. Kern menghasilkan Ramayana
Kakawin(1900). Dalam kitab Kakawin ini ditemukan naskah yang berbeda. Mereka
belum bisa mengidentifikasi mana naskah yang paling tua dari naskah yang
lainnya.
N.J. Krom, Th. P. Pigeaud, Ricklefs,
Voorhove.
Zootmulder menghasilkan karya dalam bentuk
English dan Indonesia. Karyanya yang
terkenal antara lain berjudul Kakawin (1974) dan Uljavan English dictionary.
Salah satu koleksi naskah jawa kuno yang dimilik Zoetmulder untuk univesitas
Sanatadarma di simpan di museum Artati.
Andreas Teeuw bergelar DR Honorescausa,
yaitu gelar yang diberikan lembaga karena punya jasa khusus . Terbitan beliau
antara lain Het Bhomakawya(1946), dan terbitan beliau yang terakhir berjudul Sastra dan Ilmu Sastra pada tahun
1984.
S. Robson memiliki Hikayat Andaken Penurat
(1969).
Girardet
Girardet
memiliki perhatian yang besar terhadap naskah jawa. Ia dengan bantuan Soetanto
telah berhasil menyusun katalogus naskah
jawa(manuskrip) dan juga yang telah tercetak(printed books) yang terdapat di Surakarta dan Yogyakarta.
Naskah-naskah jawa tersebut khususnya yang tersimpan dalam koleksi
perpustakaan-perpustakaan: kraton Surakarta, pura mangkunegaran, museum
Radyapustaka, kraton Yogyakarta, pura pakualaman, dan museum sanabudaya.
Girardet-Soetanto membagi naskah-naskah tersebut menjadi 4 bagian, yaitu:
- Kronik, legenda, dan mite.
Di dalamnya termasuk naskah-naskah: babad,
pakem, wayang purwa, menak, panji, pustakaraja, dan silsilah.
- Agama, filsafat, dan etika.
Di dalamnya termasuk naskah-naskah yang
mengandung unsur-unsur hinduisme, budisme, mistik jawa, kristen, magi dan
ramalan, sastra wulang.
- Peristiwa kraton, hukum, risalah, peraturan-peraturan.
- Buku teks dan penuntun, kamus, ensiklopedi tentang linguistik, obat-obatan, pertanian, antropologi, geografi, perjalana, perdagangan, masak-memasak, dsb.
Alasan Girardet-Soetanto
meletakkn kronik, legenda, dan mite pada bagian teratas adalah karena sebelum
agama lahir hal ini sudah banyak yang menganut.
J.J Ras menghasilkan karya
berjudul Hikayat Banjar (1968), Willem
van der Molen.
C. FILOLOG INDONESIA
Mpu Dharmaja, Mpu Tantular, Mpu Tanakung, Mpu Prapanca,
Prijohoetomo, Haryati Soebadio, A. Ikram(Hikayat Sri Rama, 1978),
Supomo(Arjunawijaya, 1977), Harsya W. Bachtar, Siti Baroroh Baried,
Darusuprapta, Siti Chamamah S.
Para filolog ini sudah
menggunakan metode filologi. Dari tokoh-tokoh ini yang masih hidup antar lain
Harsya W. Bachtiar, Siti Chamamah.D.PENYUNTINGAN NASKAH
1. PENYELAMATAN NASKAH
Membeli naskah milik perorangan
Penyelamatan naskah banyak dilakukan oleh
instansi-instansi penyimpan naskah. Di sana masih diadakan jual beli naskah
perorangan. Naskah jawa masih banyak yang ada di perorangan dan belum
diserahkan ke museum-museum tempat penyimpanan naskah meskipun anak cucunya
sudah tidak paham naskah. Biasanya naskah diberikan kepada ahli waris yang
terdekat.
Menyediakan tempat untuk menyimpan naskah
Tempat pelestarian naskah dilakukan di
laboratorium filologi, misalnya di jurusan sastra daerah universitas sebelas
maret. Menyimpan naskah dalam bentuk buku butuh tempat yang suhunya cukup agar
kertasnya tidak mudah lapuk. Tempat penyimpanan naskah yang masih representatif
adalah Widyabudaya.
Menyusun dalam daftar inventaris dan
katalogus
Menyusun dalam daftar inventaris dan
katalogus bertujuan agar mempermudah dalam mencari naskah, menghitung jumlah
naskah yang dipinjam dan dikembalikan. Koleksi perorangan biasanya tidaksemakin
bertambah justru semakin berkurang karena peminjam tidak mengembalikan atau
sudah dikembalikan tetapi lupa. Hal ini bisa terjadi karena pemilik koleksi
perorangan tidak menyusun daftar inventaris dan katalogus naskah.
Mengadakan perbaikan naskah(reparasi dan
penjilidan)
Perbaikan naskah biasanya dilakukan di
Reksapustaka, dan Sanapustaka. Terutama Reksapustaka sangat rajin sekali
melakukan reparasi naskah. Reparasi naskah hanya untuk naskah-naskah yang
dianggap tidak memiliki nilai magis karena untuk naskah-naskah yang memiliki
nilai magis dikhawatirkan bisa membawa marabahaya.
Mengadakan perawatan naskah
Perawatan naskah dilakukan dengan cara
mengatur suhu udara tempat penyimpanan naskah, melakukan translete/ transkrip
naskah, dan membuat naskah dalam bentuk microfic/ microfilm serta dalam bentuk
kamera digital.
2. PELESTARIAN
NASKAH
Membuat alih aksara
Salinan atau turunan naskah biasanya
dibuat oleh Reksapustaka dalam bentuk translate atau transkrip naskah. Turunan
naskah dilakukan saat sistem kerajaan masih berjalan namun seiring kemajuan
zaman maka turunan naskah diganti dengan
cara fotokopi naskah. Meskipun sebenarnya sistem fotokopi ini tidak baik karena panas yang
dihasilkan mesin fotokopi bisa merusak naskah. Naskah yang sering difotokopi
umurnya tidak akan mencapai ratusan tahun paling banyak usianya hanya sekitar
50-an tahun.Salinan naskah dapat pula dibuat dengan cara fotografis dan
microfilm, misal proyek manuskrip yang
dilakukan kraton Surakarta. Di Bali
naskah disalin pada daun lontar dan kemudian di simpan di museum Kirtya Budaya.
Membuat reproduksi fotografi(berupa
mikrofilm atau mikrofis)
Pelestarian naskah dengan cara dibuat
mikrofis atau mikrofilm tidak merusak naskah akan tetapi biayanya mahal. Alat
baca mikrofilm adalah mikrofilm reader sedangkan alat untuk mencetak
dinamakan mirofilm reader printer. Alat
ini muncul sekitar tahun 2000-an, yang memiliki alat ini adalah PNRI dan
jurusan sastra daerah universitas sebelas maret.
Membuat suntingan naskah( dengan
menerapkan metode kritik teks tertentu)
Metode kritik teks ada 5 macam yaitu:
a. Metode intuitif
Peneliti dalam mengerjakan naskah masih
individu. Metode ini dilakukan pada penelitian awal.
b. Metode objektif
Suatu penelitian yang dilihat dari naskah
yang sebenarnya. Seolah-olah semua dikerjakan.
c. Metode gabungan
Yaitu metode kritik teks di mana suntingan
teksnya dari gabungan naskah-naskah. Dasarnya dari naskah-naskah yang mengalami
kesalahan kemudian diperbaiki.
d. Metode landasan
Yaitu metode kritik teks dengan hanya
menggunakan salah satu naskah dengan perbandingan nasklah yang paling baik.
e. Metode edisi naskah
tunggal
Naskah jamak makla harus diperbandingkan
dengan naskah-naskah yang lain.
Naskah tunggal maka tidak perlu diperbandingkan
dengan naskah-naskah yang lain.
Membuat suntingan naskah tergantung pada
penyuntingan naskah berdasar keadaan naskah. Apabila jumlah naskah banyak maka
digunakan metode induk dan stemma, jika naskah hanya satu maka dapat diterapkan
metode diplomatik, kritik teks, dan fotografi.
Susunan stema terdiri dari
a. Naskah arketip(nenek moyang
naskah-naskah yang tersimpan)
b. Naskah hiparketip(kepala keluarga
naskah-naskah)
c.Metode
stema hanya dapat diterapkan apabila teks disalin satu demi satu dari atas ke
bawah, dari contoh ke salinan.
Membuat salinan naskah ini butuh teori,
waktu, dan kesabaran. Biasanya dibuat oleh mereka yang sedang melakukan
penelitian untuk membuat skripsi, disertasi, tesis, tugas akhir, dll.
Membuat digitalisasi naskah
Pembuatan digitalisasi naskah ini biasanya
dilakukan oleh Manassa(masyarakat pernaskahan nusantara). Misalnya pada tahun
1994 berdiri lembaga study jawa yang melakukan pembuatan audiovisual seperti
toprak, , naskah film jawa, dsb. Lembaga study jawa ini bertempat di ringroad
Yogya yang berasal dari Gramedia.
3.PENELITIAN
NASKAH DAN TEKS
Dapat dilakukan dari segi sastra(analisis
dan interpretasi terhadap hal-hal yang di luarnya maupun lingkungan yang
melatarbelakangi
Dari segi sastra misalnya naskah Babad
terkepung yang di dalamnya menceritakan Pragman Nur Saleh diangkat oleh raja
sebagai penasehatnya. Kemudian yang dilakukan
Nur Saleh adalah meniup kompeni sehingga kompeni lari terbirit-birit.
Dilakukan dalam segi bahasa(analisis
ketatabahasaan naskah dan latar belakang penulisannya) : karya ilmiah dalam
jenjang pendidikan tertentu(paper, skripsi, tesis, dan disertasi)
Naskah bisa digunakan sebagai sumber data dalam penelitian bahasa jawa
kuna. Misal: membandingkan basa jawa kuna, basa jawa tengahan, dan basa jawa
baru serta dialek. Terdapat perbedaan pada periode jawa kuna, jawa tengahan,
dan baru karena ada suara panjang dan pendek.
Contoh:
Dibya dibya
Hru hru
Segi kebudayaan Jawa
Kebudayaan Jawa jika digambarkan berupa
lingkaran, linier, dan spiral. Seharusnya semua unsur tersebut terdapat dalam
kebudayaan jawa, akan tetapi persoalannya banyak masyarakat yang tidak paham
dengan hal teersebut. Sekat hanya penanda diakronis yang tidak bisa disebut
sebagai pewatas.Misal dalam
kebudayaan jawa, kuna tetap berlaku,
pertengahan berkembang yang kemudian lama kelamaan kuna semakin menghilang.
- PENDAYAGUNAAN NASKAH DAN TEKS
Naskah digunakan untuk terjemahan,
macapatan dan pembahasannya, sarasehan, ceramah, selain itu naskah juga mengandung isi yang beraneka ragam mencakup
segala sisi kehidupan mulai dari sastra, IPTEK, budaya, adat istiadat, bahasa,
pengobatan, arsitektur jawa,religi, dll.
Manfaat naskah adalah untuk membantu
pengembangan bidang-bidang tersebut.
- PENYEBARLUASAN NASKAH DAN TEKS
Penerbitan segala hasil kegiatan
Penerbitan segala hasil kegiatan ini bisa
melalui seminar, loka karya, tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, akses
naskah jawa melalui internet.
Suntingan naskah dengan terjemahan dan
pembahasannya
Dengan naskah disunting dan diterjemahkan
hal itu termasuk penyebarluasan naskah. Naskah perlu disunting, diterjemahkan,
dan dibahas. Misal: Naskah Kidung Tumeksa ing Wengi.
Terutama hasil-hasil penelitian naskah
Hasil penelitian naskah sudah diuji lewat
berbagai fase atau tahap. Misalnya skripsi, tesis, disertasi, dll.
Pernah dilakukan oleh Balai Pustaka yang
dibiayai oleh pemerintah
Pada era tahun 90-an Balai Pustaka banyak
menerbitkan serat-serat jawa dan naskah-naskah jawa. Kegiatan ini dilakukan
oleh proyek sehingga pengerjaannya mengejar kuantitas daripada kualitas,
alhasil kurang tepat semua hasil produksi naskahnya.
PNRI sebagai motor
PNRI atau museum pusat Jakarta terletak di
Jakarta.Maksudnya PNRI sebagai motor
adalah naskah yang terdapat di seluruh nusantara bisa ditarik oleh PNRI.
Misal serat Wedhatama yang ada di Yogyakarta bisa ditarik oleh PNRI.