Rabu, 23 April 2014

Resensi buku Manunggaling kawula gusti karya agus wahyudi


Judul buku      : Bersatu (Manunggaling Kawula Gusti)
Penulis             : Agus Wahyudi
Penyunting      : Seno Wibowo
Penerbit           : DIVA Press (Anggota IKAPI), Jogjakarta
Tahun terbit     : 2014
Cetakan ke      : 1
Tebal buku      : 168 halaman

Ulasan tentang judul/ tema buku
Buku ini berjudul Bersatu (Manunggaling Kawula Gusti) karena di dalamnya membahas secara mendalam  mengenai manunggaling kawula Gusti dan martabat tujuh sebagai jalan untuk mengantarkan manusia mencapai derajat insan kamil.
Paparan singkat isi buku
Ajaran wahdatul wujud dan martabat tujuh berasal dari Ibnu Arabi sedangkan ajaran wahdatul wujud berupa hulul berasal dari al-Hallaj. Ajaran insan kamil berasal dari Abdul Karim Al-Jilli dalam bukunya yang berjudul al-Insan al-Kamil. Selanjutnya ajaran martabat tujuh dibuat lebih sistematis, singkat dan padat oleh Ibnu Fadhilah dalam Tuhfah al-Mursalah. Ajaran martabat tujuh yang terdapat dalam kitab Tuhfah al-Mursalah meliputi martabat ahadiyah, martabat wahdah, martabat wahidiyah, martabat arwah, martabat mitsal, martabat ajsam dan martabat insan. Tujuh ajaran ini merupakan tangga menuju insan kamil. Di Jawa muncul dua versi mengenai martabat tujuh. Pertama, martabat tujuh versi Tuhfah al-Mursalah beserta syarahnya. Kedua, martabat tujuh yang merupakan sinkretisasi antara ajaran leluhur Jawa, Tuhfah al-Mursalah dan kitab Daqaiqul Akhbar. Kedua versi ini ditempatkan sejajar dalam serat Centhini serta dijelaskan dalam teks-teks seperti serat Wirid Hidayat Jati yang menjelaskan tentang perkembangan janin dalam kandungan, kematian, dan alam kubur dan serat Asmaralaya yang menjelaskan tentang martabat tujuh dalam tataran manusia selama di kandungan. Perbedaan yang mendasar antara ajaran wahdatul wujud Ibnu Arabi dan manunggaling kawula Gusti versi Jawa yaitu wahdatul wujud lebih mengarahkan kepada penafsiran ortodoks yang memegang teguh syariat Islam sebagai pegangan kaum muslim sedangkan manunggaling kawula Gusti didasari keyakinan leluhur Jawa tentang animisme-dinamisme. Meskipun demikian keduanya sebenarnya memiliki persamaan yakni berorientasi pada wujud Tuhan.
Latar belakang serta tujuan penulisan buku
Untuk mengetahui sejarah masuknya pengaruh ajaran wahdatul wujud dan martabat tujuh dari Ibnu Arabi hingga tanah Jawa, serta penerimaan para sufi Jawa atas masuknya dua ajaran tersebut.
Mengajak para pembaca untuk menelisik lebih dalam mengenai manunggaling kawula Gusti melalui penjelasan ajaran martabat tujuh untuk mencapai derajat insan kamil.
Gaya penulisan
Penulisan buku sesuai dengan kaidah EYD.
Penulisan istilah asing dicetak miring untuk membedakan dengan istilah bahasa Indonesia supaya pembaca mudah memahami.
Penilaian terhadap kualitas isi buku secara keseluruhan
Kelebihan :
Mengungkap secara detail sejarah ajaran tasawuf sehingga pembaca dapat mengerti bahwa sebenarnya ajaran tersebut berasal dari Arab.
 Penggunaan leksikon yang beragam meliputi Arab, Jawa dan Indonesia.
Setiap pokok bahasan dipaparkan secara rinci sehingga mudah dimengerti.
Kekurangan :
Dalam menjabarkan isi banyak pokok bahasan yang sering diulang-ulang.
Pertimbangan kepada pembaca tentang perlu/ tidaknya buku tersebut dibaca/ dimiliki/ dibeli
Buku ini bisa dijadikan referensi atau pilihan dalam memahami konsep manunggaling kawula Gusti, yang disajikan dari dua sisi, yakni agama dan budaya.
Memberi saran kepada penerbit terhadap perbaikan-perbaikan kelemahan yang ada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar