Senin, 18 November 2013

Pelestarian dan Penanganan Naskah Jawa



  PELESTARIAN DAN PENANGANAN NASKAH JAWA                         
  a).Penyelamatan naskah
Menyusun dalam daftar investaris dan katalog
Kendala yang biasa dihadapi ialah hilang karena dipinjam.Di Rekasa Pustaka sering diadakan reparasi naskah karena disana Sumber Daya Alamnya memadai
Mengadakan Perbaikan Naskah
Naskah yang biasanya dilakukan perbaikan adalah naskah yang tidak mengandung unsur magis karena naskah magis biasnya jarang dibuka
Perawatan Naskah
Hal-hal yang bisa dilakukan dalam perawatan naskah adalah
1.                Mengatur suhu ruangan
2.                Mengadakan Transleterasi
3.                Membuat dalam bentuk Mikrofilm atau Transkrip
Kegiatan dilakukan dengan membeli naskah milik perorangan untuk dikumpulkan,menyediakan tempat untuk penyimpanan naskah-naskah yang telah dikumpulkan,menyusunya dalam daftar inventaris dan katalogis,mengadakan perbaikan naskah dengan reparasi  dan penjilidan baru,mengadakan perawatan naskah  dengan memelihara kebersihanya dari kotoran  debu dan menjaga keutuhannya dari serangan serangga,mengusahakan pengawetan naskah dengan pengaturan suhu udara di tempat penyimpanannya.
          Guna mengadakan penyelamatan naskah tersebut jelas memerlukan persediaan  dana yang cukup banyak.Disamping itu juga membutuhkan tenaga yang mempunyai pengetahuan dalam perawatan dan pengawetan naskah,serta yang memiliki rasa kasih sayang terhadap naskah.Kenyataan membuktikan,bahwa belum semua lembaga yang mempunyai kegiatan menangani naskah itu dapat mengadakan penyelamatan naskah dengan semestinya.
   b).Pelestarian naskah
           Penangan naskah yang kedua adalah pelestarian.Kegiatan ini dilakukan dengan membuat salinan atau turunan naskah,baik dengan transkipsi,dari kehuruf yang sama,maupun dengan transliterasi,dari dan kehuruf yang lain,dengan membuat reproduksi fotografi,baik dengan mikrofilm  ataupun dengan mikrofis serta membuat suntingan naskah  dengan menerapkan metode kritik teks tertentu sesuai dengan sifat tiap-tiap naskah.
          Kegiatan dengan pelestarian naskah tersebut beberapa di antarnya telah dilakukan baik oleh perorangan secara pribadi maupun oleh karena  mengemban tugas instansi.Misalnya penyalinan naskah dengan transliterasi di Museum Radyapustaka dan Puramangkunegaran atas kerjasama dengan pemerintah Daerah Propinsi Jawa Tengah,dan di Museum Sanabudaya.Hasil yang dicapai tidak atau kurang menggembirakan.Banyak kesalahan ditemukan  di dalamnya ,misalnya : salah pengertian yangberakibat salah dalam penyalinan,salah baca yang berakibat salah dalam pemutusan kata,salah dalam ejaan,dan salah dalam pengetikan.
         Kesalahan-kesalahan tersebut pada umumnya disebabkan karena tenaga-tenaga yang mengerjakan tidak terdidik atau kurang terlatih dalam masalah transliterasi.Memang benar mereka mempunyai  kemampuan membaca huruf naskah,tetapi mereka tidak menguasai ejaan bahasa jawa dengan huruf latin yang disesuaikan dengan ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan.
       Hasil-hasil transliterasi yang demikian itu yang demikian itu sebelum disajikan kepada umum seharusnya telah diperiksa oleh tim yang bertanggung jawab.Berdasarkan pengalaman itu selanjutnya kemudian tenaga-tenaga yang  hendak mengerjakan transliterasi  seyogyanya telah memiliki atau mandapat bekal dasar-dasar pengetahuan tentang transliterasi yang cukup memadai.Dengan demikian
hasil kerjanya  dapat diharapkan lebih memuaskan,Kesalahan-kesalahn yang semestinya tidak terjadi dapat dihindari.
         Kegiatan pelestarian naskah dengan transkripsi dewasa ini rupa-rupanya kurang mendapat perhatian.Pda hal penting demi untuk mendapatkan ujud naskah dalam bentuk  yang serupa semula,dan untuk menerusakan  tradisi salin-memyalin naskah yang telah berjalan selama ini.Disamping itu juga  selagi pada masa sekarang  ini masih ditemukan tenaga-tenaga yang mempunyai kemahiran  dalam salin-menyalin naskah sesuai dengan  bentuk tulisan aslinya.
   c).Penelitian naskah dan teks
Kegiatan penelitian naskah dapat dilakukan dari segi sastra,baik dengan analisis dan interpretasi  yang terlepas dari hal-hal diluarnya,maupun dalam kaitanya dengan lingkungan yang melatarbelakangi di sekitanya.Disamping itu penelitian naskah dapat dilakukan  dalam segi bahasa,baik  dengan analisis ketatabahasaan naskah,ataupun masalah umum  segala unsur kebahasaan yang dapat memberikan  gambaran latar belakang penulisnya.Sebagai contoh misalnya penulisan karya ilmiah  dalam jenjang pendidikan tertentu berdasarkan naskah,seperti : paper,skripsi,thesis dan disertasi.
         Kegitan penelitian naskah jawa  diluar jenjang pendidikan  hingga sekarang ini terasa semakin agak baik.Hal itu  dapat dibuktikan dengan tawaran  dan dana yang disediakan  oleh berbagai lembaga penelitian,seperti Balai Penelitian Bahasa, dan juga Proyek Javanologi.Meskipun jumlahnya masih sangat terbatas,tidak seimbang dengan banyaknya naskah,kiranya cukup menggembirakan,asal setiap tahun dana  selalu tersedia.
    d).Sistem pendayagunaan naskah dan teks
        Naskah-naskah jawa mengandung isi yang bermacam-macam.Ada naskah yang mengandung  unsur kejadian-kejadian penting  dalam sejarah,sikap dan pikiran serta perasaan  masyarakat yang menjalani serta mendukung  kejadian,ide kepahlawanan,sikap bawahan terhadap atasan dan sebaliknya.Ada naskah yang menguraikan  sistem pemerintahan,tata hukum,adat-istiadat,kehidupan keagamaan,ajaran moral,dan sebaginya.Ada juga naskah yang melukiskan pentas pertunjukan disertai peralatannya,dan lain-lain. Dengan demikian jelas bahwa naskah cukup berguna, dapat merupakan sumber bagi pengertian terhadap berbagai segi kehidupan dan kebudayaan. Isi naskah tersebut tidak akan  diketahui masyarakat jika naskah itu tidak diteliti,tidak diungkapkan isinya.Naskah-naskah yang mengandung isi nilai-nilai,cita-cita,aturan-aturan, pegangan dan pedoman hidup, yang dipandang sebaiknya digunakan dalam kehidupan masyarakat, wajib diikuti dan diungkapkan. Hal itu berguna untuk  menunjang usaha-usaha pembinaan jiwa dan pengembangan kepribadian.  Kegiatan pendayagunaan naskah itu dilakukan antara lain dengan macapatan, dengan membaca naskah disertai pembahasan,mengangkat isi naskah untuk diubah dalam pentas pertunjukan,mengangkat isi naskah untuk dibahas dalam ceramah dan sarasehan,membuat terjemahaan sehingga  dapat dibaca dan dipahami oleh orang yang tidak mengenal  bahasa naskah.Selain terjemahan  dapat pula digarap dengan bentuk seduran ataupun  ringkasan.
     e).Penyebarluasan naskah
Penyebarluasan yang dimaksud adalah dengan mengadakan penerbitan segala hasil kegitan,terutama yang berupa suntingan naskah dengan hasil terjemahan serta pembahasan,demikian pula hasil-hasil penelitian lainnyayang berdasarkan naskah.
             Penyebarluasan penerbitan naskah dewasa ini telah banyak dilakukan oleh badan pemerintah seperti Balai Pustaka,dan yang lain.Hal ini  cukup  menggembirakan,namun patut disayangkan dengan terdapatnya  banyak salah cetak didalamnya,dan terbatasnya jangkauan penyebaran.



v  NASKAH-NASKAH NUSANTARA DAN PARA PENELITINYA
     a).Jenis-jenis naskah nusantara
            Penjenisan naskah adalah  pengelompokan naskah berdasarkan  ragam-ragam tertentu yang menjadi  ciri khas,sehingga berbeda dengan yang lain.Namun harus dimaklumi ,kadang-kadang tidak mudah menentukan sebuah naskah termasuk  jenis mana,karena berbagai ragam yang dikandungnya.
            Dengan bertambahnya naskah,kategorinyapun mungkin saja berubah.Kerangka penjenisan  dapat dikembangkan  lebih lanjut,dan dapat diringkaskan lebih sederhana,bahkan dapat pula diciptakan bentuk lain.
 PENJENISAN NASKAH NUSANTARA
1).Katalog Pigeaud(1967,1968,1970,19)
Katalog Pigeud terdiri atas empat jilid,dengan sistematika pembagian naskah  secara sar dalam empat jenis,yaitu :
Ø  Agama dan Etika
Ø  Sejarah dan Mitologi
Ø  Sastra indah
Ø  Ilmu pengetahuan,Kesenian,Ilmu sastra,Hukum,Foklor,adat-istiadat,dan serba-serbi
Pembagian diatas dipandang mencerminkan empat hal yang berkaitan erat dengan konsep dasar alam pikiran  jawa.
Naskah  jenis  1.merupakan kelompok yang dipandang  cukup penting dan mendasar
                         2. keduanya saling berjalinan,bahkan ada kalanya berkaitan dengan jenis 1
3.banyak yang mengandung  unsur-unsur jenis 1,2 dan 4memancarkan konsep Kebudayaan Jawa dalam segala segi kehidupan
  4.mengandung usur-unsur jenis 1,2, dan 3
            Demikianlah tagam naskah sering bervariasi,sehingga kadang-kadang  tidak mudah dimasukan dalam satu jenis .Sebagai contoh misalnya serat chentini.
2).Katalog Girardet-Soetanto(1983)
       Girardet  ternyata cukup besar perhatianya  dalam dunia pernaskahan jawa.Ia dengan bantuan Soetanto  telah berhasil menyusun katalogus  naskah jawa dan juga  yang telah tercetak yang terdapat di Surakarta dan  Yogyakarta.Naskah-naskah  jawa tersebut khususnya yang tersimpan dalam koleksi perpustakaan-perpustakaan seperi : Kraton Surakarta,Pura Mangkunegaran,Museum Radyapustaka,Kraton Yogyakarta,Pura Pakualaman,dan Museum Sanabudaya.Kendati  belum seluruh naskah terjamah dan tertuang di  dalamnya,namun katalogus tersebut besar artinya bagi studi pernaskahan pada umumnya,jawa khususnya.Kekuranagan-kekurangan dapat disusulkan  pada waktu yang akan datang.
       Girardet dan Soetanto mengelompokan jenis naskah pada tiap-tiap penyimpanan tersebut  sebagai bariku :
Ø  Kronik,Legenda,Mite.Didalamnya termasuk  naskah-naskah : Babad,Pakem, Wayang Purwa,Menak,Panji,Pustakaraja,dan Silsilah.
Ø  Agama,Filsafat,dan Etika.Didalamnya termasuk naskah-naskah yang mengandug unsur-unsur : Hinduisme-Budisme,Islam,Mistik Jawa,Kristen,Magi dan Ramalan,Sasra Wulang.
Ø  Peristiwa Kraton,Hukum,Risalah,Peraturan-peraturan.
Ø  Buku teks dan penuntun,kamus,ensiklopedi tentang linguistik,obat-obatan,partanian,antropologi,geografi,perjalanan,perdagangan,masak-masak dan sebagainya
3).Katalog Brandes(1901,1903,1904,1916)
       Pada tahun 1885 Brendes berguru pada  Van  der Tuuk di Singaraja.Setelah Van der Tuuk meninggal dunia pada tahun 1894,Brandes ditugaskan menyusun  bahan-bahan hasil penelitian yang telah  dikerjakan oleh Van der Tuuk.Diantara bahan-bahan yang telah terkumpul itu  adlah bahan-bahan katalogus naskah Jawa,Bali dan Sasak.
       Katalogus tersebut terbit dalam empat jilid.Penyajianya  tidak dengan digolong-golongkan,tetapi dengan disusun  berurutan mengikuti abjad naskah,lebih jelasnya sebagai beriku :
Ø  Jilid 1 (1901) : Adigama sampai dengan Ender
Ø  Jilid 2 (1903) : Gatotkacasraya sampai dengan Putrupasadji
Ø  Jilid 3 (1904) : Rabut Sakti  sampai dengan Yusup
Ø  Jilid 4 (1916) : Naskah-naskah tak berjudul


FILOLOGI ASING
       Kajian  ahli filologi terhadap haskah-naskah Nusantara bertujuan untuk menyunting,membahas serta menganalisis  isinya atau untuk kedua-duanya.Hasil suntingan pada umumnya berupa penyajian teks dalam huruf aslinya,ialah huruf jawa,huruf pegon atau huruf jawi,dengan disertai  pengantar atau pendahuluan  yang sangat singkat,tanpa analisis isinya,misalnya suntingan dari filolog asing :
·         Ramayana Kakawin oleh H.Kern (1900),
·         Syair Bidasari oleh Van Hoevell (1843),
·         Geschiedenis Van Sri Rama oleh Roorda Van Eysinge (1843),
·         Brata Joeda oleh Cohen Stuart 91850),
·         Adiparwa,oud Javaaansche prozagesschrift oleh H.H.Juynboll (1906),
·         Sang Hyang Kamahayanikan oleh J.Kats (1910),
·         Brahmandapurana oleh C.Hooykaas,J.Gonda (1932),
·         Penulisan Sejarah Jawa oleh A.Fokker,C.C Berg
                                                                                                                                                
FILOLOGI INDONESIA












                                                                     
PENYUNTINGAN NASKAH


D.PENYUNTINGAN NASKAH
1.            PENYELAMATAN NASKAH
Membeli naskah milik perorangan
Penyelamatan naskah banyak dilakukan oleh instansi-instansi penyimpan naskah. Di sana masih diadakan jual beli naskah perorangan. Naskah jawa masih banyak yang ada di perorangan dan belum diserahkan ke museum-museum tempat penyimpanan naskah meskipun anak cucunya sudah tidak paham naskah. Biasanya naskah diberikan kepada ahli waris yang terdekat.
Menyediakan tempat untuk menyimpan naskah
Tempat pelestarian naskah dilakukan di laboratorium filologi, misalnya di jurusan sastra daerah universitas sebelas maret. Menyimpan naskah dalam bentuk buku butuh tempat yang suhunya cukup agar kertasnya tidak mudah lapuk. Tempat penyimpanan naskah yang masih representatif adalah Widyabudaya.
Menyusun dalam daftar inventaris dan katalogus
Menyusun dalam daftar inventaris dan katalogus bertujuan agar mempermudah dalam mencari naskah, menghitung jumlah naskah yang dipinjam dan dikembalikan. Koleksi perorangan biasanya tidaksemakin bertambah justru semakin berkurang karena peminjam tidak mengembalikan atau sudah dikembalikan tetapi lupa. Hal ini bisa terjadi karena pemilik koleksi perorangan tidak menyusun daftar inventaris dan katalogus naskah.
Mengadakan perbaikan naskah(reparasi dan penjilidan)
Perbaikan naskah biasanya dilakukan di Reksapustaka, dan Sanapustaka. Terutama Reksapustaka sangat rajin sekali melakukan reparasi naskah. Reparasi naskah hanya untuk naskah-naskah yang dianggap tidak memiliki nilai magis karena untuk naskah-naskah yang memiliki nilai magis dikhawatirkan bisa membawa marabahaya.
Mengadakan perawatan naskah
Perawatan naskah dilakukan dengan cara mengatur suhu udara tempat penyimpanan naskah, melakukan translete/ transkrip naskah, dan membuat naskah dalam bentuk microfic/ microfilm serta dalam bentuk kamera digital.
2.            PELESTARIAN NASKAH
Membuat salinan atau turunan naskah
Salinan atau turunan naskah biasanya dibuat oleh Reksapustaka dalam bentuk translate atau transkrip naskah. Turunan naskah dilakukan saat sistem kerajaan masih berjalan namun seiring kemajuan zaman maka turunan naskah diganti  dengan cara fotokopi naskah. Meskipun sebenarnya sistem  fotokopi ini tidak baik karena panas yang dihasilkan mesin fotokopi bisa merusak naskah. Naskah yang sering difotokopi umurnya tidak akan mencapai ratusan tahun paling banyak usianya hanya sekitar 50-an tahun.Salinan naskah dapat pula dibuat dengan cara fotografis dan microfilm, misal  proyek manuskrip yang dilakukan  kraton Surakarta. Di Bali naskah disalin pada daun lontar dan kemudian di simpan di museum Kirtya Budaya.
Membuat reproduksi fotografi(berupa mikrofilm atau mikrofis)
Pelestarian naskah dengan cara dibuat mikrofis atau mikrofilm tidak merusak naskah akan tetapi biayanya mahal. Alat baca mikrofilm adalah mikrofilm reader sedangkan alat untuk mencetak dinamakan  mirofilm reader printer. Alat ini muncul sekitar tahun 2000-an, yang memiliki alat ini adalah PNRI dan jurusan sastra daerah universitas sebelas maret.
Membuat suntingan naskah( dengan menerapkan  metode kritik teks tertentu)
Metode kritik teks ada 5 macam yaitu:
a.            Metode intuitif
Peneliti dalam mengerjakan naskah masih individu. Metode ini dilakukan pada penelitian awal.
b.            Metode objektif
Suatu penelitian yang dilihat dari naskah yang sebenarnya. Seolah-olah semua dikerjakan.
c.             Metode gabungan
Yaitu metode kritik teks di mana suntingan teksnya dari gabungan naskah-naskah. Dasarnya dari naskah-naskah yang mengalami kesalahan kemudian diperbaiki.
d.            Metode landasan
Yaitu metode kritik teks dengan hanya menggunakan salah satu naskah dengan perbandingan nasklah yang paling baik.
e.            Metode edisi naskah tunggal
Naskah jamak makla harus diperbandingkan dengan naskah-naskah yang lain.
Naskah tunggal maka tidak perlu diperbandingkan dengan naskah-naskah yang lain.
Membuat suntingan naskah tergantung pada penyuntingan naskah berdasar keadaan naskah. Apabila jumlah naskah banyak maka digunakan metode induk dan stemma, jika naskah hanya satu maka dapat diterapkan metode diplomatik, kritik teks, dan fotografi.


Susunan stema terdiri dari
a.            Naskah arketip(nenek moyang naskah-naskah yang tersimpan)
b.            Naskah hiparketip(kepala keluarga naskah-naskah)
c.             Metode stema hanya dapat diterapkan apabila teks disalin satu demi satu dari atas ke bawah, dari contoh ke salinan.
Membuat salinan naskah ini butuh teori, waktu, dan kesabaran. Biasanya dibuat oleh mereka yang sedang melakukan penelitian untuk membuat skripsi, disertasi, tesis, tugas akhir, dll.
Membuat digitalisasi naskah
Pembuatan digitalisasi naskah ini biasanya dilakukan oleh Manassa(masyarakat pernaskahan nusantara). Misalnya pada tahun 1994 berdiri lembaga study jawa yang melakukan pembuatan audiovisual seperti toprak, , naskah film jawa, dsb. Lembaga study jawa ini bertempat di ringroad Yogya yang berasal dari Gramedia.
3.            PENELITIAN NASKAH DAN TEKS
Dapat dilakukan dari segi sastra(analisis dan interpretasi terhadap hal-hal yang di luarnya maupun lingkungan yang melatarbelakangi
Dari segi sastra misalnya naskah Babad terkepung yang di dalamnya menceritakan Pragman Nur Saleh diangkat oleh raja sebagai penasehatnya. Kemudian yang dilakukan  Nur Saleh adalah meniup kompeni sehingga kompeni lari terbirit-birit.
Dilakukan dalam segi bahasa(analisis ketatabahasaan naskah dan latar belakang penulisannya) : karya ilmiah dalam jenjang pendidikan tertentu(paper, skripsi, tesis, dan disertasi)
Naskah bisa digunakan sebagai  sumber data dalam penelitian bahasa jawa kuna. Misal: membandingkan basa jawa kuna, basa jawa tengahan, dan basa jawa baru serta dialek. Terdapat perbedaan pada periode jawa kuna, jawa tengahan, dan baru karena ada suara panjang dan pendek.
Contoh:
Dibya                                                     dibya

Hru                                                         hru


Segi kebudayaan Jawa
Kebudayaan Jawa jika digambarkan berupa lingkaran, linier, dan spiral. Seharusnya semua unsur tersebut terdapat dalam kebudayaan jawa, akan tetapi persoalannya banyak masyarakat yang tidak paham dengan hal teersebut. Sekat hanya penanda diakronis yang tidak bisa disebut sebagai pewatas.Misal  dalam kebudayaan  jawa, kuna tetap berlaku, pertengahan berkembang yang kemudian lama kelamaan kuna semakin menghilang.
  1. PENDAYAGUNAAN NASKAH DAN TEKS
Naskah digunakan untuk terjemahan, macapatan dan pembahasannya, sarasehan, ceramah, selain itu naskah juga  mengandung isi yang beraneka ragam mencakup segala sisi kehidupan mulai dari sastra, IPTEK, budaya, adat istiadat, bahasa, pengobatan, arsitektur jawa,religi,  dll. Manfaat naskah adalah untuk  membantu pengembangan bidang-bidang tersebut.
  1. PENYEBARLUASAN NASKAH DAN TEKS
Penerbitan segala hasil kegiatan
Penerbitan segala hasil kegiatan ini bisa melalui seminar, loka karya, tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, akses naskah jawa melalui internet.

Suntingan naskah dengan terjemahan dan pembahasannya
Dengan naskah disunting dan diterjemahkan hal itu termasuk penyebarluasan naskah. Naskah perlu disunting, diterjemahkan, dan dibahas. Misal: Naskah Kidung Tumeksa ing Wengi.
Terutama hasil-hasil penelitian naskah
Hasil penelitian naskah sudah diuji lewat berbagai fase atau tahap. Misalnya skripsi, tesis, disertasi, dll.
Pernah dilakukan oleh Balai Pustaka yang dibiayai oleh pemerintah
Pada era tahun 90-an Balai Pustaka banyak menerbitkan serat-serat jawa dan naskah-naskah jawa. Kegiatan ini dilakukan oleh proyek sehingga pengerjaannya mengejar kuantitas daripada kualitas, alhasil kurang tepat semua hasil produksi naskahnya.
PNRI sebagai motor
PNRI atau museum pusat Jakarta terletak di Jakarta.Maksudnya PNRI sebagai motor  adalah naskah yang terdapat di seluruh nusantara bisa ditarik oleh PNRI. Misal serat Wedhatama yang ada di Yogyakarta bisa ditarik oleh PNRI.












                                                 







                                                                                       

D.PENYUNTINGAN NASKAH
1.            PENYELAMATAN NASKAH
Membeli naskah milik perorangan
Penyelamatan naskah banyak dilakukan oleh instansi-instansi penyimpan naskah. Di sana masih diadakan jual beli naskah perorangan. Naskah jawa masih banyak yang ada di perorangan dan belum diserahkan ke museum-museum tempat penyimpanan naskah meskipun anak cucunya sudah tidak paham naskah. Biasanya naskah diberikan kepada ahli waris yang terdekat.
Menyediakan tempat untuk menyimpan naskah
Tempat pelestarian naskah dilakukan di laboratorium filologi, misalnya di jurusan sastra daerah universitas sebelas maret. Menyimpan naskah dalam bentuk buku butuh tempat yang suhunya cukup agar kertasnya tidak mudah lapuk. Tempat penyimpanan naskah yang masih representatif adalah Widyabudaya.
Menyusun dalam daftar inventaris dan katalogus
Menyusun dalam daftar inventaris dan katalogus bertujuan agar mempermudah dalam mencari naskah, menghitung jumlah naskah yang dipinjam dan dikembalikan. Koleksi perorangan biasanya tidaksemakin bertambah justru semakin berkurang karena peminjam tidak mengembalikan atau sudah dikembalikan tetapi lupa. Hal ini bisa terjadi karena pemilik koleksi perorangan tidak menyusun daftar inventaris dan katalogus naskah.
Mengadakan perbaikan naskah(reparasi dan penjilidan)
Perbaikan naskah biasanya dilakukan di Reksapustaka, dan Sanapustaka. Terutama Reksapustaka sangat rajin sekali melakukan reparasi naskah. Reparasi naskah hanya untuk naskah-naskah yang dianggap tidak memiliki nilai magis karena untuk naskah-naskah yang memiliki nilai magis dikhawatirkan bisa membawa marabahaya.
Mengadakan perawatan naskah
Perawatan naskah dilakukan dengan cara mengatur suhu udara tempat penyimpanan naskah, melakukan translete/ transkrip naskah, dan membuat naskah dalam bentuk microfic/ microfilm serta dalam bentuk kamera digital.
2.            PELESTARIAN NASKAH
Membuat salinan atau turunan naskah
Salinan atau turunan naskah biasanya dibuat oleh Reksapustaka dalam bentuk translate atau transkrip naskah. Turunan naskah dilakukan saat sistem kerajaan masih berjalan namun seiring kemajuan zaman maka turunan naskah diganti  dengan cara fotokopi naskah. Meskipun sebenarnya sistem  fotokopi ini tidak baik karena panas yang dihasilkan mesin fotokopi bisa merusak naskah. Naskah yang sering difotokopi umurnya tidak akan mencapai ratusan tahun paling banyak usianya hanya sekitar 50-an tahun.Salinan naskah dapat pula dibuat dengan cara fotografis dan microfilm, misal  proyek manuskrip yang dilakukan  kraton Surakarta. Di Bali naskah disalin pada daun lontar dan kemudian di simpan di museum Kirtya Budaya.
Membuat reproduksi fotografi(berupa mikrofilm atau mikrofis)
Pelestarian naskah dengan cara dibuat mikrofis atau mikrofilm tidak merusak naskah akan tetapi biayanya mahal. Alat baca mikrofilm adalah mikrofilm reader sedangkan alat untuk mencetak dinamakan  mirofilm reader printer. Alat ini muncul sekitar tahun 2000-an, yang memiliki alat ini adalah PNRI dan jurusan sastra daerah universitas sebelas maret.
Membuat suntingan naskah( dengan menerapkan  metode kritik teks tertentu)
Metode kritik teks ada 5 macam yaitu:
a.            Metode intuitif
Peneliti dalam mengerjakan naskah masih individu. Metode ini dilakukan pada penelitian awal.
b.            Metode objektif
Suatu penelitian yang dilihat dari naskah yang sebenarnya. Seolah-olah semua dikerjakan.
c.             Metode gabungan
Yaitu metode kritik teks di mana suntingan teksnya dari gabungan naskah-naskah. Dasarnya dari naskah-naskah yang mengalami kesalahan kemudian diperbaiki.
d.            Metode landasan
Yaitu metode kritik teks dengan hanya menggunakan salah satu naskah dengan perbandingan nasklah yang paling baik.
e.            Metode edisi naskah tunggal
Naskah jamak makla harus diperbandingkan dengan naskah-naskah yang lain.
Naskah tunggal maka tidak perlu diperbandingkan dengan naskah-naskah yang lain.
Membuat suntingan naskah tergantung pada penyuntingan naskah berdasar keadaan naskah. Apabila jumlah naskah banyak maka digunakan metode induk dan stemma, jika naskah hanya satu maka dapat diterapkan metode diplomatik, kritik teks, dan fotografi.


Susunan stema terdiri dari
a.            Naskah arketip(nenek moyang naskah-naskah yang tersimpan)
b.            Naskah hiparketip(kepala keluarga naskah-naskah)
c.             Metode stema hanya dapat diterapkan apabila teks disalin satu demi satu dari atas ke bawah, dari contoh ke salinan.
Membuat salinan naskah ini butuh teori, waktu, dan kesabaran. Biasanya dibuat oleh mereka yang sedang melakukan penelitian untuk membuat skripsi, disertasi, tesis, tugas akhir, dll.
Membuat digitalisasi naskah
Pembuatan digitalisasi naskah ini biasanya dilakukan oleh Manassa(masyarakat pernaskahan nusantara). Misalnya pada tahun 1994 berdiri lembaga study jawa yang melakukan pembuatan audiovisual seperti toprak, , naskah film jawa, dsb. Lembaga study jawa ini bertempat di ringroad Yogya yang berasal dari Gramedia.
3.            PENELITIAN NASKAH DAN TEKS
Dapat dilakukan dari segi sastra(analisis dan interpretasi terhadap hal-hal yang di luarnya maupun lingkungan yang melatarbelakangi
Dari segi sastra misalnya naskah Babad terkepung yang di dalamnya menceritakan Pragman Nur Saleh diangkat oleh raja sebagai penasehatnya. Kemudian yang dilakukan  Nur Saleh adalah meniup kompeni sehingga kompeni lari terbirit-birit.
Dilakukan dalam segi bahasa(analisis ketatabahasaan naskah dan latar belakang penulisannya) : karya ilmiah dalam jenjang pendidikan tertentu(paper, skripsi, tesis, dan disertasi)
Naskah bisa digunakan sebagai  sumber data dalam penelitian bahasa jawa kuna. Misal: membandingkan basa jawa kuna, basa jawa tengahan, dan basa jawa baru serta dialek. Terdapat perbedaan pada periode jawa kuna, jawa tengahan, dan baru karena ada suara panjang dan pendek.
Contoh:
Dibya                                                     dibya

Hru                                                         hru


Segi kebudayaan Jawa
Kebudayaan Jawa jika digambarkan berupa lingkaran, linier, dan spiral. Seharusnya semua unsur tersebut terdapat dalam kebudayaan jawa, akan tetapi persoalannya banyak masyarakat yang tidak paham dengan hal teersebut. Sekat hanya penanda diakronis yang tidak bisa disebut sebagai pewatas.Misal  dalam kebudayaan  jawa, kuna tetap berlaku, pertengahan berkembang yang kemudian lama kelamaan kuna semakin menghilang.
  1. PENDAYAGUNAAN NASKAH DAN TEKS
Naskah digunakan untuk terjemahan, macapatan dan pembahasannya, sarasehan, ceramah, selain itu naskah juga  mengandung isi yang beraneka ragam mencakup segala sisi kehidupan mulai dari sastra, IPTEK, budaya, adat istiadat, bahasa, pengobatan, arsitektur jawa,religi,  dll. Manfaat naskah adalah untuk  membantu pengembangan bidang-bidang tersebut.
  1. PENYEBARLUASAN NASKAH DAN TEKS
Penerbitan segala hasil kegiatan
Penerbitan segala hasil kegiatan ini bisa melalui seminar, loka karya, tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, akses naskah jawa melalui internet.

Suntingan naskah dengan terjemahan dan pembahasannya
Dengan naskah disunting dan diterjemahkan hal itu termasuk penyebarluasan naskah. Naskah perlu disunting, diterjemahkan, dan dibahas. Misal: Naskah Kidung Tumeksa ing Wengi.
Terutama hasil-hasil penelitian naskah
Hasil penelitian naskah sudah diuji lewat berbagai fase atau tahap. Misalnya skripsi, tesis, disertasi, dll.
Pernah dilakukan oleh Balai Pustaka yang dibiayai oleh pemerintah
Pada era tahun 90-an Balai Pustaka banyak menerbitkan serat-serat jawa dan naskah-naskah jawa. Kegiatan ini dilakukan oleh proyek sehingga pengerjaannya mengejar kuantitas daripada kualitas, alhasil kurang tepat semua hasil produksi naskahnya.
PNRI sebagai motor
PNRI atau museum pusat Jakarta terletak di Jakarta.Maksudnya PNRI sebagai motor  adalah naskah yang terdapat di seluruh nusantara bisa ditarik oleh PNRI. Misal serat Wedhatama yang ada di Yogyakarta bisa ditarik oleh PNRI.







D.PENYUNTINGAN NASKAH
1.            PENYELAMATAN NASKAH
Membeli naskah milik perorangan
Penyelamatan naskah banyak dilakukan oleh instansi-instansi penyimpan naskah. Di sana masih diadakan jual beli naskah perorangan. Naskah jawa masih banyak yang ada di perorangan dan belum diserahkan ke museum-museum tempat penyimpanan naskah meskipun anak cucunya sudah tidak paham naskah. Biasanya naskah diberikan kepada ahli waris yang terdekat.
Menyediakan tempat untuk menyimpan naskah
Tempat pelestarian naskah dilakukan di laboratorium filologi, misalnya di jurusan sastra daerah universitas sebelas maret. Menyimpan naskah dalam bentuk buku butuh tempat yang suhunya cukup agar kertasnya tidak mudah lapuk. Tempat penyimpanan naskah yang masih representatif adalah Widyabudaya.
Menyusun dalam daftar inventaris dan katalogus
Menyusun dalam daftar inventaris dan katalogus bertujuan agar mempermudah dalam mencari naskah, menghitung jumlah naskah yang dipinjam dan dikembalikan. Koleksi perorangan biasanya tidaksemakin bertambah justru semakin berkurang karena peminjam tidak mengembalikan atau sudah dikembalikan tetapi lupa. Hal ini bisa terjadi karena pemilik koleksi perorangan tidak menyusun daftar inventaris dan katalogus naskah.
Mengadakan perbaikan naskah(reparasi dan penjilidan)
Perbaikan naskah biasanya dilakukan di Reksapustaka, dan Sanapustaka. Terutama Reksapustaka sangat rajin sekali melakukan reparasi naskah. Reparasi naskah hanya untuk naskah-naskah yang dianggap tidak memiliki nilai magis karena untuk naskah-naskah yang memiliki nilai magis dikhawatirkan bisa membawa marabahaya.
Mengadakan perawatan naskah
Perawatan naskah dilakukan dengan cara mengatur suhu udara tempat penyimpanan naskah, melakukan translete/ transkrip naskah, dan membuat naskah dalam bentuk microfic/ microfilm serta dalam bentuk kamera digital.
2.            PELESTARIAN NASKAH
Membuat salinan atau turunan naskah
Salinan atau turunan naskah biasanya dibuat oleh Reksapustaka dalam bentuk translate atau transkrip naskah. Turunan naskah dilakukan saat sistem kerajaan masih berjalan namun seiring kemajuan zaman maka turunan naskah diganti  dengan cara fotokopi naskah. Meskipun sebenarnya sistem  fotokopi ini tidak baik karena panas yang dihasilkan mesin fotokopi bisa merusak naskah. Naskah yang sering difotokopi umurnya tidak akan mencapai ratusan tahun paling banyak usianya hanya sekitar 50-an tahun.Salinan naskah dapat pula dibuat dengan cara fotografis dan microfilm, misal  proyek manuskrip yang dilakukan  kraton Surakarta. Di Bali naskah disalin pada daun lontar dan kemudian di simpan di museum Kirtya Budaya.
Membuat reproduksi fotografi(berupa mikrofilm atau mikrofis)
Pelestarian naskah dengan cara dibuat mikrofis atau mikrofilm tidak merusak naskah akan tetapi biayanya mahal. Alat baca mikrofilm adalah mikrofilm reader sedangkan alat untuk mencetak dinamakan  mirofilm reader printer. Alat ini muncul sekitar tahun 2000-an, yang memiliki alat ini adalah PNRI dan jurusan sastra daerah universitas sebelas maret.
Membuat suntingan naskah( dengan menerapkan  metode kritik teks tertentu)
Metode kritik teks ada 5 macam yaitu:
a.            Metode intuitif
Peneliti dalam mengerjakan naskah masih individu. Metode ini dilakukan pada penelitian awal.
b.            Metode objektif
Suatu penelitian yang dilihat dari naskah yang sebenarnya. Seolah-olah semua dikerjakan.
c.             Metode gabungan
Yaitu metode kritik teks di mana suntingan teksnya dari gabungan naskah-naskah. Dasarnya dari naskah-naskah yang mengalami kesalahan kemudian diperbaiki.
d.            Metode landasan
Yaitu metode kritik teks dengan hanya menggunakan salah satu naskah dengan perbandingan nasklah yang paling baik.
e.            Metode edisi naskah tunggal
Naskah jamak makla harus diperbandingkan dengan naskah-naskah yang lain.
Naskah tunggal maka tidak perlu diperbandingkan dengan naskah-naskah yang lain.
Membuat suntingan naskah tergantung pada penyuntingan naskah berdasar keadaan naskah. Apabila jumlah naskah banyak maka digunakan metode induk dan stemma, jika naskah hanya satu maka dapat diterapkan metode diplomatik, kritik teks, dan fotografi.


Susunan stema terdiri dari
a.            Naskah arketip(nenek moyang naskah-naskah yang tersimpan)
b.            Naskah hiparketip(kepala keluarga naskah-naskah)
c.             Metode stema hanya dapat diterapkan apabila teks disalin satu demi satu dari atas ke bawah, dari contoh ke salinan.
Membuat salinan naskah ini butuh teori, waktu, dan kesabaran. Biasanya dibuat oleh mereka yang sedang melakukan penelitian untuk membuat skripsi, disertasi, tesis, tugas akhir, dll.
Membuat digitalisasi naskah
Pembuatan digitalisasi naskah ini biasanya dilakukan oleh Manassa(masyarakat pernaskahan nusantara). Misalnya pada tahun 1994 berdiri lembaga study jawa yang melakukan pembuatan audiovisual seperti toprak, , naskah film jawa, dsb. Lembaga study jawa ini bertempat di ringroad Yogya yang berasal dari Gramedia.
3.            PENELITIAN NASKAH DAN TEKS
Dapat dilakukan dari segi sastra(analisis dan interpretasi terhadap hal-hal yang di luarnya maupun lingkungan yang melatarbelakangi
Dari segi sastra misalnya naskah Babad terkepung yang di dalamnya menceritakan Pragman Nur Saleh diangkat oleh raja sebagai penasehatnya. Kemudian yang dilakukan  Nur Saleh adalah meniup kompeni sehingga kompeni lari terbirit-birit.
Dilakukan dalam segi bahasa(analisis ketatabahasaan naskah dan latar belakang penulisannya) : karya ilmiah dalam jenjang pendidikan tertentu(paper, skripsi, tesis, dan disertasi)
Naskah bisa digunakan sebagai  sumber data dalam penelitian bahasa jawa kuna. Misal: membandingkan basa jawa kuna, basa jawa tengahan, dan basa jawa baru serta dialek. Terdapat perbedaan pada periode jawa kuna, jawa tengahan, dan baru karena ada suara panjang dan pendek.
Contoh:
Dibya                                                     dibya

Hru                                                         hru


Segi kebudayaan Jawa
Kebudayaan Jawa jika digambarkan berupa lingkaran, linier, dan spiral. Seharusnya semua unsur tersebut terdapat dalam kebudayaan jawa, akan tetapi persoalannya banyak masyarakat yang tidak paham dengan hal teersebut. Sekat hanya penanda diakronis yang tidak bisa disebut sebagai pewatas.Misal  dalam kebudayaan  jawa, kuna tetap berlaku, pertengahan berkembang yang kemudian lama kelamaan kuna semakin menghilang.
  1. PENDAYAGUNAAN NASKAH DAN TEKS
Naskah digunakan untuk terjemahan, macapatan dan pembahasannya, sarasehan, ceramah, selain itu naskah juga  mengandung isi yang beraneka ragam mencakup segala sisi kehidupan mulai dari sastra, IPTEK, budaya, adat istiadat, bahasa, pengobatan, arsitektur jawa,religi,  dll. Manfaat naskah adalah untuk  membantu pengembangan bidang-bidang tersebut.
  1. PENYEBARLUASAN NASKAH DAN TEKS
Penerbitan segala hasil kegiatan
Penerbitan segala hasil kegiatan ini bisa melalui seminar, loka karya, tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, akses naskah jawa melalui internet.

Suntingan naskah dengan terjemahan dan pembahasannya
Dengan naskah disunting dan diterjemahkan hal itu termasuk penyebarluasan naskah. Naskah perlu disunting, diterjemahkan, dan dibahas. Misal: Naskah Kidung Tumeksa ing Wengi.
Terutama hasil-hasil penelitian naskah
Hasil penelitian naskah sudah diuji lewat berbagai fase atau tahap. Misalnya skripsi, tesis, disertasi, dll.
Pernah dilakukan oleh Balai Pustaka yang dibiayai oleh pemerintah
Pada era tahun 90-an Balai Pustaka banyak menerbitkan serat-serat jawa dan naskah-naskah jawa. Kegiatan ini dilakukan oleh proyek sehingga pengerjaannya mengejar kuantitas daripada kualitas, alhasil kurang tepat semua hasil produksi naskahnya.
PNRI sebagai motor
PNRI atau museum pusat Jakarta terletak di Jakarta.Maksudnya PNRI sebagai motor  adalah naskah yang terdapat di seluruh nusantara bisa ditarik oleh PNRI. Misal serat Wedhatama yang ada di Yogyakarta bisa ditarik oleh PNRI.




















  1. PENGELOMPOKAN NASKAH BERDASARKAN RAGAM
Kata kunci katalog menurut penjelasan dari bapak Hendro adalah DAFTAR NASKAH
  1. KATALOG NASKAH LOKAL
Katalog naskah lokal adalah katalog naskah yang ada di masing-masing tempat penyimpanan. Sistem pembuatannya tidak standar, disusun berdasarkan kemampuan dan kemauan pembuat itu sendiri. Misal katalog yang ada di Radyapustaka yang berulangkali ganti. Penyebabnya adalah pengelolaan yang ditangani oleh berbagai pihak, yaitu yayasan. Alasannya katalog yang ada dianggap rusak.
Dari pengertian di atas dapat dijabarkan ciri-ciri katalog lokal adalah sebagai berikut:
a.       Daftar naskah yang terdapat di suatu tempat penyimpanan naskah sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
b.      Merupakan daftar yang dibuat berdasarkan kriteria tertentu, dengan tujuan untuk memudahkan di dalam mencari dan menemukan naskah yang dimaksud.
c.       Nomor naskah dibuat dengan kondisi setempat dan belum terdeskripsi dengan baik dan lengkap.
d.      Apabila ingin memahami dan membacanya harus ke tempat katalog lokal itu berada.
  1. KATALOG NASKAH NASIONAL
Katalog naskah nasional adalah katalog naskah yang dibuat, diterbitkan secara nasional, bahkan regional dan internasional. Contoh katalog nasional adalah katalog Brandes yang terdapat di museum pusat di jakarta. Katalog nasional dibuat oleh ahli yang kompeten. Misal nomor 1955, judul Wedhatama, bentuk puisi 10 pupuh, 900 bait, 500 halaman, pengarang tidak disebutkan, isi bagaimana seseorang menjalankan etika dengan baik.  Dari pengertian di atas dapat diuraikan ciri-ciri katalog naskah nasional sebagai berikut:
a.       Daftar naskah yang dibuat secara sistematis dengan kriteria tertentu dan sangat memudahkan dalam pencarian suatu naskah.
b.      Dibuat oleh para ahli yang berkompeten sehingga disertai dengan beberapa hal yang berkaitan dengan naskah.
c.       Diterbitkan dan beredar ke mana-mana untuk kepentingan siapa saja yang membutuhkan.
  1. KATALOG NASKAH YANG LAINNYA
Katalog naskah lokal adalah katalog naskah yang umumnya dimiliki oleh orang perorangan, kolektor naskah, dan  kelompok tertentu. Sistem pembuatan katalognya tergantung kehendak individu/ kelompok. Misal ada kelompok yang membuat katalog seperti kalau menomori buku, sistemnya buku yang dinomori terlebih dahulu adalah buku awal yang dia beli. Nomor tersebut diberikan oleh individu/ kelompok berdasarkan karakter, misal: H059. Dari pengertian di atas dapat dijabarkan ciri-ciri naskah yang lainnya adalah sebagai berikut:
a.       Suatu  daftar naskah yang dibuat dengan tidak mengikuti sistem seperti yang lazim dilakukan oleh para pembuat katalog.
b.      Pada umumnya dibuat berdasarkan selera pribadi, sehingga orang lain merasakan ada kesulitan.


















                                                                                                                    



Makalah Filologi
Disusun untuk memenuhi UKD 4  Mata Kuliah Pengantar Filologi
 yang Diampu oleh Drs. Wiryo Hendrosaputro, M. Si.



Disusun oleh
                         Dwi Lestari (C0111012)



JURUSAN SASTRA DAERAH
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
 SURAKARTA
2011





Tidak ada komentar:

Posting Komentar