PELESTARIAN DAN PENANGANAN NASKAH JAWA
a).Penyelamatan naskah
• Menyusun dalam daftar investaris dan katalog
Kendala yang biasa dihadapi ialah hilang karena dipinjam.Di Rekasa
Pustaka sering diadakan reparasi naskah karena disana Sumber Daya Alamnya memadai
• Mengadakan Perbaikan Naskah
• Naskah yang biasanya
dilakukan perbaikan adalah naskah yang tidak mengandung unsur magis karena
naskah magis biasnya jarang dibuka
• Perawatan Naskah
Hal-hal yang bisa dilakukan dalam perawatan naskah adalah
1. Mengatur
suhu ruangan
2. Mengadakan
Transleterasi
3. Membuat
dalam bentuk Mikrofilm atau Transkrip
Kegiatan dilakukan dengan membeli
naskah milik perorangan untuk dikumpulkan,menyediakan tempat untuk penyimpanan
naskah-naskah yang telah dikumpulkan,menyusunya dalam daftar inventaris dan
katalogis,mengadakan perbaikan naskah dengan reparasi dan penjilidan baru,mengadakan perawatan
naskah dengan memelihara kebersihanya
dari kotoran debu dan menjaga
keutuhannya dari serangan serangga,mengusahakan pengawetan naskah dengan
pengaturan suhu udara di tempat penyimpanannya.
Guna mengadakan penyelamatan naskah
tersebut jelas memerlukan persediaan
dana yang cukup banyak.Disamping itu juga membutuhkan tenaga yang
mempunyai pengetahuan dalam perawatan dan pengawetan naskah,serta yang memiliki
rasa kasih sayang terhadap naskah.Kenyataan membuktikan,bahwa belum semua
lembaga yang mempunyai kegiatan menangani naskah itu dapat mengadakan
penyelamatan naskah dengan semestinya.
b).Pelestarian naskah
Penangan naskah yang kedua adalah
pelestarian.Kegiatan ini dilakukan dengan membuat salinan atau turunan
naskah,baik dengan transkipsi,dari kehuruf yang sama,maupun dengan
transliterasi,dari dan kehuruf yang lain,dengan membuat reproduksi
fotografi,baik dengan mikrofilm ataupun
dengan mikrofis serta membuat suntingan naskah
dengan menerapkan metode kritik teks tertentu sesuai dengan sifat
tiap-tiap naskah.
Kegiatan dengan pelestarian naskah
tersebut beberapa di antarnya telah dilakukan baik oleh perorangan secara
pribadi maupun oleh karena mengemban
tugas instansi.Misalnya penyalinan naskah dengan transliterasi di Museum
Radyapustaka dan Puramangkunegaran atas kerjasama dengan pemerintah Daerah
Propinsi Jawa Tengah,dan di Museum Sanabudaya.Hasil yang dicapai tidak atau
kurang menggembirakan.Banyak kesalahan ditemukan di dalamnya ,misalnya : salah pengertian
yangberakibat salah dalam penyalinan,salah baca yang berakibat salah dalam
pemutusan kata,salah dalam ejaan,dan salah dalam pengetikan.
Kesalahan-kesalahan tersebut
pada umumnya disebabkan karena tenaga-tenaga yang mengerjakan tidak terdidik
atau kurang terlatih dalam masalah transliterasi.Memang benar mereka
mempunyai kemampuan membaca huruf
naskah,tetapi mereka tidak menguasai ejaan bahasa jawa dengan huruf latin yang
disesuaikan dengan ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan.
Hasil-hasil transliterasi yang demikian itu yang demikian itu sebelum
disajikan kepada umum seharusnya telah diperiksa oleh tim yang bertanggung
jawab.Berdasarkan pengalaman itu selanjutnya kemudian tenaga-tenaga yang hendak mengerjakan transliterasi seyogyanya telah memiliki atau mandapat bekal
dasar-dasar pengetahuan tentang transliterasi yang cukup memadai.Dengan
demikian
hasil kerjanya dapat diharapkan lebih
memuaskan,Kesalahan-kesalahn yang semestinya tidak terjadi dapat dihindari.
Kegiatan pelestarian naskah dengan
transkripsi dewasa ini rupa-rupanya kurang mendapat perhatian.Pda hal penting
demi untuk mendapatkan ujud naskah dalam bentuk
yang serupa semula,dan untuk menerusakan
tradisi salin-memyalin naskah yang telah berjalan selama ini.Disamping
itu juga selagi pada masa sekarang ini masih ditemukan tenaga-tenaga yang
mempunyai kemahiran dalam salin-menyalin
naskah sesuai dengan bentuk tulisan
aslinya.
c).Penelitian naskah dan teks
Kegiatan penelitian naskah dapat
dilakukan dari segi sastra,baik dengan analisis dan interpretasi yang terlepas dari hal-hal diluarnya,maupun
dalam kaitanya dengan lingkungan yang melatarbelakangi di sekitanya.Disamping
itu penelitian naskah dapat dilakukan
dalam segi bahasa,baik dengan
analisis ketatabahasaan naskah,ataupun masalah umum segala unsur kebahasaan yang dapat
memberikan gambaran latar belakang
penulisnya.Sebagai contoh misalnya penulisan karya ilmiah dalam jenjang pendidikan tertentu berdasarkan
naskah,seperti : paper,skripsi,thesis dan disertasi.
Kegitan penelitian naskah jawa diluar jenjang pendidikan hingga sekarang ini terasa semakin agak
baik.Hal itu dapat dibuktikan dengan
tawaran dan dana yang disediakan oleh berbagai lembaga penelitian,seperti
Balai Penelitian Bahasa, dan juga Proyek Javanologi.Meskipun jumlahnya masih
sangat terbatas,tidak seimbang dengan banyaknya naskah,kiranya cukup
menggembirakan,asal setiap tahun dana
selalu tersedia.
d).Sistem pendayagunaan naskah dan teks
Naskah-naskah jawa mengandung isi yang
bermacam-macam.Ada naskah yang mengandung
unsur kejadian-kejadian penting
dalam sejarah,sikap dan pikiran serta perasaan masyarakat yang menjalani serta
mendukung kejadian,ide
kepahlawanan,sikap bawahan terhadap atasan dan sebaliknya.Ada naskah yang
menguraikan sistem pemerintahan,tata
hukum,adat-istiadat,kehidupan keagamaan,ajaran moral,dan sebaginya.Ada juga
naskah yang melukiskan pentas pertunjukan disertai peralatannya,dan lain-lain. Dengan
demikian jelas bahwa naskah cukup berguna, dapat merupakan sumber bagi
pengertian terhadap berbagai segi kehidupan dan kebudayaan. Isi naskah tersebut
tidak akan diketahui masyarakat jika naskah
itu tidak diteliti,tidak diungkapkan isinya.Naskah-naskah yang mengandung isi nilai-nilai,cita-cita,aturan-aturan,
pegangan dan pedoman hidup, yang dipandang sebaiknya digunakan dalam kehidupan
masyarakat, wajib diikuti dan diungkapkan. Hal itu berguna untuk menunjang usaha-usaha pembinaan jiwa dan
pengembangan kepribadian. Kegiatan
pendayagunaan naskah itu dilakukan antara lain dengan macapatan, dengan membaca
naskah disertai pembahasan,mengangkat isi naskah untuk diubah dalam pentas
pertunjukan,mengangkat isi naskah untuk dibahas dalam ceramah dan
sarasehan,membuat terjemahaan sehingga
dapat dibaca dan dipahami oleh orang yang tidak mengenal bahasa naskah.Selain terjemahan dapat pula digarap dengan bentuk seduran
ataupun ringkasan.
e).Penyebarluasan naskah
Penyebarluasan yang dimaksud adalah
dengan mengadakan penerbitan segala hasil kegitan,terutama yang berupa
suntingan naskah dengan hasil terjemahan serta pembahasan,demikian pula
hasil-hasil penelitian lainnyayang berdasarkan naskah.
Penyebarluasan penerbitan naskah
dewasa ini telah banyak dilakukan oleh badan pemerintah seperti Balai
Pustaka,dan yang lain.Hal ini cukup menggembirakan,namun patut disayangkan dengan
terdapatnya banyak salah cetak
didalamnya,dan terbatasnya jangkauan penyebaran.
v NASKAH-NASKAH
NUSANTARA DAN PARA PENELITINYA
a).Jenis-jenis naskah nusantara
Penjenisan
naskah adalah pengelompokan naskah
berdasarkan ragam-ragam tertentu yang
menjadi ciri khas,sehingga berbeda
dengan yang lain.Namun harus dimaklumi ,kadang-kadang tidak mudah menentukan
sebuah naskah termasuk jenis mana,karena
berbagai ragam yang dikandungnya.
Dengan bertambahnya
naskah,kategorinyapun mungkin saja berubah.Kerangka penjenisan dapat dikembangkan lebih lanjut,dan dapat diringkaskan lebih
sederhana,bahkan dapat pula diciptakan bentuk lain.
PENJENISAN NASKAH NUSANTARA
1).Katalog Pigeaud(1967,1968,1970,19)
Katalog Pigeud terdiri atas empat jilid,dengan sistematika
pembagian naskah secara sar dalam empat
jenis,yaitu :
Ø Agama dan Etika
Ø Sejarah dan
Mitologi
Ø Sastra indah
Ø Ilmu
pengetahuan,Kesenian,Ilmu sastra,Hukum,Foklor,adat-istiadat,dan serba-serbi
Pembagian diatas dipandang mencerminkan empat hal yang
berkaitan erat dengan konsep dasar alam pikiran
jawa.
Naskah jenis 1.merupakan kelompok yang dipandang cukup penting dan mendasar
2. keduanya saling berjalinan,bahkan ada kalanya berkaitan dengan jenis
1
3.banyak yang
mengandung unsur-unsur jenis 1,2 dan
4memancarkan konsep Kebudayaan Jawa dalam segala segi kehidupan
4.mengandung
usur-unsur jenis 1,2, dan 3
Demikianlah
tagam naskah sering bervariasi,sehingga kadang-kadang tidak mudah dimasukan dalam satu jenis
.Sebagai contoh misalnya serat chentini.
2).Katalog Girardet-Soetanto(1983)
Girardet ternyata cukup besar perhatianya dalam dunia pernaskahan jawa.Ia dengan
bantuan Soetanto telah berhasil menyusun
katalogus naskah jawa dan juga yang telah tercetak yang terdapat di
Surakarta dan Yogyakarta.Naskah-naskah jawa tersebut khususnya yang tersimpan dalam
koleksi perpustakaan-perpustakaan seperi : Kraton Surakarta,Pura
Mangkunegaran,Museum Radyapustaka,Kraton Yogyakarta,Pura Pakualaman,dan Museum
Sanabudaya.Kendati belum seluruh naskah
terjamah dan tertuang di dalamnya,namun
katalogus tersebut besar artinya bagi studi pernaskahan pada umumnya,jawa
khususnya.Kekuranagan-kekurangan dapat disusulkan pada waktu yang akan datang.
Girardet dan
Soetanto mengelompokan jenis naskah pada tiap-tiap penyimpanan tersebut sebagai bariku :
Ø Kronik,Legenda,Mite.Didalamnya
termasuk naskah-naskah : Babad,Pakem,
Wayang Purwa,Menak,Panji,Pustakaraja,dan Silsilah.
Ø Agama,Filsafat,dan
Etika.Didalamnya termasuk naskah-naskah yang mengandug unsur-unsur :
Hinduisme-Budisme,Islam,Mistik Jawa,Kristen,Magi dan Ramalan,Sasra Wulang.
Ø Peristiwa
Kraton,Hukum,Risalah,Peraturan-peraturan.
Ø Buku teks dan
penuntun,kamus,ensiklopedi tentang
linguistik,obat-obatan,partanian,antropologi,geografi,perjalanan,perdagangan,masak-masak
dan sebagainya
3).Katalog Brandes(1901,1903,1904,1916)
Pada tahun 1885
Brendes berguru pada Van der Tuuk di Singaraja.Setelah Van der Tuuk
meninggal dunia pada tahun 1894,Brandes ditugaskan menyusun bahan-bahan hasil penelitian yang telah dikerjakan oleh Van der Tuuk.Diantara
bahan-bahan yang telah terkumpul itu
adlah bahan-bahan katalogus naskah Jawa,Bali dan Sasak.
Katalogus
tersebut terbit dalam empat jilid.Penyajianya
tidak dengan digolong-golongkan,tetapi dengan disusun berurutan mengikuti abjad naskah,lebih
jelasnya sebagai beriku :
Ø Jilid 1 (1901) :
Adigama sampai dengan Ender
Ø Jilid 2 (1903) :
Gatotkacasraya sampai dengan Putrupasadji
Ø Jilid 3 (1904) :
Rabut Sakti sampai dengan Yusup
Ø
Jilid 4 (1916) : Naskah-naskah tak berjudul
FILOLOGI
ASING
Kajian ahli filologi terhadap haskah-naskah Nusantara
bertujuan untuk menyunting,membahas serta menganalisis isinya atau untuk kedua-duanya.Hasil
suntingan pada umumnya berupa penyajian teks dalam huruf aslinya,ialah huruf
jawa,huruf pegon atau huruf jawi,dengan disertai pengantar atau pendahuluan yang sangat singkat,tanpa analisis
isinya,misalnya suntingan dari filolog asing :
·
Ramayana Kakawin oleh
H.Kern (1900),
·
Syair Bidasari oleh Van
Hoevell (1843),
·
Geschiedenis Van Sri Rama
oleh Roorda Van Eysinge (1843),
·
Brata Joeda oleh Cohen
Stuart 91850),
·
Adiparwa,oud Javaaansche
prozagesschrift oleh H.H.Juynboll (1906),
·
Sang Hyang Kamahayanikan
oleh J.Kats (1910),
·
Brahmandapurana oleh
C.Hooykaas,J.Gonda (1932),
·
Penulisan Sejarah Jawa oleh
A.Fokker,C.C Berg
FILOLOGI
INDONESIA
PENYUNTINGAN
NASKAH
D.PENYUNTINGAN NASKAH
1. PENYELAMATAN
NASKAH
Membeli naskah milik perorangan
Penyelamatan naskah banyak dilakukan oleh
instansi-instansi penyimpan naskah. Di sana masih diadakan jual beli naskah
perorangan. Naskah jawa masih banyak yang ada di perorangan dan belum
diserahkan ke museum-museum tempat penyimpanan naskah meskipun anak cucunya
sudah tidak paham naskah. Biasanya naskah diberikan kepada ahli waris yang
terdekat.
Menyediakan tempat untuk menyimpan naskah
Tempat pelestarian naskah dilakukan di
laboratorium filologi, misalnya di jurusan sastra daerah universitas sebelas
maret. Menyimpan naskah dalam bentuk buku butuh tempat yang suhunya cukup agar
kertasnya tidak mudah lapuk. Tempat penyimpanan naskah yang masih representatif
adalah Widyabudaya.
Menyusun dalam daftar inventaris dan katalogus
Menyusun dalam daftar inventaris dan katalogus
bertujuan agar mempermudah dalam mencari naskah, menghitung jumlah naskah yang
dipinjam dan dikembalikan. Koleksi perorangan biasanya tidaksemakin bertambah
justru semakin berkurang karena peminjam tidak mengembalikan atau sudah dikembalikan
tetapi lupa. Hal ini bisa terjadi karena pemilik koleksi perorangan tidak
menyusun daftar inventaris dan katalogus naskah.
Mengadakan perbaikan naskah(reparasi dan
penjilidan)
Perbaikan naskah biasanya dilakukan di
Reksapustaka, dan Sanapustaka. Terutama Reksapustaka sangat rajin sekali
melakukan reparasi naskah. Reparasi naskah hanya untuk naskah-naskah yang
dianggap tidak memiliki nilai magis karena untuk naskah-naskah yang memiliki
nilai magis dikhawatirkan bisa membawa marabahaya.
Mengadakan perawatan naskah
Perawatan naskah dilakukan dengan cara mengatur
suhu udara tempat penyimpanan naskah, melakukan translete/ transkrip naskah,
dan membuat naskah dalam bentuk microfic/ microfilm serta dalam bentuk kamera
digital.
2. PELESTARIAN
NASKAH
Membuat salinan atau turunan naskah
Salinan atau turunan naskah biasanya dibuat oleh
Reksapustaka dalam bentuk translate atau transkrip naskah. Turunan naskah
dilakukan saat sistem kerajaan masih berjalan namun seiring kemajuan zaman maka
turunan naskah diganti dengan cara
fotokopi naskah. Meskipun sebenarnya sistem
fotokopi ini tidak baik karena panas yang dihasilkan mesin fotokopi bisa
merusak naskah. Naskah yang sering difotokopi umurnya tidak akan mencapai
ratusan tahun paling banyak usianya hanya sekitar 50-an tahun.Salinan naskah
dapat pula dibuat dengan cara fotografis dan microfilm, misal proyek manuskrip yang dilakukan kraton Surakarta. Di Bali naskah disalin pada
daun lontar dan kemudian di simpan di museum Kirtya Budaya.
Membuat reproduksi fotografi(berupa mikrofilm
atau mikrofis)
Pelestarian naskah dengan cara dibuat mikrofis
atau mikrofilm tidak merusak naskah akan tetapi biayanya mahal. Alat baca
mikrofilm adalah mikrofilm reader sedangkan alat untuk mencetak dinamakan mirofilm reader printer. Alat ini muncul
sekitar tahun 2000-an, yang memiliki alat ini adalah PNRI dan jurusan sastra
daerah universitas sebelas maret.
Membuat suntingan naskah( dengan menerapkan metode kritik teks tertentu)
Metode kritik teks ada 5 macam yaitu:
a. Metode
intuitif
Peneliti dalam mengerjakan naskah masih individu.
Metode ini dilakukan pada penelitian awal.
b. Metode
objektif
Suatu penelitian yang dilihat dari naskah yang
sebenarnya. Seolah-olah semua dikerjakan.
c. Metode
gabungan
Yaitu metode kritik teks di mana suntingan
teksnya dari gabungan naskah-naskah. Dasarnya dari naskah-naskah yang mengalami
kesalahan kemudian diperbaiki.
d. Metode
landasan
Yaitu metode kritik teks dengan hanya menggunakan
salah satu naskah dengan perbandingan nasklah yang paling baik.
e. Metode
edisi naskah tunggal
Naskah jamak makla harus diperbandingkan dengan
naskah-naskah yang lain.
Naskah tunggal maka tidak perlu diperbandingkan
dengan naskah-naskah yang lain.
Membuat suntingan naskah tergantung pada
penyuntingan naskah berdasar keadaan naskah. Apabila jumlah naskah banyak maka
digunakan metode induk dan stemma, jika naskah hanya satu maka dapat diterapkan
metode diplomatik, kritik teks, dan fotografi.
Susunan stema terdiri dari
a. Naskah
arketip(nenek moyang naskah-naskah yang tersimpan)
b. Naskah
hiparketip(kepala keluarga naskah-naskah)
c. Metode
stema hanya dapat diterapkan apabila teks disalin satu demi satu dari atas ke
bawah, dari contoh ke salinan.
Membuat salinan naskah ini butuh teori, waktu,
dan kesabaran. Biasanya dibuat oleh mereka yang sedang melakukan penelitian
untuk membuat skripsi, disertasi, tesis, tugas akhir, dll.
Membuat digitalisasi naskah
Pembuatan digitalisasi naskah ini biasanya
dilakukan oleh Manassa(masyarakat pernaskahan nusantara). Misalnya pada tahun
1994 berdiri lembaga study jawa yang melakukan pembuatan audiovisual seperti
toprak, , naskah film jawa, dsb. Lembaga study jawa ini bertempat di ringroad
Yogya yang berasal dari Gramedia.
3. PENELITIAN
NASKAH DAN TEKS
Dapat dilakukan dari segi sastra(analisis dan
interpretasi terhadap hal-hal yang di luarnya maupun lingkungan yang
melatarbelakangi
Dari segi sastra misalnya naskah Babad terkepung
yang di dalamnya menceritakan Pragman Nur Saleh diangkat oleh raja sebagai
penasehatnya. Kemudian yang dilakukan Nur
Saleh adalah meniup kompeni sehingga kompeni lari terbirit-birit.
Dilakukan dalam segi bahasa(analisis
ketatabahasaan naskah dan latar belakang penulisannya) : karya ilmiah dalam
jenjang pendidikan tertentu(paper, skripsi, tesis, dan disertasi)
Naskah bisa digunakan sebagai sumber data dalam penelitian bahasa jawa
kuna. Misal: membandingkan basa jawa kuna, basa jawa tengahan, dan basa jawa
baru serta dialek. Terdapat perbedaan pada periode jawa kuna, jawa tengahan,
dan baru karena ada suara panjang dan pendek.
Contoh:
Dibya dibya
Hru hru
Segi kebudayaan Jawa
Kebudayaan Jawa jika digambarkan berupa
lingkaran, linier, dan spiral. Seharusnya semua unsur tersebut terdapat dalam
kebudayaan jawa, akan tetapi persoalannya banyak masyarakat yang tidak paham
dengan hal teersebut. Sekat hanya penanda diakronis yang tidak bisa disebut
sebagai pewatas.Misal dalam
kebudayaan jawa, kuna tetap berlaku,
pertengahan berkembang yang kemudian lama kelamaan kuna semakin menghilang.
- PENDAYAGUNAAN NASKAH DAN TEKS
Naskah digunakan untuk terjemahan, macapatan dan
pembahasannya, sarasehan, ceramah, selain itu naskah juga mengandung isi yang beraneka ragam mencakup
segala sisi kehidupan mulai dari sastra, IPTEK, budaya, adat istiadat, bahasa,
pengobatan, arsitektur jawa,religi, dll.
Manfaat naskah adalah untuk membantu
pengembangan bidang-bidang tersebut.
- PENYEBARLUASAN NASKAH DAN TEKS
Penerbitan segala hasil kegiatan
Penerbitan segala hasil kegiatan ini bisa melalui
seminar, loka karya, tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, akses naskah jawa
melalui internet.
Suntingan naskah dengan terjemahan dan
pembahasannya
Dengan naskah disunting dan diterjemahkan hal itu
termasuk penyebarluasan naskah. Naskah perlu disunting, diterjemahkan, dan
dibahas. Misal: Naskah Kidung Tumeksa ing Wengi.
Terutama hasil-hasil penelitian naskah
Hasil penelitian naskah sudah diuji lewat
berbagai fase atau tahap. Misalnya skripsi, tesis, disertasi, dll.
Pernah dilakukan oleh Balai Pustaka yang dibiayai
oleh pemerintah
Pada era tahun 90-an Balai Pustaka banyak
menerbitkan serat-serat jawa dan naskah-naskah jawa. Kegiatan ini dilakukan
oleh proyek sehingga pengerjaannya mengejar kuantitas daripada kualitas,
alhasil kurang tepat semua hasil produksi naskahnya.
PNRI sebagai motor
PNRI atau museum pusat Jakarta terletak di
Jakarta.Maksudnya PNRI sebagai motor
adalah naskah yang terdapat di seluruh nusantara bisa ditarik oleh PNRI.
Misal serat Wedhatama yang ada di Yogyakarta bisa ditarik oleh PNRI.
D.PENYUNTINGAN NASKAH
1. PENYELAMATAN
NASKAH
Membeli naskah milik perorangan
Penyelamatan naskah banyak dilakukan oleh
instansi-instansi penyimpan naskah. Di sana masih diadakan jual beli naskah
perorangan. Naskah jawa masih banyak yang ada di perorangan dan belum
diserahkan ke museum-museum tempat penyimpanan naskah meskipun anak cucunya
sudah tidak paham naskah. Biasanya naskah diberikan kepada ahli waris yang
terdekat.
Menyediakan tempat untuk menyimpan naskah
Tempat pelestarian naskah dilakukan di
laboratorium filologi, misalnya di jurusan sastra daerah universitas sebelas
maret. Menyimpan naskah dalam bentuk buku butuh tempat yang suhunya cukup agar
kertasnya tidak mudah lapuk. Tempat penyimpanan naskah yang masih representatif
adalah Widyabudaya.
Menyusun dalam daftar inventaris dan katalogus
Menyusun dalam daftar inventaris dan katalogus
bertujuan agar mempermudah dalam mencari naskah, menghitung jumlah naskah yang
dipinjam dan dikembalikan. Koleksi perorangan biasanya tidaksemakin bertambah
justru semakin berkurang karena peminjam tidak mengembalikan atau sudah
dikembalikan tetapi lupa. Hal ini bisa terjadi karena pemilik koleksi
perorangan tidak menyusun daftar inventaris dan katalogus naskah.
Mengadakan perbaikan naskah(reparasi dan
penjilidan)
Perbaikan naskah biasanya dilakukan di
Reksapustaka, dan Sanapustaka. Terutama Reksapustaka sangat rajin sekali
melakukan reparasi naskah. Reparasi naskah hanya untuk naskah-naskah yang
dianggap tidak memiliki nilai magis karena untuk naskah-naskah yang memiliki
nilai magis dikhawatirkan bisa membawa marabahaya.
Mengadakan perawatan naskah
Perawatan naskah dilakukan dengan cara mengatur
suhu udara tempat penyimpanan naskah, melakukan translete/ transkrip naskah,
dan membuat naskah dalam bentuk microfic/ microfilm serta dalam bentuk kamera
digital.
2. PELESTARIAN
NASKAH
Membuat salinan atau turunan naskah
Salinan atau turunan naskah biasanya dibuat oleh
Reksapustaka dalam bentuk translate atau transkrip naskah. Turunan naskah
dilakukan saat sistem kerajaan masih berjalan namun seiring kemajuan zaman maka
turunan naskah diganti dengan cara
fotokopi naskah. Meskipun sebenarnya sistem
fotokopi ini tidak baik karena panas yang dihasilkan mesin fotokopi bisa
merusak naskah. Naskah yang sering difotokopi umurnya tidak akan mencapai
ratusan tahun paling banyak usianya hanya sekitar 50-an tahun.Salinan naskah
dapat pula dibuat dengan cara fotografis dan microfilm, misal proyek manuskrip yang dilakukan kraton Surakarta. Di Bali naskah disalin pada
daun lontar dan kemudian di simpan di museum Kirtya Budaya.
Membuat reproduksi fotografi(berupa mikrofilm
atau mikrofis)
Pelestarian naskah dengan cara dibuat mikrofis
atau mikrofilm tidak merusak naskah akan tetapi biayanya mahal. Alat baca
mikrofilm adalah mikrofilm reader sedangkan alat untuk mencetak dinamakan mirofilm reader printer. Alat ini muncul
sekitar tahun 2000-an, yang memiliki alat ini adalah PNRI dan jurusan sastra
daerah universitas sebelas maret.
Membuat suntingan naskah( dengan menerapkan metode kritik teks tertentu)
Metode kritik teks ada 5 macam yaitu:
a. Metode
intuitif
Peneliti dalam mengerjakan naskah masih individu.
Metode ini dilakukan pada penelitian awal.
b. Metode
objektif
Suatu penelitian yang dilihat dari naskah yang
sebenarnya. Seolah-olah semua dikerjakan.
c. Metode
gabungan
Yaitu metode kritik teks di mana suntingan
teksnya dari gabungan naskah-naskah. Dasarnya dari naskah-naskah yang mengalami
kesalahan kemudian diperbaiki.
d. Metode
landasan
Yaitu metode kritik teks dengan hanya menggunakan
salah satu naskah dengan perbandingan nasklah yang paling baik.
e. Metode
edisi naskah tunggal
Naskah jamak makla harus diperbandingkan dengan
naskah-naskah yang lain.
Naskah tunggal maka tidak perlu diperbandingkan
dengan naskah-naskah yang lain.
Membuat suntingan naskah tergantung pada
penyuntingan naskah berdasar keadaan naskah. Apabila jumlah naskah banyak maka
digunakan metode induk dan stemma, jika naskah hanya satu maka dapat diterapkan
metode diplomatik, kritik teks, dan fotografi.
Susunan stema terdiri dari
a. Naskah
arketip(nenek moyang naskah-naskah yang tersimpan)
b. Naskah
hiparketip(kepala keluarga naskah-naskah)
c. Metode
stema hanya dapat diterapkan apabila teks disalin satu demi satu dari atas ke
bawah, dari contoh ke salinan.
Membuat salinan naskah ini butuh teori, waktu,
dan kesabaran. Biasanya dibuat oleh mereka yang sedang melakukan penelitian
untuk membuat skripsi, disertasi, tesis, tugas akhir, dll.
Membuat digitalisasi naskah
Pembuatan digitalisasi naskah ini biasanya
dilakukan oleh Manassa(masyarakat pernaskahan nusantara). Misalnya pada tahun
1994 berdiri lembaga study jawa yang melakukan pembuatan audiovisual seperti
toprak, , naskah film jawa, dsb. Lembaga study jawa ini bertempat di ringroad
Yogya yang berasal dari Gramedia.
3. PENELITIAN
NASKAH DAN TEKS
Dapat dilakukan dari segi sastra(analisis dan
interpretasi terhadap hal-hal yang di luarnya maupun lingkungan yang
melatarbelakangi
Dari segi sastra misalnya naskah Babad terkepung
yang di dalamnya menceritakan Pragman Nur Saleh diangkat oleh raja sebagai
penasehatnya. Kemudian yang dilakukan
Nur Saleh adalah meniup kompeni sehingga kompeni lari terbirit-birit.
Dilakukan dalam segi bahasa(analisis
ketatabahasaan naskah dan latar belakang penulisannya) : karya ilmiah dalam
jenjang pendidikan tertentu(paper, skripsi, tesis, dan disertasi)
Naskah bisa digunakan sebagai sumber data dalam penelitian bahasa jawa
kuna. Misal: membandingkan basa jawa kuna, basa jawa tengahan, dan basa jawa
baru serta dialek. Terdapat perbedaan pada periode jawa kuna, jawa tengahan,
dan baru karena ada suara panjang dan pendek.
Contoh:
Dibya dibya
Hru hru
Segi kebudayaan Jawa
Kebudayaan Jawa jika digambarkan berupa
lingkaran, linier, dan spiral. Seharusnya semua unsur tersebut terdapat dalam
kebudayaan jawa, akan tetapi persoalannya banyak masyarakat yang tidak paham
dengan hal teersebut. Sekat hanya penanda diakronis yang tidak bisa disebut
sebagai pewatas.Misal dalam
kebudayaan jawa, kuna tetap berlaku,
pertengahan berkembang yang kemudian lama kelamaan kuna semakin menghilang.
- PENDAYAGUNAAN NASKAH DAN TEKS
Naskah digunakan untuk terjemahan, macapatan dan
pembahasannya, sarasehan, ceramah, selain itu naskah juga mengandung isi yang beraneka ragam mencakup
segala sisi kehidupan mulai dari sastra, IPTEK, budaya, adat istiadat, bahasa,
pengobatan, arsitektur jawa,religi, dll.
Manfaat naskah adalah untuk membantu
pengembangan bidang-bidang tersebut.
- PENYEBARLUASAN NASKAH DAN TEKS
Penerbitan segala hasil kegiatan
Penerbitan segala hasil kegiatan ini bisa melalui
seminar, loka karya, tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, akses naskah jawa
melalui internet.
Suntingan naskah dengan terjemahan dan
pembahasannya
Dengan naskah disunting dan diterjemahkan hal itu
termasuk penyebarluasan naskah. Naskah perlu disunting, diterjemahkan, dan
dibahas. Misal: Naskah Kidung Tumeksa ing Wengi.
Terutama hasil-hasil penelitian naskah
Hasil penelitian naskah sudah diuji lewat
berbagai fase atau tahap. Misalnya skripsi, tesis, disertasi, dll.
Pernah dilakukan oleh Balai Pustaka yang dibiayai
oleh pemerintah
Pada era tahun 90-an Balai Pustaka banyak
menerbitkan serat-serat jawa dan naskah-naskah jawa. Kegiatan ini dilakukan
oleh proyek sehingga pengerjaannya mengejar kuantitas daripada kualitas,
alhasil kurang tepat semua hasil produksi naskahnya.
PNRI sebagai motor
PNRI atau museum pusat Jakarta terletak di Jakarta.Maksudnya
PNRI sebagai motor adalah naskah yang
terdapat di seluruh nusantara bisa ditarik oleh PNRI. Misal serat Wedhatama
yang ada di Yogyakarta bisa ditarik oleh PNRI.
D.PENYUNTINGAN NASKAH
1. PENYELAMATAN
NASKAH
Membeli naskah milik perorangan
Penyelamatan naskah banyak dilakukan oleh
instansi-instansi penyimpan naskah. Di sana masih diadakan jual beli naskah
perorangan. Naskah jawa masih banyak yang ada di perorangan dan belum
diserahkan ke museum-museum tempat penyimpanan naskah meskipun anak cucunya
sudah tidak paham naskah. Biasanya naskah diberikan kepada ahli waris yang
terdekat.
Menyediakan tempat untuk menyimpan naskah
Tempat pelestarian naskah dilakukan di
laboratorium filologi, misalnya di jurusan sastra daerah universitas sebelas
maret. Menyimpan naskah dalam bentuk buku butuh tempat yang suhunya cukup agar
kertasnya tidak mudah lapuk. Tempat penyimpanan naskah yang masih representatif
adalah Widyabudaya.
Menyusun dalam daftar inventaris dan katalogus
Menyusun dalam daftar inventaris dan katalogus
bertujuan agar mempermudah dalam mencari naskah, menghitung jumlah naskah yang
dipinjam dan dikembalikan. Koleksi perorangan biasanya tidaksemakin bertambah
justru semakin berkurang karena peminjam tidak mengembalikan atau sudah dikembalikan
tetapi lupa. Hal ini bisa terjadi karena pemilik koleksi perorangan tidak
menyusun daftar inventaris dan katalogus naskah.
Mengadakan perbaikan naskah(reparasi dan
penjilidan)
Perbaikan naskah biasanya dilakukan di
Reksapustaka, dan Sanapustaka. Terutama Reksapustaka sangat rajin sekali
melakukan reparasi naskah. Reparasi naskah hanya untuk naskah-naskah yang
dianggap tidak memiliki nilai magis karena untuk naskah-naskah yang memiliki
nilai magis dikhawatirkan bisa membawa marabahaya.
Mengadakan perawatan naskah
Perawatan naskah dilakukan dengan cara mengatur
suhu udara tempat penyimpanan naskah, melakukan translete/ transkrip naskah,
dan membuat naskah dalam bentuk microfic/ microfilm serta dalam bentuk kamera
digital.
2. PELESTARIAN
NASKAH
Membuat salinan atau turunan naskah
Salinan atau turunan naskah biasanya dibuat oleh
Reksapustaka dalam bentuk translate atau transkrip naskah. Turunan naskah
dilakukan saat sistem kerajaan masih berjalan namun seiring kemajuan zaman maka
turunan naskah diganti dengan cara
fotokopi naskah. Meskipun sebenarnya sistem
fotokopi ini tidak baik karena panas yang dihasilkan mesin fotokopi bisa
merusak naskah. Naskah yang sering difotokopi umurnya tidak akan mencapai
ratusan tahun paling banyak usianya hanya sekitar 50-an tahun.Salinan naskah
dapat pula dibuat dengan cara fotografis dan microfilm, misal proyek manuskrip yang dilakukan kraton Surakarta. Di Bali naskah disalin pada
daun lontar dan kemudian di simpan di museum Kirtya Budaya.
Membuat reproduksi fotografi(berupa mikrofilm
atau mikrofis)
Pelestarian naskah dengan cara dibuat mikrofis
atau mikrofilm tidak merusak naskah akan tetapi biayanya mahal. Alat baca
mikrofilm adalah mikrofilm reader sedangkan alat untuk mencetak dinamakan mirofilm reader printer. Alat ini muncul
sekitar tahun 2000-an, yang memiliki alat ini adalah PNRI dan jurusan sastra
daerah universitas sebelas maret.
Membuat suntingan naskah( dengan menerapkan metode kritik teks tertentu)
Metode kritik teks ada 5 macam yaitu:
a. Metode
intuitif
Peneliti dalam mengerjakan naskah masih individu.
Metode ini dilakukan pada penelitian awal.
b. Metode
objektif
Suatu penelitian yang dilihat dari naskah yang
sebenarnya. Seolah-olah semua dikerjakan.
c. Metode
gabungan
Yaitu metode kritik teks di mana suntingan
teksnya dari gabungan naskah-naskah. Dasarnya dari naskah-naskah yang mengalami
kesalahan kemudian diperbaiki.
d. Metode
landasan
Yaitu metode kritik teks dengan hanya menggunakan
salah satu naskah dengan perbandingan nasklah yang paling baik.
e. Metode
edisi naskah tunggal
Naskah jamak makla harus diperbandingkan dengan
naskah-naskah yang lain.
Naskah tunggal maka tidak perlu diperbandingkan
dengan naskah-naskah yang lain.
Membuat suntingan naskah tergantung pada
penyuntingan naskah berdasar keadaan naskah. Apabila jumlah naskah banyak maka
digunakan metode induk dan stemma, jika naskah hanya satu maka dapat diterapkan
metode diplomatik, kritik teks, dan fotografi.
Susunan stema terdiri dari
a. Naskah
arketip(nenek moyang naskah-naskah yang tersimpan)
b. Naskah
hiparketip(kepala keluarga naskah-naskah)
c. Metode
stema hanya dapat diterapkan apabila teks disalin satu demi satu dari atas ke
bawah, dari contoh ke salinan.
Membuat salinan naskah ini butuh teori, waktu,
dan kesabaran. Biasanya dibuat oleh mereka yang sedang melakukan penelitian
untuk membuat skripsi, disertasi, tesis, tugas akhir, dll.
Membuat digitalisasi naskah
Pembuatan digitalisasi naskah ini biasanya
dilakukan oleh Manassa(masyarakat pernaskahan nusantara). Misalnya pada tahun
1994 berdiri lembaga study jawa yang melakukan pembuatan audiovisual seperti
toprak, , naskah film jawa, dsb. Lembaga study jawa ini bertempat di ringroad
Yogya yang berasal dari Gramedia.
3. PENELITIAN
NASKAH DAN TEKS
Dapat dilakukan dari segi sastra(analisis dan
interpretasi terhadap hal-hal yang di luarnya maupun lingkungan yang
melatarbelakangi
Dari segi sastra misalnya naskah Babad terkepung
yang di dalamnya menceritakan Pragman Nur Saleh diangkat oleh raja sebagai
penasehatnya. Kemudian yang dilakukan Nur
Saleh adalah meniup kompeni sehingga kompeni lari terbirit-birit.
Dilakukan dalam segi bahasa(analisis
ketatabahasaan naskah dan latar belakang penulisannya) : karya ilmiah dalam
jenjang pendidikan tertentu(paper, skripsi, tesis, dan disertasi)
Naskah bisa digunakan sebagai sumber data dalam penelitian bahasa jawa
kuna. Misal: membandingkan basa jawa kuna, basa jawa tengahan, dan basa jawa
baru serta dialek. Terdapat perbedaan pada periode jawa kuna, jawa tengahan,
dan baru karena ada suara panjang dan pendek.
Contoh:
Dibya dibya
Hru hru
Segi kebudayaan Jawa
Kebudayaan Jawa jika digambarkan berupa
lingkaran, linier, dan spiral. Seharusnya semua unsur tersebut terdapat dalam
kebudayaan jawa, akan tetapi persoalannya banyak masyarakat yang tidak paham
dengan hal teersebut. Sekat hanya penanda diakronis yang tidak bisa disebut
sebagai pewatas.Misal dalam
kebudayaan jawa, kuna tetap berlaku,
pertengahan berkembang yang kemudian lama kelamaan kuna semakin menghilang.
- PENDAYAGUNAAN NASKAH DAN TEKS
Naskah digunakan untuk terjemahan, macapatan dan
pembahasannya, sarasehan, ceramah, selain itu naskah juga mengandung isi yang beraneka ragam mencakup
segala sisi kehidupan mulai dari sastra, IPTEK, budaya, adat istiadat, bahasa,
pengobatan, arsitektur jawa,religi, dll.
Manfaat naskah adalah untuk membantu
pengembangan bidang-bidang tersebut.
- PENYEBARLUASAN NASKAH DAN TEKS
Penerbitan segala hasil kegiatan
Penerbitan segala hasil kegiatan ini bisa melalui
seminar, loka karya, tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, akses naskah jawa
melalui internet.
Suntingan naskah dengan terjemahan dan
pembahasannya
Dengan naskah disunting dan diterjemahkan hal itu
termasuk penyebarluasan naskah. Naskah perlu disunting, diterjemahkan, dan
dibahas. Misal: Naskah Kidung Tumeksa ing Wengi.
Terutama hasil-hasil penelitian naskah
Hasil penelitian naskah sudah diuji lewat
berbagai fase atau tahap. Misalnya skripsi, tesis, disertasi, dll.
Pernah dilakukan oleh Balai Pustaka yang dibiayai
oleh pemerintah
Pada era tahun 90-an Balai Pustaka banyak
menerbitkan serat-serat jawa dan naskah-naskah jawa. Kegiatan ini dilakukan
oleh proyek sehingga pengerjaannya mengejar kuantitas daripada kualitas,
alhasil kurang tepat semua hasil produksi naskahnya.
PNRI sebagai motor
PNRI atau museum pusat Jakarta terletak di
Jakarta.Maksudnya PNRI sebagai motor
adalah naskah yang terdapat di seluruh nusantara bisa ditarik oleh PNRI.
Misal serat Wedhatama yang ada di Yogyakarta bisa ditarik oleh PNRI.
- PENGELOMPOKAN NASKAH BERDASARKAN RAGAM
Kata kunci katalog menurut penjelasan dari bapak
Hendro adalah DAFTAR NASKAH
- KATALOG NASKAH LOKAL
Katalog naskah lokal adalah katalog naskah yang
ada di masing-masing tempat penyimpanan. Sistem pembuatannya tidak standar,
disusun berdasarkan kemampuan dan kemauan pembuat itu sendiri. Misal katalog
yang ada di Radyapustaka yang berulangkali ganti. Penyebabnya adalah
pengelolaan yang ditangani oleh berbagai pihak, yaitu yayasan. Alasannya
katalog yang ada dianggap rusak.
Dari pengertian di atas dapat dijabarkan
ciri-ciri katalog lokal adalah sebagai berikut:
a.
Daftar naskah yang terdapat di suatu tempat
penyimpanan naskah sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
b.
Merupakan daftar yang dibuat berdasarkan kriteria
tertentu, dengan tujuan untuk memudahkan di dalam mencari dan menemukan naskah
yang dimaksud.
c.
Nomor naskah dibuat dengan kondisi setempat dan
belum terdeskripsi dengan baik dan lengkap.
d.
Apabila ingin memahami dan membacanya harus ke
tempat katalog lokal itu berada.
- KATALOG NASKAH NASIONAL
Katalog naskah nasional adalah katalog naskah
yang dibuat, diterbitkan secara nasional, bahkan regional dan internasional.
Contoh katalog nasional adalah katalog Brandes yang terdapat di museum pusat di
jakarta. Katalog nasional dibuat oleh ahli yang kompeten. Misal nomor 1955,
judul Wedhatama, bentuk puisi 10 pupuh, 900 bait, 500 halaman, pengarang tidak
disebutkan, isi bagaimana seseorang menjalankan etika dengan baik. Dari pengertian di atas dapat diuraikan ciri-ciri
katalog naskah nasional sebagai berikut:
a.
Daftar naskah yang dibuat secara sistematis
dengan kriteria tertentu dan sangat memudahkan dalam pencarian suatu naskah.
b.
Dibuat oleh para ahli yang berkompeten sehingga
disertai dengan beberapa hal yang berkaitan dengan naskah.
c.
Diterbitkan dan beredar ke mana-mana untuk
kepentingan siapa saja yang membutuhkan.
- KATALOG NASKAH YANG LAINNYA
Katalog naskah lokal adalah katalog naskah yang
umumnya dimiliki oleh orang perorangan, kolektor naskah, dan kelompok tertentu. Sistem pembuatan
katalognya tergantung kehendak individu/ kelompok. Misal ada kelompok yang
membuat katalog seperti kalau menomori buku, sistemnya buku yang dinomori
terlebih dahulu adalah buku awal yang dia beli. Nomor tersebut diberikan oleh
individu/ kelompok berdasarkan karakter, misal: H059. Dari pengertian di atas
dapat dijabarkan ciri-ciri naskah yang lainnya adalah sebagai berikut:
a.
Suatu
daftar naskah yang dibuat dengan tidak mengikuti sistem seperti yang
lazim dilakukan oleh para pembuat katalog.
b.
Pada umumnya dibuat berdasarkan selera pribadi,
sehingga orang lain merasakan ada kesulitan.
Makalah
Filologi
Disusun
untuk memenuhi UKD 4 Mata Kuliah
Pengantar Filologi
yang Diampu oleh Drs. Wiryo Hendrosaputro, M.
Si.
Disusun
oleh
Dwi Lestari (C0111012)
JURUSAN SASTRA DAERAH
FAKULTAS
SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar